Chereads / Life After Death : Second Life / Chapter 4 - Rahasia yang disembunyikan

Chapter 4 - Rahasia yang disembunyikan

Waktu sebelum gempa.

Hari itu, semua siswa dalam suasana kebosanan. Hari dimana pelajaran yang paling tidak disukai tiba.

"Hoamph..."

Salah satu siswa menguap. Dia mengantuk bukan karena pelajaran yang disampaikan, namun ada alasan lain. Semalam dia bermain game sampai larut.

"Hei, lanjutin yang semalam?" Bisik seseorang di belakangnya.

"Sudahlah, main game berlebihan itu tak baik. Lihat, aku nggak bisa fokus!?" Jawabnya berbisik tanpa menoleh ke belakang.

"Heh... kau menikmatinya, kan?"

Kata-katanya tertahan, mengakui atau tidak jelas bahwa dia memang menikmatinya. Namun, karena dia mempunyai tanggung jawab sebagai ketua kelas, dia tidak mau mencontohkan hal yang kurang baik pada siswa lainnya.

"Kau... tidak bisakah kau mencontoh Kiya?" Kata si ketua kelas melirik ke bangku sebelahnya.

Seorang yang siswa yang memperhatikan dengan seksama pelajaran yang disampaikan, itu yang dilihat dari luar. Kenyataannya sama saja.

Ngomong-ngomong, Kiya adalah MC di cerita ini.

"Kau salah menilainya, dia sama saja... Huh, ketua kelas Kema payah dalam menilai orang!?"

Si ketua kelas yang bernama Kema hanya geleng-geleng dan tak berniat meladeninya lagi.

"Jika aku terlahir kembali, aku tidak ingin merasakan masa sekolah yang membosankan. Dipikir-pikir menjadi pangeran sepertinya menyenangkan," Celetuknya asal. Dia tak mau terhanyut dalam kebosanan, jadi dia ingin terus mengusik Kema.

"Kau terlalu banyak berkhayal, Areka!" Tegur Kema.

Sepertinya pancingannya berhasil.

"Berkhayal gratis, apa hak-mu melarangku?" Jawab Areka.

"Ya, terserah!" Kema menjawab dengan ketus.

Sepertinya para siswa bisa merasa lebih baik. Bel telah berbunyi, bertanda jam pelajaran telah usai. Guru yang mengajar pun akan meninggalkan ruangan.

Tak berselang lama setelah guru itu keluar. Tiba-tiba ada sebuah gempa yang membuat panik seisi kelas. Bukan hanya itu, sebuah cahaya yang menyilaukan tiba-tiba muncul yang membunuh orang tiap terkena olehnya.

Seisi kelas tidak ada yang selamat.

.

.

.

.

"Ternyata begitu."

Aku sekarang berada di ruang bawah tanah yang ada di rumahku. Tak mengira bahwa ada ruang rahasia di sini.

Berkat itu aku akhirnya bisa mengetahui semua fakta yang disembunyikan oleh ibu dan ayah.

"Ibu dan ayah tak salah! Tapi, kenapa?"

Rupanya seperti ini, rumah ini sebenarnya adalah perbatasan antara benua bangsa manusia dan bangsa iblis.

Kedua benua ini terpisah oleh samudra dengan jarak ratusan ribu mil. Terlebih lagi dengan ribuan monster mengerikan yang siap menyambut mereka di luasnya samudra.

Jadi, rumah ini adalah satu-satunya jalan. Dengan sebuah gerbang teleportasi yang berada di ruang bawah tanah.

Sepertinya Cally adalah seorang mata-mata yang dikirim oleh bangsa manusia untuk bisa mencari cara agar bisa pergi ke benua iblis.

Menurut buku sejarah yang aku temukan di ruang ini. Dulu kala peperangan antara bangsa manusia dan bangsa iblis terjadi selama ratusan ribu tahun. Namun peperangan terakhir yang terjadi 3000 tahun lalu, kedua belah pihak melakukan perjanjian damai.

Karena itu hanya akan mendapatkan kerugian. Terlebih lagi peperangan itu terjadi di tengah samudra, jelas itu sungguh memerlukan sumber daya yang sangat besar. Dan terciptalah perdamaian antara manusia dan iblis untuk pertama kalinya.

