Terdiam dan terpaku. Itulah aku dan Mas Rendra yang merasa canggung satu sama lain. "Arini, bagaimana? Apa kamu sudah punya jawaban atas pertanyaanku kemarin?"
"Tunggu Mas, aku mau tanya sesuatu padamu. Apa yang kamu tahu tentangku?" Dengan mata berkaca-kaca, aku menanyakan tentang apa saja yang ia tahu tentangku.
"Arini, apa maksudmu?" tanya Mas Rendra.
"Sudah, Mas! Aku tahu kamu sedang berpura-pura tidak tidak tahu apa-apa. Tapi aku yakin, kalau kamu mengetahui sesuatu tentangku. Katakan, Mas!"
Mas Rendra terdiam dan tidak berani menatapku. "A-a-aku, aku tahu kamu sedang sakit. Aku hanya ingin membantumu Arini. Tidak lebih. Aku mohon, izinkan aku menjagamu, ya?"
Air mataku jatuh berderai. Tidak ada kata-kata lain yang ke luar dari bibirku selain mengekspresikan bibir yang bergetar. Aku menangis dan sangat bersedih kalau mengingat diriku yang kini dalam keadaan sakit seperti ini.
"Mas ... Aku mohon kamu pergi dari sini!"
"Tapi, Arini! Aku tidak mau!"