Chereads / In The Heart Of The Rock / Chapter 9 - Hati Ke Hati

Chapter 9 - Hati Ke Hati

Flashback on…

Membuat penilaian pada hubungan antar manusia memang tidak bisa dibatasi pada satu acuan dan parameter. Tentunya banyak sekali faktor yang mempengaruhi dan kebanyakan orang pasti melakukan suatu penyederhaan acuan untuk mempermudah didapatnya suatu jawaban. Namun, jawaban tersebut sebenarnya sama sekali tidak mencukupi kebenaran penilaian yang sesungguhnya. Penilaian hubungan antar manusia yang sesungguhnya hanya bisa ditentukan dan dirasakan oleh kedua pelaku hubungan sosial itu sendiri dan ini sama sekali tidak bisa dinilai oleh orang lain.

Kebanyakan orang memang terlanjur terbiasa untuk melakukan penilaian berdasarkan dari apa yang mereka dapat lihat saja. Menyimpulkan sifat dan kondisi orang hanya dari cara mereka berpakaian, apa yang mereka makan, rumah, pekerjaan dan penampilan fisik lainnya. Sungguh sesuatu yang dangkal untuk dijadikan suatu acuan. Sedikit sekali orang yang mampu memberikan penilaian dengan menggunakan banyak pertimbangan. Sedikit sekali orang yang berani untuk menyatakan sesuatu yang banyak orang tidak menyadarinya. Sedikit sekali orang yang mampu menyatakan kelebihan-kelebihan orang lain dibanding dirinya. Bagaikan benalu pada inang yang busuk. Kesombongan terus menggerogoti hati manusia yang tidak bisa merasakan kebaikan karena terus mengungkapkan keburukan dan ketidakbenaran.

Tentunya aku tidak akan pernah bisa mengerti apa yang Ob rasakan, tentang kesepian, kesunyian dan kesedihan yang mungkin saat ini sedang dia alami. Di tengah kondisi kelas yang ramai, dia selalu menyendiri tidak pernah sedikitpun dia bergerak dari tempat duduknya. Bahkan orang yang duduk di sebelahnya saja semata-mata tidak menganggap dia ada. Hal ini ini tentunya tidak terlepas dari sikap Ob sendiri terhadap orang-orang di kelas. Banyak yang mencoba untuk mendekati Ob, segala cara juga sudah pernah dilakukan, menyapa dengan ramah, mengajak belajar berkelompok, mengajak makan siang bersama bahkan usaha-usaha pendekatan lainnya yang cukup ekstrim seperti membuli dan menjahili, satu pun tidak ada yang berhasil, semua mendapat jawaban yang sama "Jangan dekati aku!!! Bisakan kalian urusi saja urusan kalian sendiri!!!".

Tidak heran pada akhirnya semua orang cenderung menjauhinya. Sebenarnya Ob sama sekali tidak terlihat menyeramkan, tapi karena sikap dingin dia yang kelewat parah, saat ini tak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Seperti ada aura gelap yang muncul dari tubuhnya dan menjauhkan orang di sekitarnya.

"Hei, bukannya orang itu yang kemarin kita lihat duduk bersama si Ob?"

"Benar. Sepertinya orang itu."

"Mana-mana ... yang mana orangnya?"

"Itu yang duduk di jajaran bangku ke-3, arah jam 10, Bro."

"Aku tahu pria itu. Bukankah dia orang aneh yang matanya selalu terlihat gelap dan merah?"

"Iya, benar. Seperti mata orang yang tak pernah tidur. Hahaha ..."

"Iya. Hahaha ..."

"Maniak game online sepertinya."

"Hahaha ..."

"Haah?" Mendengar ocehan siswa-siswa lain di belakangku seperti itu, kesimpulannya sudah jelas. Reputasiku di kelas ini sama buruknya dengan si Ob. Ya Tuhan, apa salahku selama ini? Hah ... tapi tak apalah dayaku, perguruan tinggi memang tidak seperti SMA. Kelas besar dan murid yang banyak, aku rasa tidak apa-apa jika kita tidak mengenal mahasiswa satu dan lainnya, asalkan bisa lulus dan mendapatkan nilai bagus pada setiap mata kuliah itu sudah cukup bagiku.

"Iya, benar. Sepertinya memang orang itu yang duduk di taman bersama si Ob kemarin"

"Hahaha ... si mata merah dan si orang bego ternyata saling kenal ya."

