Chereads / sweet lie / Chapter 7 - Chapter 07

Chapter 7 - Chapter 07

"Sudah sudah jangan menggoda mereka terus ayah!" ucap sang ibu, meletakkan piring dan lalu mengambil beberapa gelas air minum, dan sesudah itu menghidangkan makanan di meja makan, sang ibu mempersilahkan mereka untuk mencicipi makanan buatanya, yang dimaksudkan apa terasa enak atau tidak.

"Ini enak ibu." kata sang gadis sepontan, tentu saja perkataan itu membuat ibu erza terkejut namun dengan cepat ibunya erza tersenyum penuh kebahagian.

"lagi-lagi aku dipanggil ibu, ah... Aku sudah dapat menantu ayah." ucap sang ibu kepada suaminya, baru ia ketahui bahwa yang ia ucapkan tadi... tiba-tiba saja ia menunduk menahan malu, begitu juga erza, namun kedua orang tua erza merasa ini hal yang sangat membahagiakan.

"Apakah aku tak kamu panggil Ayah juga..."

"Su-sudahlah A-ayah... ja-jangan meng-menggoda nya terus." kini sang anak mulai meminta ayah dan ibunya agar tak terlalu berlebihan menggoda kekasihnya, ia takut ini akan membuat sang kekasih menjadi tak nyaman.

makan malam ditempat sang laki-laki akhirnya usai sudah.

Erza mengantarkan sang gadis, dijalan pulang mereka berbicara seadanya, Saat di stasiun sembari menunggu kereta datang, yang kira-kira lima belasan menit lagi, Ia dan Erza berbicara seadanya, tentang makan malam yang tadinya, atau pun tentang pestival sekolah esok hari.

"Jam 3 kamu senggang gak, kalau senggang bisakah kita berkeliling sekolah, dan melihat berbagai stan atau pun hiburan disana." keberanian yang selama ini ia kumpulkan akhirnya sudah penuh, dan ia utarakan apa yang ia inginkan di esok hari kepada sang gadis, mendengarkan pengutaraan itu membuat sang gadis tersenyum manis, lalu memeluk diri nya.

"Aku tak tau, karena aku harus menjaga stan kelas ku. tapi kalau kamu mau... kamu bisa datang dan memesan sesuatu. mungkin saja saat kamu datang aku mempunyai alasan untuk mereka."

"A-aku." belum sempat ia berkata dengan cepat kereta datang dengan suara bising yang membuatnya tak bisa melanjutkan perkataannya itu.

"Tadi apa yang ingin kamu katakan?."

"tak ada apa-apa kok." ucap erza sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, sang gadis naik ke kereta saat kereta ia mulai berjalan erza melambaikan tangannya dan dibalas juga dengan lambaian tangan dari sang gadis.

"Kenapa aku BODOH! aku tak bisa berkata, Aku mencintai mu."

tampaknya, malam begitu terang dimatanya, waktu berputar terlalu lambat, ia mulai berjalan pulang dengan kenangan indah yang ia bawa, selama hari ini kebahagian yang ia dapatkan membuatnya tak bisa lagi berpikir normal, saat dirumah tepatnya diruangan keluarga ia dengan begitu tak sadar menampakkan senyum bodohnya didepan kedua orang tuanya, awalnya kedua orang tuanya mengacuhkan dirinya, namun. karena anaknya yang tak bisa berhenti dari senyum kebodohan itu, ayahnya pun menyentuh kening anaknya siapa tau anaknya hanya demam bukan gila karena cinta, namu anaknya memang gila karena cinta.

"Bu! gawat anak kita gila." kata sang ayah, yang entah dari mana membuat kesadarannya pulih total, "Aku masih waras ayah!." ucapnya dengan meninggikan suara, lalu masuk kedalam kamarnya, dengan iringan tawaan dari kedua orang tuanya.

"Oh...! cinta bagai Taman penuh dengan bunga." ucap ibunya menggoda dirinya, mendengarkan perkataan itu, membuat ia menutup wajahnya dengan bantal, menahan malu dan sekaligus rasa bahagia dalam dirinya.

"Aku cinta kamu Elia, aku cinta kamu." tak henti-heti ia berucap bahwa ia mencintai sang gadis.