Chapter 12 - Chapter 12

"Permisi Yang Mulia. Saya ingin memberitahukan bahwa Tuan Putri sudah kembali." Ucap kepala pelayan Kekaisaran Crescentia, Sebastian.

Permaisuri segera bangkit dari kursi di perpustakaan, "Benarkah?! Dimana putriku?" Tanya permaisuri dengan terburu-buru.

"Saat ini Tuan Putri sedang beristirahat di kamarnya, Yang Mulia." Jawab Sebastian dengan tenang.

"Antarkan aku ke kamar putriku sekarang juga!" Perintah permaisuri yang segera berjalan meninggalkan perpustakaan dengan terburu-buru.

"Baik, Yang Mulia."

Karena istana ini begitu luas, membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai ke kamar Cornelia. Permaisuri masuk ke dalam kamar putrinya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga membuat para pelayan yang baru saja selesai membantu Cornelia berganti pakaian terkejut dan membungkuk hormat dengan tterburu-buru

Permaisuri tidak terlalu peduli dengan para pelayan itu, ia hanya ingin segera melihat wajah putrinya. Sudah lama sekali ia tidak melihat putri satu-satunya yang ia miliki. Terakhir kali ia melihatnya hanya saat kaisar ataupun dirinya ulang tahun, itupun tidak lama karena menantu laki-lakinya tidak ingin terlalu lama berada di samping putrinya. Permaisuri sangat tahu itu.

Dulu, saat permaisuri mendengar permintaan Cornelia untuk menikah dengan Charles Harvey, permaisuri tidak ingin mengabulkannya. Permaisuri tahu Charles tidak mencintai putrinya sama sekali. Terlebih, Cornelia sudah bertunangan dengan pangeran dari Kerajaan Osvald yang sudah dianggap oleh permaisuri sebagai anaknya sendiri. Membatalkan pertunangan dengan pria yang mencintai putrinya tentu saja merupakan hal yang berat bagi sang permaisuri karena ia hanya ingin Cornelia hidup bahagia hingga akhir hayatnya.

Permaisuri sudah berusaha berbicara dengan Cornelia mengenai masalah pernikahan itu, tetapi Cornelia enggan mendengarkan permaisuri dan mogok makan selama tiga hari berturut-turut. Permaisuri dan Kaisar sangat khawatir dengan keadaan putrinya hingga akhirnya mereka terpaksa mengabulkan permintaan dari putrinya tersebut.

Semenjak Cornelia menikah dengan Charles Harvey, permaisuri mendengar banyak rumor buruk tentang putrinya di kalangan bangsawan. Ada yang mengatakan bahwa putrinya berkali-kali mencelakan wanita yang dicintai oleh Charles Harvey, Charles Harvey mencintai wanita lain karena membenci istrinya yang serakah, ada juga yang mengatakan bahwa Charles Harvey tidak mencintai istrinya karena istrinya yang jahat dan kasar, dan sebagainya, sehingga para bangsawan tidak takut untuk menjauhi Cornelia. Tentu saja permaisuri sangat geram dan ingin mengadukannya kepada kaisar, akan tetapi ia memilih untuk menyembunyikan hal tersebut dari kaisar, karena jika kaisar mendengar rumor-rumor buruk tersebut, kaisar tidak akan segan untuk memusnahkan seluruh keluarga bangsawan yang berani menghujat putri mereka satu-satunya dan memaksa mereka berdua untuk bercerai saat itu juga.

Setiap kali berita mengenai ketidakadilan yang dirasakan putrinya sampai ke telinganya, permaisuri selalu mengirimi putrinya surat untuk kembali ke Kekaisaran, tapi Cornelia selalu menolaknya.

Permaisuri tidak tahu lagi bagaimana cara membujuk putrinya untuk kembali pulang hingga tiga hari yang lalu, ia mendengar kabar mengenai putrinya yang pingsan di tengah-tengah pesta ulang tahun Detrix Osvald. Orang yang memberitahunya berita tersebut tentu saja Detrix sendiri, melalui surat yang ia kirimkan melalui burung merpati miliknya.

