Chereads / Because love you. / Chapter 12 - Mansion Utama.

Chapter 12 - Mansion Utama.

"Ada apa dengan Chayra?"

"Kita memutuskan untuk membatalkan pernikahan dan berpisah." Jawab Chenoa Rajendra tertunduk lesu.

"Apa? Kau? Bukankah kau sangat mencintainya?" Tanya Rex Daiva yang hanya bisa membuat Chenoa Rajendra bungkam untuk sesaat, entahlah, meskipun ia sangat mencintai Chayra Fayolla, namun sedikitpun ia tidak pernah memikirkan wanita itu, bahkan saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah Bayi yang masih berada di dalam kandungan Shin Rawnie, wanita yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.

"Noah, apa kau yakin, sudah mengambil keputusan yang tepat?" Tanya Rex Daiva sekali lagi.

"Keputusan seperti apa yang kau maksudkan?" Jawab Chenoa Rajendra dengan kembali bertanya.

"Yah, keputusan untuk meninggalkan Chayra, dan memulai kehidupan yang baru bersama Shisi, kau bahkan tidak mencintai Shisi sedikitpun Noah." Jawab Rex Daiva lagi.

"Tapi Shisi sedang mengandung anakku sekarang Rex, dan aku akan bertanggung jawab untuk menjaganya hingga anak itu lahir." Ucap Chenoa Rajendra yang telihat serius.

"Dan jika anak itu sudah lahir? Apa kau akan berniat meninggalkan Shisi dan kembali kepada Chenoa?"

Chenoa Rajendra kembali terdiam atas pertanyaan Rex Daiva yang tidak sepenuhnya salah, bahkan ia sudah berjanji kepada Chayra Fayolla, hanya menunggu anak yang yang di kandung Shin Rawnie lahir saja, dan ia akan melepaskan semuanya dan kembali kepada Chayra Fayolla yang masih menunggunya. Bahkan ia berniat untuk mengasuh bayi itu jika Shin Rawnie mau memberinya kesempatan.

"Noah, kau ingin menikahi Shisi karena bayi kalian kan?" Tanya Rex Daiva.

"Maafkan aku Rex." Jawab Chenoa Rajendra perlahan.

"Kau tidak perlu meminta maaf, dengan kau mau bertanggung jawab saja aku sudah sangat berterimakasih. Tapi bagaimana dengan Shisi? Dia juga tidak mencintaimu, apa kau yakin akan terus melakukannya?"

"Aku yakin Rex, seberapa banyak Shisi menolakku, tapi aku akan terus berusaha,"

"Kau tidak melupakan Yo kan? Mereka saling mencintai."

"Aku tidak pernah melupakan hal itu, bahkan Yo yang selalu aku pikirkan selama ini, mungkin di matanya aku adalah seorang teman yang sangat buruk, tapi aku tidak punya pilihan lain." Ucap Chenoa Rajendra tertunduk lemas.

Sedang Rex Daiva hanya bisa menarik nafas dalam sambil mengusap kasar wajahnya yang masih terlihat pucat. Lagi-lagi ia kembali menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi saat ini, dan tidak hentinya ia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang sudah terjadi.

"Maafkan aku Noah, aku yang telah mengacaukan segalanya."

"Ini sudah terjadi, bahkan dengan membunuhmu pun tidak akan mengembalikan masalah seperti semula Rex."

"Maafkan aku, hanya itu yang bisa aku katakan sekarang."

"Rex, jangan terlalu banyak pikirkan dulu, semua pasti ada jalan keluar, semua keputusan tergantung pada Nona muda." Timpal Aron Cadwalen saat melihat Rex Daiva dengan wajah yang di penuhi dengan kesedihan dan penyesalan.

"Saya tau Aron, saya hanya takut, Shisi akan mengambil keputusan yang salah. Mengingat dia yang tidak menginginkan bay..... " Kalimat Rex Daiva menggantung, seraya memejam sambil menghela nafas dalam.

"Saya rasa Nona mudah sudah sangat dewasa, jadi apapun yang ia putuskan pasti itulah yang terbaik." Jawab Aron Cadwalen.

"Tapi belum tentu Ayah akan dengan mudah menerima keputusan Shisi, apalagi jika keputusan Shisi bertentangan dengan keinginan Ayah." Balas Rex Daiva khawatir.

"Semoga saja tidak Rex."

