Akhirnya sampai rumah, Ahsan mengantar nona mudanya ke kamar. Kertas-kertas berserakan.
"Apa yang terjadi?" gumamnya.
"Bukan urusanmu!" ketus nona mudanya. "Pergi!" suara lemah tanpa tenaga, Ahsan akan pergi, ia berhenti saat menginjak salah satu kertas ia mengambil. Ahsan membaca sedikit nama Alfath. Salwa menjambak
"Ampun ..." tangan kirinya menyahut kertas itu. Salwa melepas tanganya dari rambut Ahsan. Ahsan segera pergi.
"Hidupku ... sangat melelahkan, oh ya Allah kasiani aku ..." keluh Ahsan, ia sampai di kamarnya.
"Aku rindu, rasa rindu terus menabrak sisi ruang ke kosongan, mataku ingin mencari tapi aku takut, takut akan terpesona olehnya, tapi aku juga tertekan rindu, dilemanya aku. Apa ini namanya tak bertemakan berarti. Ini kata-katamu Fath surat cintamu dikedua kali kita bertemu. Kini aku yang tersiksa rindu dan hanya bisa mengingat kenangan manis di antara kita, hadirlah dalam mimpiku," suara Salwa yang didengar Ahsan.