Chereads / In The Heart Of The Rock / Chapter 17 - Sifat Manusia

Chapter 17 - Sifat Manusia

Negara, ras, suku, agama dan masih banyak lagi faktor-faktor lain yang membedakan satu manusia dengan manusia lain baik itu secara tampilan luar ataupun sifat dan karateristik manusia itu sendiri. Keanekaragaman tentu menjadi salah satu bagian di kehidupan manusia di bumi. Sebagai makhluk sosial, tentu manusia tidak akan lepas dari komunikasi. Di tengah-tengah perbedaan, manusia terus berusaha untuk mencari persamaan. Terus mempertahankan kebersamaan dan komunikasi di dalam sebuah keanekaragaman yang nyata, menjadi satu tantangan yang besar untuk populasi manusia.

Namun waktu tidak hanya diam, dia akan terus berlanjut tanpa henti dan tentu saja tidak akan pernah kembali. Perubahan yang terjadi seiring waktu selalu memberikan keputusan dan kondisi baru yang terus mengadaptasi perubahan tersebut. Hal itulah yang menjadi salah satu dasar atas perbedaan dan keanekaragaman populasi manusia. Manusia dilahirkan dalam kondisi tidak berdosa dan suci, hanya kondisi lingkungan dan waktu memberikan pengaruh yang dominan yang kemudian melahirkan manusia-manusia dengan sifat dan derajat yang berbeda.

Aku tidak menyangka akan mendengar perkataan seperti itu lagi setelah sekian lama. Kata-kata itu terus berulang dan terngiang di telinga. Aku tidak tahu saat ini sedang di mana dan sama sekali tidak bisa menggerakan anggota tubuh. Aku merasakan tubuhku sangat lemas. Aku ingin membuka mata, tetapi rasanya sulit sekali.

"Ely ... Ely ..."

"Bangun!!!"

"Ely!!!"

Suara Reva tiba-tiba terdengar, suara tersebut terdengar seperti teriakan. Apakah Reva sedang membangunkanku? Apakah aku sedang tidak sadarkan diri? Terus kenapa dia membangunkanku dengan cara berteriak?

Bruk!!!

....

....

....

"Ely ... Ely ..."

"Bangun!!!"

"Ely!!!"

"Ayo, bangun, Ely!!!"

Suara Reva pun terdengar kembali, tapi kepalaku rasanya sakit sekali. Aku sama sekali tidak mengerti, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Aku berusaha untuk membuka mata tapi entah kenapa sangat sulit untuk dilakukan. Aku berusaha untuk melakukan hal lain, aku berusaha untuk membalas panggilan Reva.

"Re ... vaaa ..."

Hanya suara bisikan yang sangat pelan yang bisa aku keluarkan dari mulutku.

"Ely, akhirnya kau bangun. Ely, maafkan aku."

"Apa maksudmu? Apa yang terjadi?

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, aku berjanji akan menjelesakannya nanti. Sekarang kau istirahatkan saja tubuhmu. Tubuh kita semua terikat, kita tidak bisa melakukan apa pun. Aku ada di sebelahmu, jadi jangan khawatir"

"Reva, padahal aku sudah mulai mempercayaimu."

"Maafkan aku, Ely. Nanti akan aku jelaskan"

Aku tidak tahu harus berkata apa lagi kepadanya. Namun, terkait kondisi saat ini, aku merasa sedikit demi sedikit sudah bisa mendapatkan kesadaran pada tubuhku. Aku sudah mulai bisa menggerakan kelopak mata, menggerakan jari dan bagian tubuhku yang lain. Aku merasakan tangan, badan dan kakiku diikat. Mataku ditutupi sesuatu, mungkin sejenis kain. Apa yang dikatakan Reva bahwa kami sedang terikat, itu memang benar. Setidaknya dia tidak berbohong akan hal ini. Aku memang sebaiknya mengistirahatkan tubuh saat ini, sampai aku benar-benar mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Bruk!

"Aduuh ..."

Tiba-tiba kepalaku terbentur sesuatu dan suara itu, itu suara Reva. Sepertinya kepala dia juga terbentur sesuatu. Memang sesaat rasanya tubuhku terasa melayang kemudian tiba-tiba kepalaku terbentur sesuatu yang ada di depan wajahku. Aku benar-benar tidak tahu posisiku sekarang. Aku hanya dapat berasumsi, kemungkinan sedang terikat dan dibaringkan di dalam peti, begitu juga Reva. Sepertinya kami dalam suatu perjalanan di dalam kendaraan, karena aku dapat mendengarkan suara mesin kendaraan walaupun suaranya jauh lebih halus dan berisik roda kendaraan yang mengenai tanah jalanan. Agak sulit memang untuk mempercayai masih ada kendaraan yang bisa digunakan saat ini, karena setelah kejadian lima tahun lalu, sudah tidak ada satu kendaraan pun di bumi ini yang bisa digunakan.

