Chereads / HE ISN'T MYBROTHER / Chapter 7 - Sudah Berubah

Chapter 7 - Sudah Berubah

Setelah Delon melepaskan pelukannya terhadap Rachel. Delon dengan penuh kasih sayang kembali menyuapi Rachel.

"Enak?" tanya Delon lalu diangguki Rachel dengan tersenyum kearah Delon.

Rachel bahagia ternyata Delon tidak seperti apa yang ia pikir dingin dan telah berubah padanya. Ternyata Delon masih sama hangat dan penuh kasih sayang pada Rachel.

"Kakak sudah makan?" tanya Rachel sembari mengunyah makanannya. Delon mengangguk sebagai jawabannya.

"Sudah. Cepat habiskan makananmu, dasar." Delon mengusap pucuk kepala Rachel dengan gemas seraya tersenyum tampan saat melihat wajah lucu Rachel.

Mulut Rachel masih penuh dengan makanan tapi, Rachel masih sempat-sempatnya menanyakan dirinya.

"Setelah ini kita pulang. Aku sudah tidak mempunyai jadwal lagi," jelas Delon. Rachel mengangguk sebagai jawabannya.

Setelah beberapakali suapan. Rachel merasa dirinya sudah kenyang dan menghentikan gerakan tangan Delon yang akan menyuapi dirinya lagi.

"Sudah, Kak. Aku kenyang," ucap Rachel menghentikan suapan dari Delon.

"Yasudah," balas Delon sembari meletakan sendoknya.

Rachel melirik kearah Delon. Rachel ingin memberanikan dirinya untuk menanyakan mengenai perubahan sikap Delon kemarin.

Kata Regan asisten pribadi dari Delon. Saat Delon berada di Amerika, dia selalu mengatakan jika dirinya merindukan seseorang yang telah lama berada di dalam hatinya.

Apa mungkin Delon benar-benar telah memiliki kekasih?

"Kak, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Rachel kembali.

Tanpa meninggalkan tatappannya pada Rachel, Delon mengangguk mengiyakan. "Tanya saja."

Dengan sulit Rachel menelan salivanya berharap pertanyaan ini dapat membuat hatinya tenang.

"Kakak punya pacar?"

Delon mengernyit saat mendengar pertanyaan Rachel lalu menurunkan tangannya yang dengan lembut menata rambut Rachel tadi.

"Apa perlu aku jawab? Bukannya kamu sudah tau jawabannya," jawab santai Delon.

"Tapi, kata kak Regan ...," kalimat Rachel terpotong karena Delon sudah lebih dulu mendahuluinya.

"Regan hanya bercanda mungkin. Aku tidak memiliki siapapun. Tapi, aku memang memiliki seseorang yang telah membuatku bertahan hingga saat ini," jelas Delon dengan tatapan lurusnya.

"Siapa itu?" Rachel mulai menelisik siapa wanita beruntung yang telah memiliki hati kakaknya itu.

Tapi, kenyataannya Rachel harus menggigit jarinya karena Delon tidak mau menjawab siapa wanita yang ia maksud.

"Maaf, Kak." Rachel langsung menundukkan wajahnya.

"Suatu saat nanti kau akan tau sendiri," ucap Delon tanpa melihat keberadaan Rachel.

Kamu akan tau semua ini, Rachel. Jika waktunya tepat. Aku akan mengatakan perasaanku padamu.

Rachel merasa bodoh menanyakan hal ini. Tentunya dengan jawaban seperti itu Rachel sudah bisa mengambil poin jika Delon telah memiliki seseorang spesial di hatinya.

"Jangan dekat-dekat lagi dengan cowok itu. Kamu belum mengenalnya dengan jelas. Aku takut kam ...," kalimat Delon terpotong karena Delon mendengar suara sesegukan dari Rachel.

"Kamu kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?" Delon mengangkat dahu Rachel yang telah basah karena derasnya air mata yang Rachel keluarkan.

Rachel menggeleng. Matanya sedih, hatinya remuk karena mengatahui kebenaran yang sangat menyakitkan dari mulut Delon.

"Aku sudah mengenal baik kak Remo. Aku rasa dia bisa menjadi temanku," jelas Rachel dengan nada sendunya.

Delon menatap lekat mata indah Rachel yang telah basah lalu menarik tubuh Rachel kedalam pelukan Delon.

"Omong kosong! Jangan katakan lagi. Aku tidak mau kamu dekat dengan cowok itu." Delon memeluk Rachel dengan begitu kuat. Delon tidak akan membiarkan siapun merebut Rachel darinya.

"Kamu dengar kakak, Rachel?" tegas Delon kembali sembari mengangkat dagu Rachel agar melihatnya. Rachel mengangguk.

Apa yang aku harapkan dari semua ini. Hubunganku tidak bisa melebihi dari ini. Hubungan persaudaraan. Kakak melidungiku sebagai sebagai adiknya, bukan sebagai seorang wanita.

Sadarlah Rachel.

