Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 7 - Pertemuan yang tak terduga

Chapter 7 - Pertemuan yang tak terduga

"Ada apa Ayahanda memanggilku?" Tanya Kerald kepada sosok pria yang tak lain adalah sang raja.

"Berapa usiamu sekarang?" Jawab raja yang malah bertanya.

"6 tahun, lalu apa hubungannya?"

"Ibumu, sang ratu sedang mengandung—"

"Jadi, aku akan punya adik?"

( Ayah terlalu berbasa-basi! )

"Apakah kau tidak diajarkan tata krama, anakku?"

"Maaf, aku hanya terlalu bersemangat."

Raja menggeleng-gelengkan kepala, wajar saja Kerald masih anak-anak sebenarnya belum tepat untuk mengajarkannya tentang kebangsawanan lebih dalam.

"Baiklah, selain punya adik... kau akan bertunangan."

( Cepat atau lambat, aku harus siap datangnya hari ini. Ya Tuhan, semoga calonku tidak seperti kebanyakan siswi di kelasku sifatnya, ) Kerald memiliki trauma terhadap perempuan saat masih di bumi dulu.

.

.

.

.

Mungkin inilah alasan ibu dan ayah membatasi pergerakanku. Yah, karena para prajurit itu, mereka selalu berdatangan. Mereka hanya tidak ingin aku tau bahwa kehidupan kami selalu diburu, seolah-olah kami adalah buronan yang sudah melakukan kejahatan besar.

Sekarang aku sedang mengawasi Camp mereka. Beberapa hari lalu mereka mengirim beberapa prajurit untuk mengecek kelangsungan misi Ly atau nama aslinya Callika.

Sayang sekali, ya... mereka pasti sangat optimis misi mereka berhasil dan menunggu kedatangan rekan mereka dengan membawa kabar baik. Namun sayangnya nasib mereka akan sama saja.

"Stealth!"

Aku hanya berbekal belati kecil. Aku masih belum mampu untuk menggunakan pedang, apalagi pedang yang ayahku punya adalah jenis pedang dua tangan yang pastinya berat. Tubuh anak-anak akan sangat kesulitan menggunakannya. Dan di shop senjata kecil harganya setinggi langit.

Cukup berbasa-basi, akan kubantai mereka semua.

Jleb...

Satu orang tumbang, mereka semua langsung menjadi panik.

"Apa yang terjadi? Semuanya waspada!" Perintah salah seorang prajurit.

Mereka lalu mengeluarkan semua senjatanya. Ahhh... bikin repot.

Trang...

Sial... insting prajurit ini lumayan bagus. Aku terpaksa mundur.

"Appraisal!"

Mereka rupanya berada di kisaran level 30. Pantas mereka lumayan kuat, tapi levelku jauh lebih tinggi.

"Lightning Strike!"

Langit seketika menjadi gelap dan petir mulai menyambar dengan gila. Satu sambaran petir yang besar berhasil menewaskan beberapa. Masih belum cukup.

"Burning field!"

Formasi sihir raksasa berwarna merah muncul di bawah kaki mereka. Dan dalam sekejap api mulai membuat mereka menjadi abu.

<>

<>

<>

<>

Mereka semua memang mati. Dengan begini, orang yang memberikan misi pada mereka akan berpikir dua kali untuk mengirimkan bawahannya setelah orang-orang menyedihkan ini tak ada yang kembali. hanya tinggal nama.

"Woah... mana ku cukup terkuras untuk membuat dua serangan tadi. Tapi, hasil yang didapat tidak buruk."

Rupanya setelah itu, mereka belum kapok. Hari demi hari mereka mengirimkan pasukan terus menerus. Dan pasukan yang dikirim terus bertambah kuat.

Apa ambisi mereka untuk menaklukkan benua iblis terlalu besar sehingga mengorbankan orang-orang ini?

Aku tak habis pikir.

Aku juga tidak peduli, aku selalu menghabisi mereka semua, tidak ada yang kubiarkan lolos satu pun.

Lama kelamaan hutan besar Darciel pasti akan berubah menjadi hutan kematian, karena banyaknya monster yang berbahaya. Kenyataannya memang seperti itu, tapi bukan monster yang membunuh mereka, melainkan aku. Monster di hutan ini sudah aku taklukkan semuanya. Bukan... masih belum.

Dan kini aku sudah berumur 7 tahun, tubuhku sudah semakin besar. Terbesit di pikiranku untuk keluar dari hutan dan menuju ke kerajaan manusia. Apa lagi sudah beberapa bulan mereka tidak mengirimkan pasukan lagi.

"Apakah sudah waktunya?"

Hari-hariku sekarang hanya bersantai-santai saja, tidak ada yang bisa aku lakukan. Monster-monster di sini sudah tidak seimbang denganku lagi. Jadi, aku sudah mulai jenuh dan ingin mencari hal yang lebih menantang.

