Rendra benar-benar menyayangi anak-anakku.
Melihat mereka bahagia seperti itu, aku tersenyum kecil dan mataku seketika berkaca-kaca. Sedih rasanya karena anak-anakku bahagia bukan dengan ayahnya, melainkan orang asing yang sedang berperan layaknya ayah dan anak-anaknya.
Aku pun menghampiri mereka lalu ku titah Radit dan Arinda untuk main di ruang tengah. Sementara aku melakukan perbincangan dengan Mas Rendra. "Apa tujuan kamu ke sini, Mas?" tanyaku.
"Loh? Aku kan sudah bilang padamu Arini, kemarin saat pertemuan kita di minimarket. Bahwa aku akan datang ke rumah untuk menemui kamu dan anak-anak."
Ku tersipu malu dan menganggukkan kepalaku di depan Mas Rendra. Lalu Mas Rendra pun menanyakan tentang suamiku. Tak biasanya, Mas Rendra menanyakan tentang suamiku.
"Arini, maaf kalau aku lancang. Tapi aku ingin tahu kapan suamimu bebas?"
Mas Rendra terlihat sangat serius dengan pertanyaannya. Untuk apa dia menanyakan hal sesensitif ini padaku.