"Tidak, aku tidak bisa diam saja, aku harus menemui Shisi." Sela Chenoa Rajendra yang sudah terlihat nampak gelisah.

"Sebaiknya Tuan muda Noah menemui Tuan besar langsung." Saran Aron Cadwalen yang langsung di balas anggukkan oleh Chenoa Rajendra namun tidak dengan Rex Daiva yang masih tidak yakin dengan keputusan Chenoa Rajendra. Ia hanya takut jika terjadi sesuatu dengan orang-orang disekitarnya, orang-orang yang sangat Rex sayangi.

"Noah, kau tau kan? jika menaklukkan hati Ayah tidaklah mudah." Tanya Rex Daiva merasa cemas.

"Aku tau."

"Apa kau yakin bisa melakukannya?"

"Entahlah Rex, setidaknya aku akan berusaha dulu, ini demi anakku." Ucap Chenoa Rajendra yang lagi-lagi hanya bisa membuat Rex Daiva dan Aron Cadwalen bungkam. Bahkan mereka sendiri tidak yakin dengan hal yang akan di lakukan Chenoa Rajendra kali ini.

* * * * *

KANADA

Sementara di waktu dan tempat yang terpisah, nampak Chayra Fayolla dengan tatapan kosongnya tengah berdiri di depan jendela, menatap hampa. Angin malam menerpa wajah gundahnya, dengan sesekali jemarinya mengusap butiran bening yang kembali menetes dari sudut pipinya. Jemari yang di antaranya masih tersemat sebuah cincin berlian, cincin pertunangannya bersama Chenoa Rajendra yang belum ia lepas, lebih tepatnya tidak ingin ia lepaskan, kendatipun pertunangan bahkan pernikahan mereka batal. Pikiran Chayra Fayolla jauh di tempat lain, pada seseorang yang sampai saat dan detik ini masih membuatnya sering menangis. Seharusnya hari ini dia sedang berdiri di altar, sambil mengucapkan janji suci pernikahan bersama Chenoa Rajendra. Namun kenyataannya malam ini Chayra Fayolla hanya bisa menatap pigura Chenoa Rajendra yang terpampang di dinding kamarnya.

"Chayra, bisakah kau mengatakannya dengan jujur kepada Ayah, sebenarnya apa yang terjadi dengan Noah dan hubungan kalian?" Tanya Tuan Arnel Echhard, Ayah Chayra Fayolla yang tiba-tiba memasuki kamarnya dan langsung menghampiri Chayra Fayolla yang dengan cepat mengusap air matanya.

Sebab sudah beberapa hari ini Tuan Arnel Echhard memperhatikan putrinya yang selalu mengurung diri di dalam kamar sebelum memutuskan untuk membatalkan pernikahannya, sedang Tuan Arnel Echhard tau jika pernikahan itu adalah moment yang sudah sangat lama putrinya nantikan. Namun dengan tiba-tiba Chayra Fayolla mengatakan kepada Ayahnya jika mereka sudah sepakat untuk membatalkan pernikahan mereka. Dan hal itu cukup membuat Tuan Arnel Echhard terkejut, sebab sampai saat ini ia belum mengetahui alasan pasti Chayra Fayolla yang tiba-tiba mengambil keputusan tersebut. Bahkan ia terus bungkam dan membuat Tuan Arnel Echhard semakin khawatir.

"Chayra apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Tuan Arnel sekali lagi.

"Kita hanya menundanya Ayah." Jawab Chayra Fayolla yang langsung memalingkan pandangannya, kembali menatap sang Ayah.

"Lalu apa alasan kalian melakukan itu? Bahkan kalian tidak memberitahu Ayah sama sekali." Tanya Tuan Arnel Echhard.

"Ada masalah yang harus Noah selesaikan Ayah?" Alasan Chayra Fayolla.

"Apa? Masalah seperti apa? Yang Ayah tau selama ini CEA Corporation baik-baik saja. Apa ada masalah lain?" Tanya Tuan Arnel Echhard penuh selidik.

"... "

"Chayra, apapun keputusan yang kau ambil, Ayah akan selalu mendukungnya, kau tau itu, namun jika keputusan yang kau ambil ini membuatmu malah terluka Ayah tidak akan tinggal diam."

"Aku baik-baik saja Ayah,"

"Jika kau baik-baik saja, kau tidak akan mengurung diri di dalam kamar sepanjang waktu, terus menagis sendiri seperti sekarang ini." Ucap Tuan Arnel Echhard semakin cemas.