"Hei, Ely."

"Kau baik-baik saja?"

Sepertinya Reva sedikit mengkhawatirkan kondisiku.

"Hei, kau marah, ya?"

"Aku baik-baik saja. Sebaiknya kita istirahatkan tubuh kita."

"Tuh, kan, kau marah?"

"Ssttt ... istirahatlah, Reva."

Harus kuakui memang sedikit marah dan kesal padanya. Aku sama sekali tidak bisa mengingat apa yang sudah terjadi, yang aku ingat hanya sedang bertransaksi botol farfume dan mencium aromanya. Aroma itu aroma Sweet Alison, seperti yang dia katakan, apakah aku terbius oleh farfume itu? Tapi sepertinya tidak. Jika memang benar aku terbius oleh aroma farfume, seharusnya sudah semenjak dari warung itu aku sudah terkena efeknya. Namun, saat itu aku masih punya kontrol dan kesadaraan penuh pada tubuhku.

Sepertinya ada hal lain yang terjadi, aku harus terus berusaha untuk mengingat kembali. Aku ingat menghabiskan 1 koin emas hanya untuk membeli farfume yang dia jual. Lalu kami sempat mengobrol mengenai kelompok yang membayarnya untuk bertarung denganku dan saat itu sepertinya Reva ingin mengatakan suatu rahasia padaku. Aku tidak bisa benar-benar jelas mengingat apa yang terjadi, ingatanku seperti terpecah-pecah. Aku hanya bisa mengingat potongan-potongan kecil kejadian saat itu. Kejadian ketika aku mengobrol dengan Reva di kamarnya. Apakah Reva menyampaikan sesuatu padaku? Karena sesaat sebelum aku tersadar, ada kata-kata yang terus terngiang berulang di telingaku. Aku merasa sangat familiar dengan kata-kata itu tapi aku benar-benar tidak dapat mengingatnya. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?

Aku harus sedikit lebih bersabar akan ingatanku dan lebih fokus kepada kondisiku saat ini. Aku yakin mereka bukan orang sembarangan. Seseorang yang bisa mengalahkan dan menangkap dengan mudah dua orang pemegang anugerah Tuhan, rasanya tidak bisa aku anggap remeh. Aku sempat merasa mereka mungkin kelompok yang membayar Reva, memang besar kemungkinan adalah mereka. Namun, bukannya kekalahan Reva kemarin langsung mengecewakan dan mereka pun pergi. Tidak menutup kemungkinan juga jika Reva hanya bersandiwara dan menjebakku. Lalu kenapa Reva juga saat ini bisa bersamaku ditangkap, diikat dan dimasukan ke dalam peti?

Banyak sekali kemungkinan yang terjadi dan aku sama sekali tidak mempunyai sedikitpun petunjuk akan hal ini dan petunjuk yang kuat siapa yang melakukan ini kepada kami berdua. Selama lima tahun menjadi pemburu kristal, aku selalu menyendiri. Tidak perlu bertanya apakah aku mempunyai musuh atau tidak, teman saja aku tidak punya.

Aku hanya bisa bersabar menunggu sampai kendaraan ini berhenti di tujuannya. Saat ini, selain suara halus dari mesin kendaraan dan suara berisik dari gesekan roda dan jalan, aku sama sekali tidak mendengar suara lain. Seperti tidak ada orang lain di kendaraan ini. Sangat aneh, seharusnya minimal ada seorang pengemudi yang mengendalikan laju kendaraan dan satu orang lagi yang membantu. Penculikan ini juga sangat tidak mungkin untuk dilakukan seorang diri. Mengangkut dua orang tubuh dewasa, mengikat dan memasukannya ke dalam kotak tempatku sekarang. Semua pekerjaan itu tidak mungkin dilakukan seorang diri.

Selain suara Reva tadi, sampai saat ini tidak terdengar sedikitpun suara manusia di kendaraan ini. Hal ini semakin membuatku yakin, ada pengguna anugerah kehampaan dan keheningan di sini. Seperti halnya yang terjadi di pertarungan kemarin. Namun, ada satu hal yang membuatku curiga dan akan kupastikan nanti kepada Reva jika kami berhasil melepaskan diri dan terbebas.

Aku harus fokus memikirkan cara untuk melepaskan diri dan kabur dari para penculik itu. Aku tidak tahu kondisi Reva sedang terluka atau tidak. Jika dia terluka, akan menjadi hambatan untuk kami melepaskan diri dan kabur. Selain rasa sakit kepala dan rasa lemas ditubuhku yang masih belum pulih seluruhnya, aku sendiri tidak merasakan sakit atau terluka. Sedangkan untuk kondisi Reva, jika memperhatikan nada suaranya tadi, seharusnya dia pun tidak terluka. Sepertinya mereka memang ditugaskan untuk menculik kami berdua untuk kepentingan tertentu yang mengharuskan kami dibawa tanpa terluka.