["Pulanglah. Aku akan merawat Cornelia sampai dia sembuh."]
["Tidak, pangeran. Anda tidak perlu repot-repot merawat istri orang lain karena aku sebagai suaminya yang akan merawatnya."]
"..."
Aku menatap 'suami'ku dengan tangan menopang pipi dan juga memasang wajah masam. Apa katanya tadi? Merawatku? Hah, omong kosong.
Tidak mungkin pria yang berstatus sebagai 'suami'ku saat ini benar-benar akan merawatku. Malahan, yang ada dia akan menelantarkanku hingga aku mati seperti yang ia lakukan pada Cornelia asli sebelumnya.
Lalu Detrix. Pria yang sudah menjadi 'mantan tunangan' Cornelia itu ternyata masih sangat peduli pada tubuh ini. Terlihat jelas bagaimana dia memperlakukanku dengan sangat lembut bahkan sampai rela bersusah payah untuk merawatku. Andai saja aku masih belum menikah dengan Charles, mungkin aku akan dengan senang hati menikah dengan Detrix dan hidup kaya tanpa ada beban pikiran tentang pandangan orang-orang terhadapku karena Detrix terlihat sangat setia sekali pada Cornelia walaupun Cornelia sudah menikah dengan pria lain.
Mungkin, aku bisa hidup bahagia jika saja Cornelia memilih untuk menikah dengan Detrix.
"Hah..."
Cornelia, kenapa kau bodoh sekali! Kenapa kau memilih menikah dengan pria brengsek yang mencintai wanita lain daripada menikah dengan pria yang benar-benar tulus mencintaimu?
Tck! Memikirkan hal itu saja sudah membuat mood ku semakin memburuk.
Belum lagi mengenai tatapan mata bangsawan padaku. Aku tidak tahu apakah aku akan berani pergi lagi ke pesta-pesta seperti itu atau tidak, apalagi dengan sikap Charles yang tidak ada niatan untuk melindungi istrinya sendiri dan lebih memilih wanita lain, mungkin aku benar-benar akan berhenti hadir di setiap pesta yang di selenggarakan oleh para bangsawan.
Apakah aku bisa terus hidup di dalam rumah tangga yang seperti ini?
"Hah..." Lagi-lagi aku menghela napas panjang sembari menatap keluar jendela dengan tangan menopang pipiku yang sedikit berisi.
"Kenapa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Charles tiba-tiba padaku.
Aku meliriknya dengan sinis dan malas, "Tumben, ada angin apa tiba-tiba kau mengkhawatirkan keadaanku?"
Charles mengangkat sebelah alisnya, "Apakah aku tidak boleh mengkhawatirkan keadaan istriku sendiri?"
"Hah? Hahaha!" Aku mendengus kasar kemudian tertawa sinis sambil menatap Charles dengan angkuh, "Kau? Mengkhawatirkan istrimu sendiri? Kenapa kau tidak melakukan hal itu saat kita berada di pesta tadi?! Kenapa kau malah memihak pada 'wanitamu' itu dan membentakku seenak jidatmu?!" Bentakku tak terima dengan kalimat yang keluar dari bibirnya barusan.
"Apa maksudmu 'wanitaku'? Sudah kubilang aku tidak akan mencari wanita lain lagi."
"Kenapa? Apa karena kau sudah memiliki seorang istri? Apa kau terkekang karena status pernikahan kita sehingga kau tidak bisa bersama dengan wanita yang kau cintai?" Tanyaku dengan menggebu-gebu.
"Cornelia, ini semua tidak ada hubungannya dengan itu."
"Lalu apa?! Kau tahu? Kau baru saja mempermalukan istrimu di depan publik dengan memihak pada wanita lain. Kau pikir aku tidak punya hati dan harga diri?!"
Tangan Charles meraih kedua sisi bahuku, "Cornelia, tenanglah. Mari kita bicarakan ini dengan tenang."
Tenang? Dia memintaku untuk tenang setelah menjatuhkan harga diriku di pesta tadi?!
Sungguh, aku sudah tidak tahan. Persetan dengan kontrak dan segala penghinaan bangsawan, kali ini aku benar-benar sudah tidak tahan lagi.