"Aku... Aku hanya merindukannya Ayah." Jawab Chayra Fayolla dengan senyuman tipis di bibirnya, senyum yang ia paksakan untuk menenangkan hati sang Ayah yang sebenarnya sangat tau jika saat ini Chayra Fayolla benar-benar merasakan kesedihan, tapi ia dengan sebisa mungkin menyembunyikan semuanya. Hal itulah yang membuat Tuan Arnel Echhard semakin khawatir. Hingga ada rasa amarah yang timbul dari dalam hati sang Ayah.

"Ayah tidak akan tinggal diam. Jika memang kalian memutuskan untuk membatalkan pernikahan karena pekerjaan Noah seperti katamu barusan, Ayah bisa menerimanya. Namun jika ada masalah lain yang di luar dari pekerjaan, Ayah tidak akan menoleransinya, dan Ayah tidak akan pernah melepaskan Noah." Ucap tegas Tuan Arnel Echhard.

"Ayah.. Ini hanya sementara, kita hanya menundanya, maaf jika aku membuat Ayah khawatir."

"Asal tidak mebuatmu bersedih, Ayah akan baik-baik saja Chayra."

"Maafkan aku Ayah, maafkan aku." Ucap Chayra Fayolla sambil menenggelamkan dirinya di pelukan sang Ayah yang terus mengusap punggungnya untuk menenangkan hatinya.

"Kau adalah harta Ayah yang paling berharga, jadi Ayah minta, jangan pernah bersedih, karena Ayah tidak mau melihatmu bersedih." Ucap Tuan Arnel Echhard yang kembali membuat Chayra Fayolla menangis dalam diam dan semakin erat memeluk tubuh sang Ayah sambil mengangguk pelan.

Chayra Fayolla sangat paham dengan perasaan sang Ayah saat ini, sebab ia tahu, betapa besar rasa cinta sang Ayah pada Ibunya Elzira Oxana yang sudah meninggalkan mereka. Chayra Fayolla juga sangat tau jika selama ini Ayahnya masih belum bisa melupakan Ibunya, bahkan Tuan Arnel Echhard masih merasa sangat bersalah karena sudah membuat kesalahan besar yang membuat Elzira Oxana meninggalkan mereka. Pengkhianatan Tuan Arnel Echhard yang tidak sengaja ia lakukan beberapa tahun lalu membuatnya masih merasa bersalah hingga sampai saat ini, bahkan ia masih terjebak di dalam penyesalan dan kesedihan yang mendalam, dan Chayra Fayolla cukup tau itu.

Di saat Elzira Oxana memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka sungguh membuat Ayahnya terpukul dan sempat depresi, bahkan jika Chayra Fayolla tidak memohon untuk tetap tinggal pada Ayahnya, mungkin saat ini Tuan Arnel Echhard sudah menjadi salah satu penghuni Rumah sakit Jiwa akibat depresi karena kehilangan Chayra Fayolla, putri yang sangat di sayanginya.

"Ayah juga harus bahagia, pikirkan diri Ayah sendiri, jangan terus memikirkan aku, sebab kebahagiaan Ayah adalah kebahagiaan aku juga." Ucap Chayra Fayolla. "Aku sudah dewasa Ayah, usiaku bahkan sudah menginjak 32 tahun, bukan putri kecil yang berusia 3 tahun yang selalu Ayah gendong dulu." Sambung Chayra Fayolla berusaha tersenyum.

"Memang apa lagi yang bisa membuat Ayah bahagia selain melihatmu tersenyum. Dan berapapun usiamu sekarang, kau masih tetap putri kecil yang sangat Ayah sayangi. Kau harta Ayah yang paling berharga."

"Iya Ayah.. Aku mengerti. Maaf, selalu membuat Ayah khawatir." Balas Chayra Fayolla yang masih menyamankan dirinya di dalam dekapan sang Ayah.

* * * * *

MANSION UTAMA

"Apa lagi sekarang?"

Tanya Tuan Rainer Diedrich sambil menatap tajam kearah Chenoa Rajendra yang sedang berdiri tepat di depan pintu gerbang Mansion yang di hadapannya berjejer beberapa pengawal peribadi keluarga Jorell.

