Chereads / Megan dan Mark / Chapter 8 - Kesalahan Fatal

Chapter 8 - Kesalahan Fatal

Setelah melakukan hal itu bersama Om Justin, Luna pun berakting, seakan menyesali semuanya. "Om, aku mau pamit pulang saja," ucap Luna sambil menunduk. Terlihat sedih dan penyesalan di wajah cantiknya.

"Kenapa Luna? Maafkan Om. Sudah lama sekali Om tidak melakukan itu. Om khilaf." Justin menyentuh dagu Luna dan menatap wajahnya. Berharap gadis cantik itu tidak marah atau menyesal atas perbuatan yang baru saja mereka perbuat.

"Om, bagaimana kalau Mark tahu? Luna malu Om. Padahal, Luna mencintai Mark." Mata Luna mulai berkaca-kaca dan air mata mulai menetes. Ya, air mata buaya karena semua hanya akting semata.

"Tenang Luna. Calm down. Om akan rahasiakan ini. Luna juga ya." Justin panik melihat Luna menangis. Dia takut jika Luna menceritakan pada Mark atau Maya.

"Tapi, aku ingin bersama Mark, Om. Rasanya Luna ingin bunuh diri ketika tahu Mark memiliki kekasih." Luna pun bersandar di dada bidang Justin. Berharap bisa memiliki Mark seutuhnya dengan cara menjebak papanya.

"Tenang, Luna. Om akan atur semuanya. Luna pasti menjadi kekasih Mark." Justin membelai rambut Luna perlahan. Dia mencoba menjanjikan hal yang tak mungkin, yaitu soal perasaan anak semata wayangnya.

"Benarkah Om?" Luna mengangkat wajahnya memandang Justin.

"Iya, Om janji. Tapi, Luna harus melayani Om lagi."

Birahi Justin belum berhenti sampai di situ. Justin kembali mencium Luna dan menggerayangi Luna lagi. Entah apa yang dipikirkan Justin. Hanya nafsu dan demi memuaskan syahwatnya, Justin tega mengobral janji yang tidak mudah untuk ditepati.

Soal hati sangat sukar dimengerti. Bahkan untuk dipaksa pun tak bisa. Justin menikmati tubuh Luna dengan Cuma-Cuma. Berbeda dengan perempuan lain yang selama ini menjadi simpanannya.

Justin tidak menyadari, hal ini kesalahan fatal bagi hidupnya dan keluarga. Luna bukan gadis polos seperti dahulu. Luna yang sekarang penuh trik dan tipu daya. Penuh pesona yang mematikan. Penuh dengan obsesi yang harus diraih, dengan cara apa pun itu.

***

Suara piring jatuh membuat terkejut semua orang saat Maya hendak berdiri dari bangkunya. Mendadak hatinya merasakan sesuatu yang ganjil. Bagaimana bisa piring makannya jatuh saat berdiri dari meja? Sama sekali tidak masuk akal.

Pegawai restoran pun bergegas membersihkan serpihan piring itu. Maya meminta maaf dan meninggalkan beberapa lembar lima puluh ribu untuk mengganti kerusakan. Maya bergegas menelepon Mark

"Mark, are you ok?" kata Mama Maya setelah Mark mengangkat teleponnya.

"Fine, Ma. Ada apa, Ma? Sudah selesai Lunch?" sahut Mark.

"Sudah Mark. Tapi Mama terjebak hujan lebat. Untuk ke parkiran mobil tak memungkinkan dengan payung pun."

"Mama di sana saja dulu. Mark juga tidak bisa pergi kemana-mana. Hujannya terlalu deras, Ma."

"Ok kalau begitu, Mama di sini saja."

"Ok, Ma. See you."

Percakapan itu pun berakhir. Namun, rasa aneh masih singgah di hati Maya. Tak pernah berpikir hal buruk menimpa rumah tangganya. Meski Justin memang bukan lelaki setia, namun Maya mengira Justin sudah bertobat dan berubah.

***

Setelah Justin menyelesaikan napsunya kepada Luna, dia pun lekas mandi dan berpakaian rapi. Luna pun mandi dan meminjam pakaian Maya.

"Om, Luna pakai ini ya." Luna menunjukkan dress biru muda yang membalut tubuh seksinya.