Aku menepis tangan Charles kemudian menatapnya dengan air mata yang tertahan di kelopak mataku, "Lebih baik kita bercerai saja, Charles."
Ya, lebih baik kami bercerai saja. Aku tidak bisa menghabiskan waktu terkurung di kediaman Harvey sampai aku mati jika Charles masih memikirkan wanita lain dan melindungi wanita itu. Aku bukanlah boneka yang terpajang sebagai istri di balik bayangan. Aku dan Cornelia mempunyai hati, kami punya harga diri bahkan aku bisa merasakannya saat ini kalau Cornelia sedang menangis akibat patah hati. Jantung ini, hati ini, tubuh ini, semuanya terhubung dengan jiwa Cornelia asli dan berselaras denganku. Aku dapat merasakan semua ini dengan nyata setelah bertemu dengan Cornelia di dalam mimpiku.
"Cerai? Apa yang baru saja kau katakan, Cornelia?"
"Aku ingin kita bercerai, Charles." Balasku dengan suara bergetar sambil menahan tangis yang sudah tertahan di pangkal tenggorokanku.
"Tidak. Aku tidak mau kita bercerai. Kuharap aku tidak mendengar kalimat barusan, Cornelia Harvey." Balasnya dengan tegas.
"Charles!"
Charles segera duduk bersandar sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dada kemudian memejamkan matanya, mengabaikanku.
-_*_-
Sesampainya aku di hotel, aku segera turun dari kereta tanpa menunggu Charles turun terlebih dahulu dan berjalan dengan cepat menuju ke dalam kamar yang kami sewa. Dengan gesit aku segera melepas gaun yang kukenakan beserta aksesoris yang menempel di tubuhku lalu segera pergi mandi. Syukurlah hotel ini memiliki alat seperti keran air yang dapat memanaskan air dengan menekan tombol yang berisikan mana sihir.
Setelah selesai mandi, aku segera mengenakan piyamaku kemudian mengambil bantal dan selimut lalu berbaring di atas sofa. Syukurlah sofa ini besar dan empuk, setidaknya punggungku tidak akan kesakitan ketika aku bangun nanti.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Charles yang baru saja hendak masuk ke dalam kamar mandi.
Aku memejamkan mataku dan mengabaikannya. Haha, memangnya cuma dia saja yang bisa mengabaikanku? Akupun bisa!
"Hei, Cornelia." Panggilnya lagi namun aku tetap memilih untuk mengabaikannya.
"Hei," Ucap Charles yang sudah berdiri tepat di sampingku, "Apa kau mengabaikanku?" Tanyanya lagi.
Tetap saja, aku mengabaikannya sambil memejamkan kedua mataku. Rasakan bagaimana rasanya saat kau diabaikan oleh orang lain!
"Oh, jadi kau benar-benar mengabaikanku," Ucapnya lalu dapat kurasakan hembusan nafas hangat yang terhembus di depan wajahku, "kalau begitu, aku akan melakukan apapun yang kumau." Bisiknya tepat di telingaku.
Segera, aku membuka lebar kedua mataku setelah mendengar bisikan Charles di telingaku. Hal pertama yang kulihat adalah wajah Charles yang terlihat sangat jelas tepat di depan wajahku. Wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter dan hidung kami nyaris bersentuhan.
"Apa yang kau lakukan?" Tanyaku padanya.
Dia tersenyum miring padaku, "Hm? Melakukan apapun yang kumau?"
Lalu, untuk apa kau mendekatkan wajahmu padaku?!
Aku mendorong dada Charles agar dia menjauh, "Berhentilah menggangguku. Aku hanya ingin tidur."
"Tidur? Disini?"
"Iya. Kenapa memangnya?"
"Disana ada kasur. Kenapa kau memilih tidur di atas sofa?"
"Karena aku tidak ingin tidur di atas ranjang yang sama denganmu." Balasku blak-blakan.
Charles menjauhkan tubuhnya dan berdiri di samping sofa yang kutiduri sambil menyisir rambutnya yang berantakan kebelakang menggunakan jemarinya kemudian menghela napas, "Hah..."