Permaisuri segera memberitahukan berita tersebut kepada kaisar. Kaisar berusaha mengontrol amarahnya dan menyuruh ksatria pribadi miliknya untuk menjemput putrinya dengan paksa, hal itu benar-benar akan dilakukan jika putrinya menolak untuk pulang.

Mengejutkannya, Cornelia bersedia untuk pulang dengan sukarela. Permaisuri pun segera bergegas pergi ke kamar Cornelia.

"Cornelia putriku!" Seru permaisuri saat melihat putrinya tengah terbaring diatas ranjang.

"Y-Yang Mulia Permaisuri?!" Balas Cornelia dengan membelalakkan kedua matanya.

Permaisuri menghentikan langkahnya yang terburu-buru. Ia tak percaya dengan pendengarannya barusan. Apa kata putrinya tadi? Yang Mulia Permaisuri?

"Putriku, apakah kau sudah melupakanku?" Tanya permaisuri dengan raut wajah yang terlihat sangat sedih.

"I-itu..."

Salah satu pelayan yang ditugaskan melayani Cornelia menyela dengan sopan, "Maafkan saya yang sudah berani menyela, Yang Mulia. Saya mendapat informasi dari Tuan Kerneev bahwa Tuan Putri mengalami hilang ingatan beberapa bulan yang lalu..."

"Apa? Hilang ingatan? Putriku hilang ingatan?!"

"Benar, Yang Mulia."

"Tidak..." Permaisuri menghampiri Cornelia dengan langkah kaki yang bergetar, "Putriku, apa kau benar-benar lupa ingatan?" Tanya permaisuri, memastikan sekali lagi.

Cornelia menundukkan kepalanya karena merasa bersalah kepada permaisuri, "Itu benar, Yang Mulia..."

Kedua kaki permaisuri bergetar akibat terguncang setelah mendengar berita tersebut. Namun ia memaksakan kakinya untuk tetap berdiri tegak dan berjalan perlahan menuju putrinya yang sedang duduk di atas ranjang.

Permaisuri segera memeluk Cornelia dengan erat, "Kau sudah melalui banyak hal yang berat selama dua tahun ini di tangan pria itu." Ucap permaisuri dengan suara yang serak dan tubuh yang bergetar.

'Seharusnya aku tidak pernah mengizinkanmu untuk menikah dengannya. Maafkan aku.' Gumam permaisuri di dalam hati.

Cornelia merasakan getaran pada tubuh permaisuri yang memeluknya. Kalau saja ibunya yang berada di dunia sebelumnya mengetahui anaknya hilang ingatan dan diperlakukan tidak adil, tentu saja ibunya akan marah dan mengamuk, seperti yang hampir dilakukan oleh kedua orang tuanya dulu ketika mengetahui bahwa dirinya di bully oleh anak-anak di SMA lamanya. Jika saja Cornelia--Amelia tidak menghentikan kedua orang tuanya saat itu, mungkin masalahnya akan semakin rumit.

Cornelia hendak membalas pelukan itu, tetapi tangannya terhenti di udara sebelum menyentuh punggung permaisuri. Kasih sayang ini bukan untuk dirinya, melainkan Cornelia asli. Amelia merasa bersalah kepada permaisuri karena sudah berani-beraninya merebut tubuh milik putri mereka satu-satunya.

'Maafkan aku.'

Amelia membiarkan tubuhnya di peluk oleh permaisuri tanpa berani membalas pelukan tersebut dan juga menutup bibirnya dengan rapat walaupun ingin mengucapkan kata 'maaf' yang hanya terhenti di tenggorokannya.

-_*_-

Setelah bertemu dengan putrinya, permaisuri kembali ke kamarnya dengan langkah yang berat. Segera, permaisuri mengambil secarik kertas dan menulis sebuah surat untuk Charles Harvey. Dengan tatapan yang sangat dingin seolah-olah mampu membekukan kamar tersebut, permaisuri meminta kehadiran Charles di taman miliknya pukul 4 sore. Permaisuri memberikan waktu dua minggu kepada Charles, karena perjalanan dari wilayah Harvey ke Kekaisaran membutuhkan waktu sepuluh hari.