Nama: Zaried Scaland

Ras : Manusia

Level : 86

Title : Mercyless

Hp : 530

Mp : 530

Str : 54

Int : 54

Vit : 49

Agi : 59

SP : 182

Skill :

*Interpretation Lv 7

*Instigate Lv 2

*Bad feeling Lv 4

*Stealth Lv 6

*Lunge Lv 5

*Fainting resistance Lv 4

*Thunder resistance Lv 3

*Automatic reflex Lv 8

*Pain resistance Lv 4

*Acid resistance Lv 3

*Fire resistance Lv 4

*Detection Lv 5

Unique skill :

*Wrath sang penguasa kemarahan

*Appraisal

*Storage space

*Elemantal control( api, petir, cahaya, kegelapan)

*Reinkarnation maker

Selama 2 tahun aku hanya sanggup naik 15 level. Yah... karena semakin lama Exp yang dibutuhkan bertambah banyak seiring tingginya level. Aku mendapatkan beberapa skill baru.

Apa dengan status ini aku sudah cukup kuat?

Tentu saja tidak. Aku belum tau dunia luar, di luar sana pasti banyak orang-orang dengan kekuatan yang lebih gila dariku.

Di atas langit masih ada langit, tapi bisa diasumsikan bahwa aku adalah makhluk terkuat di hutan besar Darciel. Aku terlalu percaya diri, aku hanya menjelajahi hutan ini paling jauh adalah 30 Km. Sesuai dengan namanya, hutan besar Darciel sangat besar, membentang sepanjang benua manusia. Bisa dibayangkan besarnya.

Aku hanya malas untuk menjelajahi hutan ini. Apalagi aku tidak punya skill ruang waktu seperti teleportasi untuk berpindah. Harga di shop tidak bisa diturunkan. Huh... si pencipta sistem hanya ingin memerasku.

Aku juga pernah meminta sebuah skill kepada dewa, bisa saja kejadiannya sama dengan waktu aku mendapatkan skill reinkarnasi. Tapi, itu tidak terulang lagi.

Sepertinya aku hanya dijadikan bahan tontonan dan akan ikut campur ketika menemukan sesuatu yang menarik.

Hembusan angin kencang tiba-tiba muncul, rupanya itu adalah Wey datang dengan hewan buruannya. Selama ini aku selalu menyuruh Wey untuk berburu. Apa aku terlalu mengeksploitasi Wey? Menurutku tidak.

Tunggu, skill Bad Feeling-ku merasakan sesuatu. Begitu juga dengan detection.

Akan ada orang yang datang ke sini?

Skill ruang waktu, teleportasi?

Siapa dia? Kenapa dia menuju ke sini?

Apakah ini pasukan selanjutnya?

Dengan cepat aku mengaktifkan Stealth dan menyuruh Wey untuk di sampingku. Tekanan yang kurasakan semakin kuat.

Apa aku takut? Rasa takut ini, aku tak pernah merasakannya. Ketakutan ini luar biasa. Sebenarnya sosok apa yang akan datang ke sini?

Sesaat kemudian muncul celah di udara, seseorang berbadan kecil dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya berjalan dengan santai keluar dari portal teleportasi-nya.

"Bersembunyi percuma saja."

Orang misterius itu menjulurkan tangannya ke depan. Dan sebuah bola energi terbentuk.

Boammmm!

Ledakan super besar terjadi, aku pun terpental. Hp-ku langsung turun menjadi 50%.

Stealth pun gagal, wujud ku sekarang bisa jelas dilihat olehnya.

<< Skill fear resistance Lv 1 didapatkan>>

Itu tidak membantu, aku tetap sangat ketakutan. Aku bahkan tidak berani menggunakan appraisal padanya.

Dia melihatku secara seksama, tapi pada akhirnya pandangannya diarahkan ke Wey.

"Sebenarnya apa maksudmu sudah mencuri telur dari wyvern peliharaanku?" Kata orang misterius itu menunjuk Wey.

Hah...? Peliharaan? Mencuri?

Apa jangan-jangan yang dimaksud penjelasan waktu itu benar?

Apa-apaan ini? Arghh...

"Hei, jawab pertanyaanku! Kau ingin mati?" Orang itu menodongku dengan bola energi yang sama dengan tadi.

Saking takutnya aku bahkan tidak bisa berbicara.

"Oh, maaf... aura ku terlalu kuat. Sekarang jawab pertanyaanku!"

Sekarang aku bisa menstabilkan udara yang masuk ke paru-paru.

"Te-rima kasih... be-gini..."

Aku menceritakan semua kejadiannya. Walaupun terkesan sungguh gila dan tidak mungkin aku tetap mengatakannya. Aku tidak berani berbohong padanya

"Kau...?" Dia menatapku dengan tajam.

Semoga dia tidak membunuhku.

"Ahh... baiklah, baiklah... aku maafkan. Dewa dunia ini memang sedikit aneh, semoga kau bisa terbiasa yang bisa dibilang pendatang. Tapi, wyvern-ku terus-terusan mengamuk karena telurnya hilang. Kau harus menyerahkan wyvern itu!"

Wey lalu menatapku memelas, dia sadar akan diambil paksa dariku.

"Jiwa wyvern ini sudah berbeda. Lihat dia jenis wyvern petir, sedangkan milikmu wyvern api kan?" Tanyaku sedikit gemetaran.

"Ahh... iya, iya... percuma saja aku datang jauh-jauh dari benua iblis!"

Tunggu, apa?

"K-k-kau?"

"Ohh, perkenalkan namaku Satel, raja iblis!"

Rambut ungu pendek dan mata merah delima layaknya rubi menyihir diriku. Aku bahkan tidak menyadari kata terakhir yang dia ucapkan.

"Ra-ja iblis?" Aku baru tersadar. "Seorang perempuan?"