Kenapa? Aku tidak salah bukan? Aku tidak ingin tidur di atas ranjang yang sama dengan pria egois sepertinya. Aku memberikan jalan terbaik padanya untuk bercerai supaya dia bisa bersama dengan Odelia dan aku akan mencari jalanku sendiri untuk bahagia. Perihal kontrak yang telah kubuat dan kami tandatangani bersama, sepertinya sudah tidak berguna saat ini.
"Eh?!"
Tiba-tiba aku merasakan tubuhku terangkat dan saat kusadari, Charles tengah mengangkat tubuhku dan membawaku ke arah kasur. Sofa dan kasur kami tidak terlalu jauh sehingga sebelum aku memberontak, aku sudah diletakkan di atas kasur.
"Aku tahu kau tidak ingin tidur bersamaku. Walaupun begitu, tidurlah di atas kasur. Biarkan aku yang tidur di atas sofa." Ucapnya kemudian berjalan ke arah kamar mandi.
Charles. Pria itu, apa yang sebenarnya dia pikirkan? Mengapa dia terlihat lembut padaku secara tiba-tiba? Apakah dia menganggap apa yang terjadi saat di pesta tadi hanyalah lelucon belaka?
Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku sakit dan pusing. Moodku juga malah semakin memburuk. Huh, sudahlah, biarkan dia melakukan apapun yang dia mau dan akupun akan melakukan hal yang sama. Hari ini dia menolak untuk bercerai, besok aku akan memintanya untuk bercerai lagi sampai dia mau menyetujuinya.
-_*_-
Meminta maaf kepada seseorang bukanlah hal yang mudah bagi Charles.
Sedari kecil, dia sudah di ajarkan tata krama bangsawan yang ketat dari guru-guru yang disewa oleh kedua orang tuanya. Ibunya tidak membiarkan Charles untuk bersikap lemah lembut kepada orang-orang sekalipun itu orang yang kau cintai.
Makanya, sudah menjadi suatu kewajaran jika orang-orang yang melihat keluarga besar itu datang ke pesta ataupun bertemu di luar, mereka akan selalu melihat keluarga itu dipenuhi aura wibawa terkesan dingin yang disegani siapapun.
Charles menuruti ajaran yang telah ditanamkan padanya sejak ia masih kecil. Tapi tidak sepenuhnya dia akan menuruti ajaran tersebut. Ia hanya akan bersikap lembut dan hangat secara diam-diam kepada adik perempuannya, Noelle Harvey. Jujur saja, baginya bersikap dingin kepada orang yang dia cintai bukanlah sesuatu yang benar untuk dilakukan oleh siapapun. Ia bertekad, jika ia mencintai seseorang di dalam hidupnya, dia akan memperlakukannya dengan sangat baik dan tidak akan mengikuti jalan yang ditempuh oleh kedua orang tuanya.
Saat ia berumur sepuluh tahun, orang tuanya meninggal akibat kecelakaan laut yang terjadi saat kedua orang tuanya pergi untuk menghadiri rapat penting yang diadakan di Kekaisaran.
Charles dan Noelle memulai kehidupan tanpa kedua orang tua di umur yang sangat muda. Tidak ada waktu berduka bagi Charles karena kekosongan kursi Duke yang ditinggalkan oleh ayahnya. Charles pun akhirnya di angkat sebagai kepala keluarga di keluarga Harvey dan menjadi seorang Duke termuda sepanjang sejarah. Ia mulai memaksimalkan latihan berpedangnya dan juga mulai mempelajari kewajiban yang harus ia kerjakan sebagai seorang Duke di masa mendatang.
Ia pun sempat mengikuti perang untuk melawan para pemberontak yang menolak Kekaisaran bersama dengan Detrix dan juga para ksatria lainnya. Sesekali ia pulang ke rumah dan menemani adiknya. Terkadang ia harus melakukan pemeriksaan wilayah bersama dengan Ronald dan Don di kota Harvey.