"Kirimkan surat ini kepada Duke Harvey." Perintah permaisuri kepada pelayan pribadinya, Rosalia.

"Baik, Yang Mulia."

-_*_-

Kaisar baru saja menyelesaikan rapatnya dengan para petinggi Kekaisaran. Kevneer sudah menunggu kaisar di balik pintu ruang rapat sejak empat puluh lima menit yang lalu. Saat kaisar keluar dari ruangan tersebut, Kevneer segera melaporkan semua hal terkait Cornelia kepada kaisar. Agaknya terlihat tidak sopan melaporkan keberhasilan misi mereka kepada kaisar di depan pintu ruang rapat, tetapi kaisar sendirilah yang telah memerintahkan mereka untuk menunggu di depan ruang rapat hingga rapat itu selesai.

Akhirnya tibalah berita mengenai Cornelia yang lupa ingatan. Kaisar dengan segera berjalan ke kamar putrinya tanpa berpikir panjang lagi, tetapi menghentikan langkahnya ketika para pelayan yang bertugas mengurusi putrinya mengatakan bahwa Cornelia saat itu sedang tidur.

"Baiklah. Beritahu aku jika putriku sudah bangun."

Pelayan tersebut membungkuk sembilan puluh derajat dan membalas, "Baik, Yang Mulia." Balasnya dengan sopan.

Kaisar berbalik dan segera kembali ke ruang kerjanya. Disana, permaisuri sudah menunggunya sambil minum teh dengan tenang. Sedangkan pelayan wanita yang menyeduh teh milik permaisuri membungkuk hormat kepada kaisar hingga kaisar memberinya sinyal untuk keluar dari ruangannya.

"Ada apa, Carissa?" Tanya kaisar kepada permaisuri.

"Abraham, apa kau sudah mendengarnya? Putri kita hilang ingatan." Balas permaisuri sambil menatap cangkir teh yang tengah ia pegang.

Kaisar duduk bersebrangan dengan permaisuri dan melepas sarung tangan yang dikenakannya, "Ya, aku sudah mendengarnya."

"Bagaimana jika," Permaisuri meletakkan cangkir tehnya dan menatap mata kaisar dengan tenang dan dingin, "Kita buat mereka bercerai dan mengambil kembali putri kita dari Duke Harvey."

Kaisar bergidik menatap mata dingin milik sang permaisuri. Permaisurinya, Carissa Crescentia, tidak seperti wanita biasa pada umumnya. Carissa merupakan seorang ksatria wanita yang membantai musuh-musuhnya tanpa ampun dan berhati dingin, sehingga ia ditakuti oleh musuh-musuhnya. Ia menjabat sebagai wakil komandan militer di Kekaisaran Crescentia. Abraham yang merupakan Pangeran Mahkota Crescentia saat itu merupakan atasan Carissa dan sangat dekat dengannya. Hanya Abraham yang tetap berdiri tegak menghadapi tatapan dingin dan menusuk dari Carissa di saat wanita itu murka, sedangkan pria lain dari pasukannya akan pingsan atau lari ketakutan akibat aura membunuh yang sangat kuat dipancarkan oleh wanita itu.

Carissa juga terkenal dengan karismanya yang luar biasa sehingga ia disegani oleh seluruh pasukan yang berada dibawah naungan mereka. Berkat karismanya itu juga membuat Abraham jatuh cinta padanya.

Abraham segera memegang kendali dirinya akibat tatapan dingin Carissa yang sedang dipancarkan wanita itu saat ini dan bertanya kepada Carissa, "Kenapa kau berpikir ingin membuat putri kita bercerai dengan pria yang dicintainya?"