"Bagus sekali. Cocok dipakai Luna. Ayo sekarang kita pergi. Sebelum mereka pulang." Ucap Justin sambil mengerlingkan matanya yang nakal.

"Iya Om. Pakai mobil Luna aja ya!"

Justin dan Luna pergi meninggalkan rumah itu. Mereka memutuskan untuk memesan sebuah kamar di hotel berbintang lima untuk melanjutkan gelora panas yang mereka lakukan di kamar tadi.

Perbuatan yang tak sepantasnya di lakukan. Namun, lagi-lagi, Justin menjadi budak hawa napsunya. Terlebih memiliki kesempatan emas menikmati wanita muda, cantik dan sangat hot. Tak akan melewatkan kesempatan ini!

***

Tak sengaja, Megan melihat Papa Justin turun dari mobil bersama perempuan yang tempo lalu bersama Mama Maya. Ya, rumah sakit tempat Megan bekerja berada di pusat kota. Pas di depan rumah sakit ada hotel berbintang lima dengan lobby yang menghadap samping seberang rumah sakit.

Awalnya, Megan tidak percaya apa yang dia lihat. Namun, hari-hari berikutnya, Megan menyadari sesuatu yang tak beres!

***

Setelah sekian menit menunggu di depan rumah sakit, akhirnya yang Megan tunggu sudah datang.

"Sayang, sudah lama menunggu?" tanya Mark sambil membuka pintu mobilnya.

"Ah, nggak kok. Maaf ya tadi ada pasien serius dan jam kerja jadi lebih panjang." Megan merasa tak enak.

"Nggak apa sayang. Tadi juga terjebak hujan deras. Oh iya, gimana kalau sabtu besok kita mengunjungi mamamu?" usul Mark menghabiskan weekend bersama.

"Ehm, boleh. Tetapi naik kereta aja ya."

"Ok sayang. Sambil travelling ya." Mark pun melajukan mobilnya.

Sangat senang melihat reaksi Megan yang tidak menolak Mark mengunjungi rumahnya. Berkenalan dengan mamanya Megan adalah hal yang ditunggu-tunggu oleh Mark.

Mark pun mempersiapkan hati untuk bertemu calon mertua. Megan mengiyakan karena Mark sudah memperkenalkan Megan dengan kedua orang tuanya.

"Ah, Om, sudah Om. Luna sudah nggak kuat." Rintihan Luna yang terus diserang dengan tusukkan Justin.

"Sssh. Ini belum seberapa, Luna. Nanti Om belikan mobil baru untuk Luna." Justin menjanjikan harta untuk Luna.

Luna pun sangat senang. Begitu mudah mendapatkan kesempatan bersatu dengan Mark serta mendapatkan harta dari Om Justin.

Mereka terbuai dalam setiap sentuhan dan hentakan. Tak sadar jika Luna menyelipkan video record di sudut ruangan yang merekam aksi buas Justin. Luna berhasil meletakkan benda itu saat Justin memesan wine.

Luna sudah merencanakan semua dengan matang. Jelas, Luna tak percaya begitu saja ucapan Om Justin, yang sudah terkenal hidung belang.

"Nggak boleh lengah donk! Ya kali si Om sudah enak-enak di tubuhku, nanti lupa dengan janji-janjinya! Aku harus mendapatkan Mark. Harus!" batin Luna sambil mengintip ke arah video record yang tertutup beberapa vas bunga. Arah yang tepat untuk melihat wajah Om Justin!

"Ah, ah, aaaaah ...." leguh kenikmatan Om Justin dan Luna bersamaan.

Mereka mencapai puncak bersama. Lalu saling memeluk dan lemas. Justin merasa beruntung mencicipi Luna, meski bukan perawan.

Bayangan masa lalu pun muncul, saat Justin merenggut keperawanan seorang gadis desa. Waktu itu Justin mabuk kepayang dan setiap hari bersama gadis itu. Meski akhirnya Justin meninggalkan gadis lugu itu bersama semua dosa yang mereka perbuat.

Bagi Justin, nama baik jauh lebih penting dari segalanya. Bahkan semua skandal yang dia buat, dengan mudah dia tutup dengan hartanya. Namun kali ini, Justin salah mengira.

Luna bukan perempuan yang mudah ditipu. Bahkan pemikiran Luna jauh memprediksi semua kemungkinan yang akan terjadi.