Kemudian, keluarga Harvey dan juga keluarga Petronille ternyata sudah membuat kesepakatan untuk menikahkan Charles dan Odelia. Sebuah pertunangan di bentuk dan pertunangan tersebut sudah dilaksanakan sebelum kedua orang tua Charles meninggal. Awalnya Charles tidak terlalu peduli dengan tunangannya itu, tetapi Odelia selalu berada di sampingnya dan juga mau menjaga Noelle untuknya sejak kematian kedua orang tuanya. Akhirnya, Charles pun luluh dan jatuh cinta pada Odelia.
Cinta antara Charles dan Odelia pun berjalan mulus. Hingga suatu hari Noelle menghilang saat Charles sedang berada urusan di luar. Odelia menangis dan hanya bisa meminta maaf karena tidak bisa menjaga Noelle dengan baik. Kemudian Odelia mulai menyarankan untuk mencari keberadaan Noelle melalui orang-orang yang lebih berpengalaman di bidang mencari orang yang hilang. Odelia pun mulai menyarankan berbagai orang pada Charles. Sayangnya, orang-orang yang disarankan oleh Odelia mengatakan bahwa mereka tidak dapat menemukan Noelle dan Charles terpaksa menunda pencarian adiknya dikarenakan ia akan pergi berperang lagi.
Selama dua tahun Charles berada di medan perang. Di umurnya yang ke delapan belas tahun, dia kembali dari medan perang dan bertemu dengan Sang Kaisar. Kebetulan saat itu ia bertemu dengan seorang gadis bersurai hitam kebiruan yang baru saja kabur dari kelasnya. Gadis itu terlihat tomboy dari penampilannya namun sangat cantik dan manis saat kau melihat wajahnya. Gadis itu menabrak dadanya lalu terpental sedikit dan terjatuh ke lantai.
"Aduh! Siapa yang menaruh tembok di tengah jalan seperti ini?!"
Tembok? Aku?
Charles berdeham kemudian mengulurkan tangannya kepada gadis itu, "Apa kau tidak apa-apa?" Tanyanya pada gadis itu.
Gadis itu mendongak dengan kesal lalu tiba-tiba terdiam dan menatap lurus pada matanya. Charles masih terus mengulurkan tangannya, menunggu gadis itu untuk meraihnya, akhirnya setelah lewat satu menit, gadis itu meraih uluran tangannya dan dengan semangat bertanya padanya, "Siapa namamu?"
"Charles Harvey."
"Baiklah. Sampai jumpa lagi!" Seru gadis itu kemudian kembali berlari dan menjauh.
Seminggu setelah Charles menghadap Kaisar, ia kembali dipanggil oleh Kaisar untuk datang mengunjungi kastil Kekaisaran.
"Putriku ingin mengajakmu untuk minum teh bersamanya. Tolong turuti keinginannya, Duke Harvey." Ucap Kaisar pada Charles.
Melihat Kaisar sampai mengucapkan kata 'tolong', Charles mau tidak mau mengiyakan permintaan Kaisar padanya dan bertemu dengan Tuan Putri Crescentia.
Gadis bersurai hitam kebiruan sudah menunggunya di tengah taman mengenakan gaun yang mewah. Charles tidak terlalu terkejut mengenai gadis bersurai hitam kebiruan yang menabraknya pekan lalu merupakan seorang putri kesayangan Kaisar. Namun yang membuatnya terkejut adalah penampilan gadis itu berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak ada penampilan tomboy yang ia lihat saat pertama kali mereka bertemu.
"Salam kepada Putri Cornelia Crescentia."
"Hai Charles! Kemarilah!" Seru Cornelia sembari menarik tangan Charles dengan lembut dan membawanya ke bangku yang telah disediakan oleh gadis itu.
Sejak saat itulah Cornelia mulai menempel padanya layaknya parasit yang tidak pernah mau lepas dari inangnya. Cornelia selalu mengundangnya untuk menikmati teh bersama tanpa mau mendengarkan penolakan Charles. Bahkan, waktu untuk bertemu dengan tunangannya semakin sedikit hingga suatu hari, Kaisar memerintahkan dirinya untuk menikah dengan Cornelia. Mau tidak mau, Charles menerima perintah tersebut dengan berat hati dan terpaksa melepas Odelia dari sisinya.
