"Zara sialan!"
Citra tak berhenti untuk mencaci maki Zara sejak berita itu ia dengar. Di kelas pun, pikirannya sama sekali tak tenang. Dan Agra juga di sini--di kantin--bersama dengannya.
Anehnya, lelaki itu tak banyak bicara sejak tadi. Kini, Agra malah sibuk memakan nasi goreng kantin dengan tatapan yang Citra sendiri tak bisa menebak artinya.
"Kak, dia rebut apa yang gue punya, lagi." Suara Citra pada akhirnya melemah.
Agra spontan mendongak, menatap lekat adiknya, lantas mengulas senyum tipis, "Zayn belum pernah jadi milik lo, Dek. Ikhlasin ya," ujarnya.
"Kak!"
Citra menggeram, ia menatap Agra kesal. Tak biasanya lelaki itu berkata begitu. Apapun yang menyakitinya, mau ia yang memulainya pun, Agra akan membela kebahagiaannya dengan mati-matian. Bukan pasrah seperti ini.
Agra menghela napas, tangannya terangkat untuk sekedar mengusap puncak kepala adiknya, "Lo tenang aja, Zayn pasti kembali ke lo kok. Makan dulu nasi gorengnya," ujarnya lembut.