Rachel dan para sekawannya sedang mengistarahatkan tubuh lelah mereka di sebuah mini market yang berada di dekat perusahaan itu.
Rachel benar-benar dibuat kelelahan hanya untuk mendapatkan data-data tersebut, untung pemiliknya sangat menyambut kedatangan mereka.
"Kalian rapikan dulu, terus kirim ke gue," ujar Rachel di sela meneguk minuman dinginnya.
"Okay, siap Bu Boss!" sahut Vero.
"Di dalam kenapa isinya tua-tua semua ya? Mata gue sampek pedes liatnya," celoteh Sellyn yang sedari tadi ia hanya melihat para pekerja perusahaan itu berisikan pria paruh baya saja. Bahkan, ada yang mencoba menarik perhatian Sellyn, hingga Sellyn bergidik ngeri sendiri.
Vero yang sedang hampir meminum minumannya hampir tersedak karena terkekeh mendengar perkataan Sellyn.
"Yang tua 'kan yang lebih hot, ya nggak, Chel?" Vero menyenggol lengan tangan Rachel seakan menyindir dirinya.
Setelah Vero tidak sengaja melihat Delon mengirimi Rachel pesan tadi, sekarang Vero selalu saja mengejek Rachel. Entah itu godaan, ataupun ejekkan.
"Uhuk... Uhuk," Rachel tersedak.
"Lah, lebay lo... Gitu aja kaget, emang kapan lo pdkt-nya, kok diem-diem bae?" ulik Vero lagi. Vero tidak akan berhenti sampai rasa ingin tahunya tersampaikan.
Pertanyaan Vero membuat jiwa kekepoan Sellyn juga ikut muncul.
"Emang siapa yang mau sama cewek galak kayak Rachel?" tanya Sellyn menggoda sembari menaik-turunkan alisnya.
"Sialan lo berdua," dengus kesal Rachel.
"Tu... Dosen favorite lo, pak Delon," jawab Vero langsung tanpa berpikir dua Kali.
Sellyn yang mendengar nama idolanya disebut Vero langsung membulatkan matanya kearah Rachel yang masih saja diam tak peduli seraya menikmati sepotong kue bungkusan yang ia beli tadi.
"Oh My God! Demi apa lo pacaran sama pak Delon yang super-duper dingin itu. Astaga, jangan-jangan lo minta saran kemarin ...," Sellyn begitu terkejut seraya menutup mulutnya yang ternganga bebas.
"Emang sukses, Chel?" tanya Vero antusias sembari mencodongkan tubuhnya kearah Rachel yang duduk di depannya.
"Lo tu, bege atau o*n sih, Ver! Jelas manjur dong. Mana ada cowok yang nggak suka dikasih ikan seduri-durinya. Hahaha...," Sellyn tertawa terbahak.
"Sakit dong," sahut Vero ikut tertawa menimpali Sellyn.
Sedangkan yang menjadi korban dari bahan pembicaraan yang mengarah kearah dewasa itu hanya bisa menahan rasa malunya seraya memasukkan apapun makanan yang berada di mejanya.
Rachel tahu semakin dia menolak mengakui rahasianya, kedua sahabatnya itu akan semakin mencari tahu.
"Diem! Lo berdua kebanyakan ngomong," sarkas Rachel yang langsung memasukkan roti bungkus yang ia beli tadi kedalam mulut Sellyn dan Vero.
Hap
"Ah, lo rese Chel! Tapi, enak juga," gumam Sellyn langsung memakan roti yang dimasukkan Rachel tadi kedalam mulutnya.
"Terus gimana hubungan lo sama dosen tampan itu?" tanya Vero seraya menangkup dagunya di atas meja.
Sellyn ikut mengangguk. "Cerita napa, pelit banget. Jangan lupa gue fans pak Delon!" sambung Sellyn seraya menunjuk dirinya. "Hati gue kepotek-potek, gara-gara lo! Hiks," tambah Sellyn seraya pura-pura menangis sedih seraya mengunyah rotinya.
"Chel ...," panggil Vero lagi. Sehingga mau tidak mau Rachel harus menceritakan hubungannya dengan Delon.
Rachel menarik napas panjangnya terlebih dulu, setelah itu mengedarkan matanya kearah kedua sahabatnya itu.
"Iya ... Iya, gue cerita. Pak Delon itu kakak gue ...," jelas Rachel masih menatap lekat kedua sahabatnya.
Sellyn dan Vero saling pandang tak percaya. Bagaimana dunia bisa begitu sempit, pikir Sellyn dan Vero. Dosen yang mereka puji kesempurnaannya adalah kakak sahabat mereka sendiri.