Maka dibangunlah sebuah gerbang teleportasi untuk bisa menghubungkan dua benua tanpa repot-repot menyeberang samudera.

Ada dua gerbang, satu di sini, benua manusia dan satunya di benua iblis.

Namun, perdamaian itu tak berlangsung lama. Terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak yang berbuntut dengan keputusan kedua gerbang ditutup untuk selamanya. Manusia dan iblis berhenti melakukan hubungannya.

Dan terciptalah perjanjian baru "Mengusik sama artinya mengangkat bendera perang"

Dengan alasan itu, maka ada seorang penjaga. Jadi, ibu atau ayah adalah keturunan dari penjaga gerbang pertama di benua manusia.

"Lalu, apa salah ibu dan ayah sehingga mereka mati? Mereka hanya menjalankan tugas, kan?"

Sayangnya aku tidak bisa menemukan kunci untuk mengaktifkan gerbang. Berarti orang tuaku sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Setelah tidak mendapatkan apa pun lagi, aku keluar dari ruang bawah tanah. Masih ada hal yang harus kulakukan.

"Ibu, ayah... hanya ini yang bisa kulakukan untuk kalian. Maaf, jika selama ini aku sudah merepotkan kalian. Aku sangat berterima kasih bisa terlahir di keluarga ini, kalian sudah memberikan sesuatu yang tak bisa diberikan oleh orang tuaku di kehidupan sebelumnya. Kasih sayang kalian selama 5 tahun ini tak akan pernah bisa kubalas, tapi... aku akan berusaha untuk membalas apa yang sudah mereka perbuat kepada kalian."

Aku menguburkan orang tuaku dengan layak dan memberikan penghormatan terakhir. Hanya itu yang bisa kulakukan untuk saat ini. Sekarang aku bingung harus berbuat apa. Tubuhku terlalu kecil, aku masih ragu untuk melawan monster atau hanya sekedar meningkatkan level.

Nama: Zaried Scaland

Ras : Manusia

Level : 30

Title : Mercyless

Hp : 250

Mp : 250

Str : 34

Int : 34

Vit : 29

Agi : 39

SP : 1000

Skill :

*Interpretation Lv 5

*Instigate Lv 1

*Bad feeling Lv 1

Unique skill :

*Wrath sang penguasa kemarahan

"Levelku langsung naik 10 tingkat hanya dengan membunuh Cally, apa membunuh makhluk hidup seperti manusia cepat untuk menaikkan level?"

Itu hanya dugaan. Tapi, dari semua novel dan anime yang aku tonton sepertinya memang begitu. Sayang sekali di rumah ini aku tak menemukan buku tentang seluk beluk dunia ini, hanya buku sejarah tentang peperangan antara manusia dengan iblis.

Di ruang bawah tanah aku juga menemukan beberapa senjata. Seperti pedang dan busur.

"Tubuhku masih belum kuat untuk menggunakan senjata-senjata ini, sayang sekali."

Apa boleh buat, aku harus mencari cara lain untuk bisa keluar dari hutan ini dengan selamat. Tapi, kedengarannya sangat mustahil.

Aku perlu meningkatkan level. Tapi...

Hewan-hewan buas dan monster di sini sangatlah mengerikan. Aku pasti akan langsung mati.

<>

"7 dosa besar?"

Mungkin skill inilah yang paling kuat untuk sekarang. Tapi, aku harus marah untuk mengaktifkannya. Dalam pertempuran sesungguhnya akan mudah, namun bagaimana jika dalam kondisi normal?

Bagaimana dengan title ini?

<>

"Percuma, aku belum mempunyai skill tipe serangan."

<>

Cepat-cepat aku masuk kembali ke dalam. Firasatku mengatakan itu bukanlah monster.

Dari ruang bawah tanah, jelas aku mendengar langkah kaki kuda. Ternyata benar, itu bukanlah monster, melainkan manusia.

"Dimana Callika?" Kata salah satu dari mereka.

"Di sebelah sini tuan!?"

