"A-apa yang kamu katakan?" tanya sang gadis kepada Erza, Erza yang merasa malu untuk mengatakan bahwa ia berpikir yang tidak-tidak kepada gadis itu setelah apa yang ia lihat dari bungkusan kotak itu.
"Begini... mungkin ini hanya cadaan dari orang tua Ku, maksudnya mereka sengaja pergi keluar dan, dan... dan menaruh surat pemberitahuan di atas meja makan, Dan...." kali ini ia tak mau lagi melanjutkan perkataannya, namun sang gadis ingin sekali mendengar kelanjutan perkataan itu, sang gadis terus saja menatap dirinya, menunggu perkataan itu dilanjutkan dari Erza.
Erza tau apa yang sedang di tunggu gadis yang ia sangat cintai itu, namun ia juga berpikir jika ia berterus terang tentang perihal ini, ini pasti akan memalukan, bahkan bisa jadi sang gadis akan berpikir jijik dan meninggalkan dirinya.
"Dan apa?" tanya sang gadis, kemudian menggenggam lebut tangan Erza.
"Dan mereka membuat lelucon kepada ku dengan menaruh kotak berisi pengaman hubungan sek, maksudku adalah kondom di dekat surat itu." ucapnya dengan refleks menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tanganNya. bahkan ia berpikir untuk menceburkan diri ke kawah gunung berapi saking malunya ia, atas candaan kedua orang tuannya itu.
"Ahahahaaa... Maaf ini sangat lucu, aku tak bisa menahan ketawa." gadis itu tertawa tak henti-henti ia tak bisa berpikir jernih dan kali ini seakan kecanggungan yang ada dalam dirinya selama kencan tadi, lepas semuanya tanpa sisa.
lalu sang gadis memeluk erza yang tengah menahan malu dan tetap menutup wajahnya itu, ia sanggahkan dagunya di pundak Erza, kini ia sangat merasa nyaman berada disamping erza, kenyamanan yang belum pernah ia dapatkan.
"Aku cinta kamu, tolong jadilah pacar Ku." bisik sang gadis ketelinga Erza dengan suara lembut-Nya.
mendengar itu, Erza melepaskan tutupan tangan diwajahnya, menolehkan wajahnya ke arah sang gadis, yang sedari tadi ada di sampingnya tepatnya di pundaknya, tanpa terduga sang gadis mengecup singkat bibir Erza, dan kembali bersender di pundak erza, memejamkan matanya, merasakan kenyamanan di dalam dirinya.
"Ha-ha-harusnya aku-aku yang bilang begitu." namun kali ini sang gadis tak menanggapi perkataan ini, ia tetap memejamkan matanya.
Selepas itu, ia dan sang gadis tak lagi canggung, sampai kedua orang tuanya kembali. baru mereka menyudahi kemesrahan ini, ibu Erza melirik kearah mereka dan tersenyum penuh arti sedangkan ayah Erza batuk-batuk tidak jelas, rasanya mereka seperti di ejek oleh kedua orang tua Erza.
"Makan malam disini aja, siapa nama mu cantik?" tanya Ibu erza, lalu menyuruh Erza dan sang gadis duduk di kursi makan.
"Elia Bu." jawab sang gadis kepada ibu-Nya Erza.
"Ooo... elia, aduh...! aku udah dipanggil ibu senangnyaaa..." goda ibu Erza yang lagi-lagi membuat mereka berdua menjadi malu.
"Sudah bu. Kamu membuat mereka jadi salah tingkah, tapi... imut sih." ayah Erza ikut duduk dan menanyai tentang sang gadis, tentang banyak hal. sang ayah juga ingin mengetahui apa yang sih gadis suka dari anaknya itu, tentang hal pertama yang membuat mereka saling jatuh cinta.
"Waw! singkat sekali, jadi maksudNya bahkan Erza sendiri baru tau nama lengkap Nak El?" tanya ayah erza dengan memanggil Elia mengunakan nama Singkat sang gadis, yang sontak membuat erza bertanya, kenapa ayahnya memanggil Elia dengan nama El.
"Apakah anak ku ini bodoh Bu? kamu pacaranan dengan diakan? apa susahnya sih manggil dengan nama Itu?" ucap ayahnya dengan sebaris pertanyaan kepada anaknya, sang ibu yang lagi menyiapkan makan malam ketawa cekikikkan.