"Sepertinya mereka akan menjadi pasangan serasi ya. Hahaha"

"Hahaha ..."

"Hah?" Aku hanya bisa mendengarkan ocehan-ocehan kosong itu. Namun, perasaan yang aku rasakan ini, walaupun sedikit sepertinya aku bisa memahami apa yang Ob rasakan. Bukan! Aku sama sekali belum tahu namanya. Sangat memalukan saat itu, di saat dia datang menolongku, tapi terus menerus aku memanggilnya Ob. Aku harus minta maaf padanya. Siang ini aku akan pergi ke taman untuk bertemu dengannya lagi.

Padahal sudah berjanji hari ini bertemu lagi di taman saat jam makan siang, tapi sepertinya dia tak bisa menepatinya, sampai saat ini aku belum melihatnya di kelas. Apa dia sakit? Aku coba melihat sekali lagi ke sekitar, memastikan kembali apakah pada jam kuliah ini dia benar-benar tidak masuk. Aku tidak melihat dia, sepertinya di jam kuliah ketiga ini dia pun tidak masuk. Walapun dia hari ini dia tidak masuk kuliah, seperti biasa aku akan tetap ke taman menghabiskan jam istirahatku.

"Lihat, lihat, dia sepertinya sedang mencari seseorang?"

"Apa kau tidak tahu, dari pagi kan si Ob tidak masuk kuliah?"

"Jadi mereka berdua sudah berteman ya?"

"Wah, ini bisa gosip baru di kelas kita."

"Hah?" Ini sudah ketiga kalinya dalam beberapa menit ini aku menghela napas dalam-dalam. Itulah hasilnya jika seseorang hanya menggunakan beberapa parameter dan hasil pengamatan saja untuk memutuskan sesuatu. Tidak akan menghasilkan jawaban dan kesimpulan yang benar. Sepertinya akan menyebar informasi yang tidak benar di kelas ini, atau bahkan di universitas ini. Hm, tidak boleh. Ini tidak boleh terjadi. Tapi, tidak apa-apa juga, tidak akan ada orang yang perduli. Aku hanya mahasiswa normal biasa di sini, setidaknya aku beranggapan seperti itu. Sebenarnya aku sendirilah yang tidak perduli pada anggapan dan gambaran orang lain yang diberikan padaku.

Jika aku ingat-ingat sejak pertama kali masuk kelas ini, hal serupa juga terjadi. Beberapa anak peremuan yang duduk di belakang dan sampingku terdengar sedang membicarakan penampilanku. Apakah penampilanku memang aneh bagi mereka? Hm, kalau dipikirkan memang kondisi mataku ini sedikit mencolok. Benar apa yang dikatakan anak perempuan tadi. Kulit sekitar bola mataku sedikit bewarna gelap, warna putih pada mataku sedikti bewarna merah. Sepertinya hal itu memang terlihat mencolok, padahal aku sudah sebisa mungkin untuk mengurangi efek sampingnya.

Namun, hal yang tidak bebeda juga terjadi padanya, aku juga mendengar beberapa anak laki-laki terus membicarakannya. Membicarakan seseorang yang duduk tidak jauh di posisi bangku depan sedikit di arah kiri. Aku tahu mereka pun sedang membicarakannya. Seorang laki-laki? Hm, bukan. Sepertinya dia seorang perempuan. Pakaian yang dia kenakan memang pakaian laki-laki. Celana panjang gelap yang benar-benar pas tapi sedikit ketat di bagian kaki Kaos polos lengan panjang bewarna abu-abu. Memang pakaian normal untuk anak laki-laki. Tapi postur tubuhnya dan wajahnya benar-benar seperti postur tubuh seorang perempuan. Betis, paha, pinggang, pinggul dan wajahnya. Memang dadanya tidak memperlihatkan kalau dia seorang perempuan. Tapi postur badannya yang lain, bukan hanya membuat laki-laki di kelasku tertarik dan terus membicarakannya, anak-anak perempuan pun tidak berbeda. Bahkan mereka menunjukkan ketertarikan yang lebih besar pada anak itu.

Tidak berbeda dengan mereka, sejak saat itu aku pun mempunyai sedikit ketertarikan. Walaupun dia sepertinya tidak masuk kuliah hari ini, tapi aku masih berharap dia masih bisa menepati janjinya denganku di taman. Akan kuungkapkan semua yang aku rasakan. Aku harap dia bisa menerimanya.