"Lo yakin, Chel? Suerr lo!" kata Sellyn meyakinkan perkataan Rachel.
"Gue belum selesai Markona!" sahut Rachel pada Sellyn.
"Dengerin dulu, begee!" tambah Vero mendukung Rachel.
Sellyn mencebikkan bibirnya. "Cih, dasar! Yaudah, cepet lanjut makanya," kata Sellyn yang makin mencodongkan tubuhnya, ingin mendengar kelanjutan cerita Rachel.
Kalau Rachel benar adik dari Delon. Dosen tampan yang selalu dipuja-puja Sellyn... Sellyn pikir ini akan lebih gampang untuknya mendapatkan Delon.
"Kak Delon, bukan kakak kandung gue. Dia punya keluarga sendiri, tapi bokapnya belum ketemu,"
"Gue dulu memang suka kak Delon, bahkan gue hampir gila karena suka kakak gue sendiri. Tapi, setelah gue denger sendiri dari bokap gue, gue jadi lega, rasa suka gue bukan dosa," sambung Rachel lagi.
"Berarti lo berdua ...," Vero sengaja tidak melanjutkan kalimatnya seraya menunjuk kearah Rachel. Rachel mengangguk. Ia tahu apa yang dimakasud Vero.
"Tapi, orang tua gue belum tau," balas Rachel dengan nada sedihnya.
Sellyn yang sedari tadi antusias, langsung mengerutkan wajahnya. Harapannya sudah pupus untuk mendapatkan dosen tampannya.
"Yang sabar ya, Neng. Belum jodohnya," ucap Vero mengulum tawanya seraya menenangkan Sellyn, karena ia tahu Sellyn sangat mengidolakan Delon.
"Aaaa... Gue sedang berduka, gue nggak akan ngelirik cowok tampan lagi! Sakit... Sakitnya tuh di sini," ujar Sellyn seraya menunjuk kearah hatinya.
Rachel dan Vero langsung terbahak mendengar ungkapan Sellyn. Pasalnya mereka tahu seperti apa Sellyn.
"Dia temen lo?" tanya Rachel dengan alis terangkat sembari menunjuk kearah Sellyn.
"Ihh, temen lo kali, gue nggak ngrasa dia temen gue," sahut Vero sambil menahan tawanya.
"Aaa! Sialan lo berdua! Temen jahaat!" dengus Sellyn seraya melipat kedua tangannya. Rachel dan Vero tak henti-hentinya tertawa melihat wajah kesal sahabatnya itu.
Tidak berapa lama. Mobil Delon telah berhenti di dekat mini market yang memang Rachel masih di sana sedang menunggu kedatangan Remo.
Delon tidak sendiri, dia bersama dengan Regan. Mereka baru menyelesaikan masalah di kantor atas perintah Jeno. Tapi, saat Delon akan kembali kekampus, Regan mengatakan jika dirinya melihat Rachel di depan mini market.
Delon yang mendengar perkataan Regan, langsung meminta sahabatnya itu untuk berhenti. Tapi, saat Delon ingin menyusul Rachel. Mata Delon memanas, melihat Rachel sudah berada dalam pelukan pria lain.
"Ayo cepat kesana! Beraninya dia memeluk wanitaku!" ucap Delon dengan nada tingginya.
Regan mengernyit mendengar perkataan Delon. "Yang mana wanita lo, Lon?" tanya Regan bingung seraya mengikuti langkah cepat bossnya itu.
"Lepas!" Delon langsung melepas paksa tangan Remo yang sudah memeluk tubuh Rachel.
Delon langsung menarik tubuh Rachel kedalam dekapannya. Menatap tajam pria yang memang terlihat lebih muda darinya.
"Ka ... Kakak?" gumam pelan Rachel terkejut.
Tadi Remo memang sudah sampai di sana. Saat Rachel ingin membeli minuman lagi, tiba-tiba Remo mengagetkan dirinya dari belakang, hingga tubuh Rachel hampir terjatuh.
Untung Remo langsung menangkapnya. Jadi, tubuh Rachel tidak jadi menyentuh tanah.
"Pak Delon? Kenapa anda di sini?" tanya Remo bingung.
"Urusan apa kau menanyaiku!" jawab Delon ketus. Remo memilih diam. Dia tahu dosen di depannya itu sedang marah padanya.
"Ayo pulang!" Delon menarik tangan Rachel.
Tapi, dengan cepat Remo menahan tangan Rachel yang terbebas. "Bapak jangan kurang ajar. Ini bukan area kampus. Bapak jangan mempergunakan kekuasan bapak di sini," tandas Remo yang ikut menahan Rachel. Remo menatap tajam kearah pria berkemeja hitam itu.