Rachel memejamkan matanya di dalam pelukan Delon. Merasakan betapa nyaman dan sakitnya pelukan Delon saat ini.

Sedangkan di sisi lain. Sellyn dan Vero telah membawa teropong besar untuk memantau keberadaan Rachel di dalam ruangan Delon.

Teropong itu milik ayah Sellyn. Sellyn beralasan jika ada tugas kuliah yang mengharuskan dirinya meminjam teropong besar itu dari ayahnya.

"Lo bisa diem, nggak? Mana bisa keliatan kalo gini bege," sungut Vero pada Sellyn yang ingin juga melihat keberadan Rachel.

Sellyn mencebikkan bibirnya. Rasa ingin tahunya untuk mengetahui keadaan Rachel membuatnya ingin melihat seberapa kejamnya dosen tampan itu.

Ruangan Delon berada di lantai atas memang. Jika di lihat dari rooftop masih bisa terlihat pergerakan di dalam kantor Delon meskipun hanya sebesar semut.

Delon dan Rachel terlihat sudah keluar ruangan. Wajah Rachel begitu pucat. Entah apa yang dilakukan dosen tampan itu pada Rachel. Vero memicingkan matanya melihat sahabatnya begitu lesu.

"Pasti dosen itu memarahi Rachel. Liat, Sell... muka Rachel sampai lecek begitu." Tangan Vero melambai kearah belakang mengkode Sellyn. Tapi, tidak ada jawaban dari sahabatnya itu.

"Sell, lo denger nggak sih?" ucap Vero lagi dengan kesal.

Sellyn melipat kedua tangannya di belakang Vero dengan wajah yang kesal. Sellyn bahkan tidak memperdulikan panggilan Vero padanya.

"Sell ...," panggil Vero lagi sembari menengok kebelakang. "Lo ngambek? Nih, giliran lo." Vero terkekeh melihat sahabatnya kesal padanya. Vero langsung mundur dan mendorong tubuh Sellyn untuk bergantian dengannya.

"Lo kira ini warnet. Kita 'kan bisa liat berdua. Kenapa curang banget si lo," dengus Sellyn sembari meraih ujung teropong. Vero hanya tertawa terbahak di sana mendengar ucapan Sellyn.

"Cerewet! Cepetan liat. Kita harus kesana. Tapi, bentar gue telpon dulu target kita." Vero langsung mendial nomor Rachel. Dan diangguki Sellyn sebagai jawabannya.

Sambungan telpon Vero telah tersambung dengan Rachel. Bahkan panggilan itu telah diangkat Rachel.

Rachel mengambil ponselnya dari dalam tas punggungnya. Ponsel itu berdering menandakan jika ada satu panggilan masuk.

Rachel menghentikan laju langkahnya di belakang Delon. Delon juga ikut menghentikan langkahnya saat melihat Rachel mengmbil ponselnya.

"Sebentar, Kak." Rachel langsung mengangkat ponselnya.

"Hallo, Ver?" jawab Rachel yang tidak mengikis jaraknya dengan Delon.

"Lo di mana? Gue sama Sellyn khawatir sama lo,"

Rachel yang mendengar pertanyaan Vero langsung mengedarkan pandangannya kearah Delon yang masih setia menatapnya.

"Gue gak-papa. Gue masih di kampus. Lo nggak usah kesini. Gue mau pulang bentar lagi," balas Rachel.

"Gue kesana sama Sellyn. Tunggu gue." Panggilan itu berakhir tanpa Rachel sadari.

"Hallo! Ver, gak us ...," kalimat Rachel terpontong karena panggilan itu telah berubah menjadi gambar default ponsel Rachel.

"Kenapa?" tanya Delon ringan. Rachel menatap layarnya sejenak lalu memindahkan kearah Delon.

"Kakak duluan aja. Aku akan pulang bersama teman-temanku," tungkas Rachel sedikit takut. Rachel takut jika Delon tidak mengijinkan dirinya pulang tanpanya.

"Hm... Oke. Jaga diri, langsung pulang." Delon mengulas pucuk kepala Rachel dan meninggalkan Rachel di sana sindirian mematung dengan sikap Delon yang di luar dugaannya.

Dulu Delon sangat overprotectif pada Rachel. Tapi, sekarang... Delon malah dengan gampangnya mengijinkan dirinya pulang tanpa kehadiran dirinya.

Antara senang dan sedih melihat perhatian Delon yang perlahan semakin menghilang. Rachel merasakan sesak di dadanya.

Punggung Delon perlahan menghilang dari pandangan Rachel dan seketika itu pula air mata Rachel menetes tanpa perintahnya.

Kak Delon berubah dan semakin berubah.

"Chell...." teriak Sellyn dari arah berlawanan memanggil Rachel yang memunggunginya.

Rachel menghapus pipinya yang basah terlebih dulu baru dia berbalik kearah panggilan itu.

Rachel mengangkat satu alisnya melihat Sellyn dan Vero bersama Regan.

Kenapa ada kak Regan di sini?