Seolah belum puas membuat Elena terlambat makan siang dan pulang hingga larut, Christian kembali memberikan kejutan untuk Elena.
"Saya baru bekerja satu hari, Sir. Mana mungkin saya bisa menemani anda pergi, bukankah sudah ada Kainer yang menemani anda?" Elena bicara dengan keras saat secara egoisnya Christian memintanya untuk ikut menemaninya pergi ke London besok pagi.
"Ada masalah?"
"Oh Tuhanku, tentu saja ada! Saya tidak punya paspor eh maksudnya paspor saya sudah perlu diperbaharui selain itu saya juga..."
"Kainer yang akan mengurus semua keperluanmu, yang perlu kau lakukan adalah datang tepat waktu di bandara karena tepat pukul delapan pagi kita berangkat." Christian menyeringai puas saat berhasil membaca kengerian di wajah Elena. "Sekarang kau pulang dan beristirahat lah...akh lupa, ada supir yang akan mengantarmu pulang malam ini jadi kau tidak punya alasan untuk tidak bangun telat besok pagi karena malam ini kau langsung pulang."
Elena benar-benar tidak bisa membantah Christian, bos barunya itu begitu sangat otoriter dan tidak terbantah. Christian seperti bisa membaca rencana jelek Elena dan akan berpura-pura bangun siang karena kerja sampai larut.
"Antar Elena bertemu supirnya," titah Christian datar tanpa mengubah posisi duduknya yang menyebalkan.
Kainer mengangguk sopan. "Baik Tuan muda."
Elena yang masih ingin melayangkan protesnya pada Christian pun terpaksa membatalkan niatnya karena Kainer sudah mengajaknya keluar dari ruangan Christian.
"Besok tepat jam tujuh pagi akan ada supir yang menjemputmu, Elena." Kainer mengulang perkataan Christian ketika sudah berada didalam lift bersama Elena.
"Kainer.."
"Tuan Clarke tidak suka dibantah, Elena. Dan sebagai sekretaris pribadinya seharusnya kau paham akan hal itu."
Elena menggelengkan kepalanya, berbicara dengan Kainer ternyata sama menyebalkannya ketika berbicara dengan Christian. Elena benar-benar akan terjebak dalam kemalangan yang tak berperi berada diantara Christian dan Kainer.
Begitu lift pribadi milik Christian tiba di basement, seorang pria muda yang sudah memarkirkan mobilnya tepat didepan basement langsung membungkukkan tubuhnya memberikan hormat pada Kainer.
"Pastikan nona Elena Wilson sampai dirumahnya dengan selamat, Sam," ucap Kainer tegas pada supir pribadi Elena.
"Baik Tuan Kainer."
Kainer mengangguk pelan memberikan kode pada Elena untuk segera masuk kedalam mobil, tidak lama kemudian mobil Range Rover Vogue berwarna hitam dengan logo huruf C besar itu pun melesat dalam kecepatan yang cukup stabil menuju jalan raya. Begitu mobil yang membawa Elena tidak terlihat lagi, Kainer pun kembali masuk ke dalam lift untuk menjemput Christian.
Begitu lift berhenti Kainer langsung keluar menghampiri Christian yang sudah siap untuk pulang, dengan sopan Kainer menahan pintu lift untuk menjaga Christian yang akan masuk ke dalam lift terlebih dahulu.
"Asher menghubungiku lagi," ucap Christian pelan.
"Asher?"
"Ya, si anak pungut itu terus menerus mencari muka pada Daddy dengan terus merayuku agar bisa pulang."
"Lalu apa rencana anda, Tuan?"
"Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kirimkan bunga ke rumah untuk Mommy. Kau masih ingat bukan apa bunga kesukaan Mommyku?"
Kainer tersenyum. "Tentu masih ingat, Tuan."
"Good, kirimkan bunga-bunga terbaik untuk Mommy dan jangan cantumkan namaku. Aku tidak mau Daddy menyebut namaku di hadapan anak kesayangannya itu."
***
Setelah sampai di kamarnya Elena segera membanting tubuhnya diatas ranjang, Elena masih tidak percaya dengan perintah tidak masuk akal Christian. Selama ini Elena belum pernah mendengar kalau ada sekretaris yang baru bekerja di hari pertama sudah langsung diajak melakukan perjalanan bisnis.
"Sial..sial.. sial...arrgghhh...kenapa waktu itu aku harus melamar di perusahaan itu? Akh menyebalkan..."
Elena menjerit keras di dalam bantalnya, karena kamarnya dan kamar kedua orang tuanya tidak terlalu jauh Elena berusaha untuk tidak membuat suara. Elena tidak mau mengganggu tidur kedua orang tuanya. Setelah puas melampiaskan kekesalannya, Elena pun segera bangun dari ranjang dan langsung merapikan baju-baju serta perlengkapan lainnya kedalam koper. Elena tidak mau menjadi bahan olok-olokkan Christian lagi jika perlengkapan pribadinya kurang, rasanya mulut pedas Christian itu ingin sekali dikuncir oleh Elena.
Setelah memastikan semua perlengkapan pribadinya masuk kedalam koper, Elena segera pergi kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Meski bekerja di ruangan dingin namun tetap saja Elena merasa tubuhnya lengket dan tidak nyaman jika langsung dibawa tidur, ketika sudah berdiri didepan kaca besar yang berada didalam kamar mandi Elena meraba sebuah tanda berwarna putih memanjang di pundak sebelah kirinya. Sebuah tanda yang didapatkannya ketika jatuh dari sepeda menurut pengakuan kedua orang tuanya bertahun-tahun yang lalu.
"Semangat Elena, kau harus bisa menghadapi orang sombong itu. Kau tidak boleh kalah," ucap Elena lirih mencoba menyemangati dirinya sendiri supaya bisa bertahan menghadapi bos barunya yang sedikit tidak waras.
Bersambung