Gawat, kenapa aku tak langsung membereskan mayat itu? Sekarang mereka sudah tau bahwa ada seseorang yang membunuhnya. Cepat atau lambat mereka pasti akan ke bawah sini.

Cepat-cepat aku langsung mematikan semua penerangan yang ada di ruang bawah tanah lalu berusaha sebaik mungkin bersembunyi di kegelapan.

Sedikit demi sedikit suara derap langkah kaki mendekat dari arah pintu masuk.

<>

Aku menghiraukan pemberitahuan itu, berbekal belati kecil di tangan aku berharap bisa menghabisi mereka.

Kedengarannya konyol. Mereka sepertinya prajurit terlatih, apa akan kalah dengan anak kecil?

"Di sini ada ruang bawah tanah! Gelap sekali!"

Slash...

Aku menebas tepat di lehernya, langsung saja aku menyeretnya ke dalam kegelapan.

"Hoi, dimana kau?"

Tak ada jawaban dari rekannya.

"Kemana dia?"

Prajurit itu langsung menuruni ruangan yang ditunjuk rekannya tadi.

Dengan berbekal sebuah obor secara perlahan dia menuruni beberapa anak tangga. Dia cukup santai, tidak mengira akan ada bahaya yang mengancam.

"Hmm... ruangan ini? Apa ruang ini yang dimaksud Callika?"

Dia menyusuri tiap sudut ruangan, tapi tak menyadari hawa keberadaanku.

<>

"A-a-pa yang terjadi?"

Dia langsung mengeluarkan pedangnya untuk bertarung. Dia sudah melihat mayat rekannya yang mengenaskan.

Jleb...

"Arghh... a—pa?"

Aku menusuk tepat di bagian leher.

"Apa mereka seorang amatir? Di luar jelas-jelas ada sebuah mayat. Tapi, mereka tak waspada sama sekali ketika masuk ke sini. Payah!"

Tinggal beberapa orang lagi, aku yakin bisa membunuh mereka semua.

<>

Setelah berjuang, aku akhirnya berhasil membunuh mereka semua.

<>

<>

Nama: Zaried Scaland

Ras : Manusia

Level : 30

Title : Mercyless

Hp : 250

Mp : 250

Str : 34

Int : 34

Vit : 29

Agi : 39

SP : 1000

Skill :

*Interpretation Lv 5

*Instigate Lv 1

*Bad feeling Lv 1

*Stealth Lv 3

*Lunge Lv 2

Unique skill :

*Wrath sang penguasa kemarahan

Jika kalian bingung dengan status ini, aku akan menjelaskannya sedikit.

Setiap kali aku naik level penambahan pada Hp dan Mp adalah 5. Lalu aku juga akan mendapatkan SP sebanyak 2.

Sepertinya aku lupa memberi tau, SP bisa digunakan untuk meningkatkan stat dan membeli sebuah item atau skill yang ada di shop. Aku sejak lahir memperoleh 1000, berkali-kali lipat dari kebanyakan manusia.

Jadi, setiap kali naik level, aku meningkatkan stat-ku dari hasil naik level juga. Aku belum menggunakan SP asliku sama sekali, jumlahnya tetap sama.

Sepertinya sekarang aku akan mencoba menggunakan SP sekarang.

"Skill apa yang dibutuhkan?"

Pilihan harus tepat, mendapatkan SP itu sulit, tiap naik level aku hanya mendapatkan 2. Dan harga tiap skill dan item di shop sangatlah mahal.

"Apa sistem ini mau memerasku?"

Sungguh tidak adil, sebenarnya siapa yang sudah menciptakan sistem?

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, aku memutuskan untuk membeli ini

"Aku pilih appraisal, storage space!?"

<>

<>

"Apa selanjutnya, emm... aku pilih elemental control!"

<>

<>

<>

<>

"Selanjutnya apa? Tinggal 150!? Sepertinya segini dulu. Aku hanya tinggal menyesuaikan keadaan ke depannya."

Tanpa kusadari, dari ufuk timur matahari sudah naik.

"Heh... sudah pagi? Ini adalah malam yang begitu panjang!"

Aku juga tak tau mengapa, tapi air mataku menetes. Yah, ini adalah hari pertama aku akan menjalani kesendirianku untuk kedua kalinya.