"Mas ... Aku rasa, Anton membencimu." Seketika bibirku dengan lugas menyampaikan kalimat seperti itu pada Mas Riadi. Sontak perkataanku membuat Mas Riadi terperanjat seraya mengerutkan kedua alisnya.
"B-b-benci? Benci bagaimana maksud kamu, Arini?"
"Mas, coba deh kamu renungkan ini semua sekali lagi. Apa kamu pernah membuat Anton sakit hati atau semacamnya. Aku kasih kamu waktu selama satu minggu. Aku harap kamu bisa memecahkan teka-teki ini setelah aku kembali nanti. Sekarang aku pergi dulu, Mas!"
Aku pergi seraya mencium tangan Mas Riadi. Tidak ku hiraukan sama sekali ketika Mas Riadi memanggil namaku dan masih ingin berbincang denganku.
Sebenarnya, aku percaya dengan suamiku. Tapi Mas Riadi yang mengalami masa lalu itu dengan Anton. Jadi, ku harap ia dapat memecahkan masalahnya sendiri. Selagi aku mencari bukti-bukti, aku menitah suamiku merenungkan semua ini.