Saat itu Cornelia masih berumur tujuh belas tahun. Perintah itu dikeluarkan setengah tahun sebelum ulang tahun Cornelia. Hadiah ulang tahun Cornelia di umurnya yang ke delapan belas tahun adalah pernikahan antara dirinya dengan Charles Harvey.
Charles menatap Cornelia yang sedang terpejam erat di atas kasur, kemudian mengelus pipi wanita tersebut dengan lembut.
Disaat ia menikah dengan Cornelia dua tahun yang lalu, ia tidak pernah sekalipun melirik pada wanita itu. Bahkan, malam pertama mereka pun Charles hanya mengabaikannya dan tidur lebih dulu. Setiap hari dirinya menyibukkan diri agar tidak bertemu dengan Cornelia. Ia merasa tidak ada cinta pada Cornelia dan memilih untuk menghindari wanita itu karena ia merasa muak jika harus bertemu dengannya.
Odelia sendiri selalu mengundang Charles untuk datang ke kediamannya. Charles yang masih sangat mencintai mantan tunangannya itu menuruti keinginan wanita yang dicintainya dan terkadang ia akan mengunjungi Odelia jika ia merasa penat dengan pekerjaannya. Mereka tidak melakukan hal aneh apapun, mereka hanya minum teh di taman kemudian ia mendengarkan cerita Odelia lalu pulang.
Ia sadar kalau dirinya merupakan pria brengsek. Terkadang ia berpikir jika lebih bagus Cornelia tahu akan hal itu dan menceraikannya. Hingga suatu hari, kabar mengenai pertemuan Charles dan Cornelia bocor dan sampai ke telinga Cornelia. Cornelia mengamuk dan melakukan hal-hal jahat pada Odelia di setiap pesta yang mereka hadiri. Charles pikir setelah Cornelia mendengar berita itu dan melihat kebrengsekan dirinya, Cornelia akan meminta cerai padanya, tak taunya Cornelia tidak melakukan hal itu sama sekali.
Lalu beberapa bulan yang lalu, Cornelia jatuh sakit dan kepribadiannya berubah seratus delapan puluh derajat. Wanita itu tidak lagi mengemis cinta padanya, mulai mandiri, dan tidak manja. Ia hanya memikirkan uang dan kenyamanan untuk dirinya. Charles tertarik dengan perubahan tersebut dan memutuskan untuk mengawasinya dari dekat. Ia mulai mengganggu Cornelia hingga wanita itu kesal padanya dan berakhir mereka melakukan perang dingin karena Charles yang tanpa sadar ingin mencium bibir wanita itu.
Perang diantara mereka semakin parah karena dirinya mencengkram bahu wanita itu dengan kuat lantaran perasaan aneh yang ia rasakan saat melihat istrinya dengan pria lain.
Kemudian, keadaan mereka semakin parah karena kejadian saat di pesta ulang tahun Pangeran Osvald. Salahnya karena ia menolak untuk mendengarkan istrinya dan reflek melindungi mantan tunangannya karena sebelum-sebelumnya Odelia sering di kasari oleh Cornelia.
Ia ingin meminta maaf pada Cornelia, tetapi ia tidak memiliki keberanian mengucapkan hal itu karena ia tidak terbiasa untuk meminta maaf pada orang lain. Pada akhirnya ia memilih tidak mengatakannya dan siapa sangka, istrinya tiba-tiba meminta cerai padanya. Permintaan yang Charles tunggu darinya sejak dulu.
Seharusnya dia mampu menyetujui permintaan cerai tersebut, tetapi kini, hati dan bibirnya menolak untuk mengatakan 'Ya' pada permintaan itu. Tidak, ia tidak ingin bercerai dengan Cornelia.
Tiba-tiba, ia teringat pertanyaan Odelia padanya.
"Apa kau sudah berpindah hati pada Cornelia?"
Sambil menenggelamkan wajah di telapak tangannya, Charles bergumam dengan napas berat yang ia hembuskan perlahan lalu tersenyum sambil menatap wajah tidur Cornelia, "Ya. Sepertinya aku mulai jatuh cinta padanya."