Kaisar tidak tahu mengenai rumor dan juga perlakuan yang di terima Cornelia semenjak Cornelia menikah dengan Duke Harvey. Permaisuri meminta kepada seluruh pekerja yang bekerja di Istana Kekaisaran Crescentia untuk tidak membuka mulut mereka soal rumor tersebut kepada kaisar. Jika kaisar mendengar sedikit saja rumor tersebut, mungkin kaisar akan segera memerintahkan Charles Harvey untuk menceraikan Cornelia saat itu juga. Memikirkan putrinya yang tergila-gila pada Charles Harvey dan enggan untuk pulang ke Kekaisaran beberapa bulan sekali hanya karena pria itu, akhirnya permaisuri memilih untuk diam terlebih dahulu dan mengamatinya melalui berita-berita yang sampai padanya dari jauh.

Permaisuri segera menjelaskan alasannya kepada kaisar, mengapa ia menginginkan perceraian diantara putrinya dengan Duke Harvey. Kaisar mendengarkan dengan seksama dan saat permaisuri sampai diakhir penjelasannya, urat-urat di wajah kaisar tampak samar di wajahnya.

BRAK!

CRASH!

Kaisar memukul meja yang ada di hadapannya hingga terbelah menjadi dua, cangkir-cangkir teh yang terletak di atasnya jatuh kelantai kemudian pecah dan berserakan di lantai, "Berani-beraninya pria itu menyakiti putriku?!"

Persis seperti yang permaisuri duga, kaisar pasti tidak akan bisa tenang dan akan segera mengambil keputusan jika sudah menyangkut tentang putrinya. Sebentar lagi, ia akan mendengar kaisar berkata, 'Aku akan memerintahkan Duke Harvey untuk menceraikan putriku sekarang juga.'

"Aku akan memerintahkan Duke Harvey untuk menceraikan putriku sekarang juga!" Ucap kaisar dengan amarah yang terlihat jelas di dalam matanya.

Permaisuri menatap kaisar dengan tenang, "Tenanglah, Abraham. Tidak perlu terburu-buru. Aku akan berbicara kepada Cornelia dan Duke Harvey lebih dulu sebelum memutuskan untuk memerintahkan mereka berdua bercerai."

"Kau memintaku untuk tenang dan melihat putriku terus disakiti oleh pria itu?!" Tanya kaisar kepada permaisuri dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Ada yang ingin kupastikan sekali lagi," Balas permaisuri tanpa memikirkan kaisar yang mengamuk dihadapannya, "Lagipula, ini terkait dengan urusan rumah tangga mereka. Kita tidak bisa sembarangan untuk memerintahkan mereka berdua bercerai sekarang juga karena yang akan memutuskan adalah kedua orang itu. Tapi kali ini, kita hanya akan mendengar tanggapan Charles Harvey mengenai perceraiannya dengan Cornelia. Jika ia setuju, kita akan segera memproses perceraian tersebut saat itu juga."

Permaisuri tidak berencana untuk mendengarkan penolakan putrinya. Alasannya adalah karena permaisuri yakin, putrinya masih mencintai Charles Harvey walaupun pria itu terus menyakiti dirinya, bahkan dalam keadaan hilang ingatan sekalipun.

Untuk itulah, permaisuri membuat rencana lain. Ia berencana untuk mendengar langsung tanggapan Charles Harvey saat jamuan minum teh diantara permaisuri dan Charles berlangsung nanti. Tentu saja permaisuri akan bertanya terlebih dahulu kepada putrinya hanya sekedar untuk basa-basi, dan tidak akan memasukkan jawaban putrinya ke dalam pertimbangannya nanti. Biarlah permaisuri terlihat jahat di mata putrinya, asalkan putrinya bisa bahagia. Ia akan melakukan apapun agar Cornelia bisa hidup dengan bahagia.

Sekali lagi, kaisar menatap jauh ke dalam mata istrinya. Mata dingin itulah yang selalu meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja saat mereka masih berada di medan perang dulu. Kaisar menghembuskan napasnya perlahan kemudian menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, "Baiklah. Aku menyerahkannya padamu, permaisuri."

Seulas senyum kecil tersungging di bibir sang permaisuri, "Terimakasih, Yang Mulia."