Bahkan sudah 5 jam Chenoa Rajendra berdiri di depan gerbang tersebut, dan tidak mau beranjak sedikit pun dari sana sebelum Tuan Rainer Diedrich menemuinya, hal itu yang Chenoa Rajendra katakan kepada pengawal tersebut. Hingga akhirnya Tuan Rainer Diedrich yang entah sedang memikirkan apa hingga ia dengan suka rela keluar dari Mansion dan melihat keadaan Chenoa Rajendra yang sudah terlihat lemas karena terus berdiri di sana.

"Apa yang kau inginkan?"

Tanya Tuan Rainer Diedrich yang sudah berdiri tepat di hadapan Chenoa Rajendra sambil bersedekap. Tatapannya tajam menatap ke arah Chenoa Rajendra yang tetap menunjukkan senyum bahagianya saat melihat Tuan Rainer Diedrich sudah berdiri di hadapannya.

"Paman Rainer, saya mohon, izinkan saya untuk menikahi putri anda." Ucap Chenoa Rajendra memohon.

"Apa kau pikir saya akan semudah itu untuk memberikanmu izin? Bahkan jika kau harus berdiri seharian di sanapun saya tidak peduli."

"Tidak, anda peduli, karena sekarang anda menemui saya, di sini" Ucap Chenoa Rajendra yang membuat Tuan Rainer Diedrich mengeryit.

Sungguh ia tidak ingin berdebat sekarang. Melihat Chenoa Rajendra yang sejak tadi berdiri di depan gerbang Mansionnya memang membuat hatinya sedikit tergerak.

"Saya menemui kamu bukan berarti saya setuju dengan ide gila kamu itu." Jawab Tuan Rainer Diedrich dengan ekspresi datarnya.

"Tuan saya mohon, bayi yang berada di dalam kandungan Shisi butuh seorang Ayah," Balas Chenoa Rajendra.

"Siapa bilang Shisi akan melahirkan bayi itu?" Tanya Tuan Rainer Diedrich yang seketika membuat Chenoa Rajendra tersentak. Tubuhnya terasa kaku dengan perkataan Tuan Rainer Diedrich barusan.

"Tidak Paman Rainer, saya mohon, jangan lakukan itu, saya mohon Pamn Rainer," Pinta Chenoa Rajendra yang kembali bersimpuh dengan mata berkaca yang lagi-lagi membuat Tuan Rainer Diedrich mengernyit.

"Saya akan menggantikan posisi Bayi itu, saya menyerah sekarang, saya tidak akan meminta untuk menikahi Shisi, dan dengan siapun ia menikah, saya akan menerimanya, tapi saya memohon satu hal Tuan, biarkan bayi itu tetap hidup." Ucap Chenoa Rajendra dengan suara bergetarnya.

Untuk kesekian kalinya Tuan Rainer Diedrich hanya bisa bungkam menatap kesungguhan pria yang sekarang tengah bersimpuh di hadapannya. Dan Tuan Rainer Diedrich benar-benar bisa melihat, kesungguhan dari Chenoa Rajendra yang ternyata sangat ingin bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah ia lakukan kepada putrinya. Dan sekeras apapun tabiat Tuan Rainer Diedrich, dia Juga tetaplah seorang Ayah yang memiliki hati nurani, dan pastinya juga memiliki perasaan dan keinginan untuk melihat anak yang sangat di sayanginya bahagia, meskipun kebahagiaan itu hanya di peruntukkan untuk Shin Rawnie saja. Bahkan tampa menjawab perkataan dan permohonan Chenoa Rajendra, Tuan Rainer Diedrich langsung berbalik dan meninggalkan Chenoa Rajendra yang masih bersimpuh di sana, bahkan pria itu tidak menoleh sedikit pun. Tubuhnya langsung menghilang di balik tembok besar bercat coklat tua yang menjulang, menyisahkan Chenoa Rajendra dengan rasa putus asa dan kesedihan yang mendalam. Bahkan ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, selain hanya terdiam dengan tatapan nanar saat melihat bayangan Shin di atas balkon lantai dua yang sepertinya sudah sejak tadi melihat dirinya, menyaksikan dirinya bersimpuh, dan dengan tidak tau malu meminta untuk menikahinya.

Hingga satu jam kemudian, seorang Asisten pribadi Tuan Rainer Diedrich nampak keluar dari Mansion, mendekati Chenoa Rajendra sambil mengucapkan beberapa kalimat yang membuat ekspresi Chenoa Rajendra seketika itu berubah drastis.

* * * * *

Bersambung...