Saat kami kembali melanjutkan penelusuran dungeon, Rord tiba-tiba saja kembali memanggilku .
"... Hey Lort."
"Ada apa?"
Rord menghentikan langkah kakinya dan setelah itu ia pun meneruskan perkataannya.
"Apakah kau tidak berpikir jika ini sudah cukup...?"
" '--Sudah cukup'? Apanya?"
"... Itu loh..., mengenai penelusuran dungeon ini..."
Gadis ini..., dia ketakutan ya... Ini sudah yang keberapa kali sih?
Aku bisa tahu dari nada suara dan gerak-gerik wajahmu loh...
"Jika kau ingin keluar, maka pergilah sendiri, aku tidak akan mengantarmu. Kalau begitu, dadah, Rord, sampai jumpa di luar..." Aku mengalihkan pandangan ke depan dan kembali lanjut berjalan.
"... E--Eh? Kau tidak ikut mengantarku?"
"Tentu saja tidak kan? Akan lelah pastinya jika aku bolak-balik masuk keluar dungeon yang gelap ini."
"--Kalian...! Kalau terlalu lama akan kutinggal loh...!"
"Tuh kan, Senya sudah menyuruh kita untuk berjalan lebih cepat. Ayo."
Aku berjalan menuju ke tempat Senya yang sedang menunggu kami.
Eh...? Tunggu. Bagaimana bisa Senya melihat di tempat yang tidak terjangkau cahaya seperti itu?
Aku sedang memegang satu-satunya obor yang menyala terang. Senya tidak membawa apapun selain pedangnya, lantas, bagaimana caranya ia bisa melihat dalam kegelapan seperti itu...?
"Tu--Tunggu, Lort!"
Rord menyusulku yang berjalan lebih dulu.
"Ada apa lagi...?"
"... A--... Aku rasa perkataanmu yang sebelumnya itu..., ada benarnya juga," ucap Rord dengan nada yang bertele-tele.
"Perkataan? Yang mana?"
"Ya--Yang saat dimana kau bilang jika kita belum siap untuk pergi ke dalam dungeon..."
Ah. Itu ya. Kenapa dia tiba-tiba membahas itu...?
Yah, perkataanku itu tidak salah sih, dan mungkin juga jika dia sudah sadar jika kami memang belum benar-benar siap untuk pergi masuk ke dalam dungeon.
... Namun, setelah cukup lama menelusuri dungeon ini, aku jadi sadar akan sesuatu...
"Dengar ya, Rord. Jangan khawatir, kita pasti akan baik-baik saja. Ditambah, Mbak Senya juga bersedia untuk ikut bersama dengan kita. Dia pasti akan turut membantu saat kita sedang dalam kesulitan."
"Kau benar sih..."
Akhirnya dia yakin juga...
Yah, aku sendiri juga berani bertaruh jika dia tidak akan berani untuk berjalan sendirian saja di dalam dungeon yang gelap gulita ini hanya dengan bermodalkan keberanian saja...
Ini juga merupakan salah satu kesempatan untuk belajar secara langsung dari seorang Ahli Pedang, aku tidak boleh sampai melewatkannya.
Lagi pula, seluruh usaha kami pastinya akan jadi sia-sia jika kami pergi keluar begitu saja sekarang.
Kami telah mengorbankan waktu, tenaga, dan juga..., mental...
....
Pada akhirnya, seperti yang kuduga Rord mengurungkan niatnya untuk pergi keluar dan memutuskan untuk tetap menelusuri dungeon ini bersama kami.
Yah, itu sudah jelas sih...
... Pada awalnya, aku mengira jika aku akan bisa belajar banyak dari seorang Ahli Pedang seperti Senya jika bertarung bersama dengannya secara langsung, namun, ternyata aku salah. Cara penggunaan pedang dan pisau kecil benar-benar sangat berbeda.
Meskipun bentuk pisau mirip dengan pedang, namun, mereka sangat berbeda. Bilah pedang lebih panjang daripada dengan bilah pisau, hal itu menyebabkan area serangan pedang lebih luas daripada pisau, sementara pisau lebih cocok untuk pertarungan mengendap-endap dan kecepatan dalam mendekati lawan. Pisau juga terlalu kecil untuk memotong sesuatu, sehingga alat seperti gergaji ataupun kapak mungkin akan lebih berguna daripadanya. Tetapi, meskipun begitu, pisau lebih mudah dibawa karena ukurannya yang lebih kecil sehingga terasa lebih efisien.
Yah, itu juga karena aku belum memiliki senjata apapun selain Scott sih...
Padahal kukira jika sekarang sudah merupakan waktunya untuk diriku akhirnya bisa bersinar...
Pada akhirnya, saat menelusuri dungeon, aku tidak berhasil mengalahkan satu monsterpun, ujung-ujungnya aku selalu dibantu oleh Senya karena selalu kesulitan dalam menghadapi musuh.
Satu hal yang dapat kucerna, Mbak Senya..., benar-benar sangat kuat.
Tidak kusangka jika dibalik wajah cantik sekaligus senyuman lembutnya itu terdapat kemampuan yang benar-benar mengagumkan tersembunyi jauh di dalamnya.
Apa mungkin jika ini yang dimaksud dengan "Jangan menilai seseorang dari luarnya saja"? Yah, tapi Senya itu orang yang baik sih, jadi kurasa kata-kata itu tidak terlalu cocok untuknya.
... Pada saat sekumpulan monster menghampiri kami, Senya dengan cepat mengamati..., dan mengalahkan mereka semua dengan pedangnya.
Pergerakannya sangat cepat, "Inikah kemampuan dari seorang petualang di dunia ini?" awalnya aku berpikir seperti itu..., tetapi, saat aku melihat Rord, aku menyadari jika kemampuan tiap orang itu benar-benar berbeda.
Faktanya, Rord dan aku hanya dapat melihat saja saat Senya menghabisi monster-monster yang muncul.
"... A--Anu, Senya..."
"Ada apa?" balas Senya sembari mengalihkan pandangannya kepadaku dengan senyuman lembut serta darah berwarna ungu yang berceceran di sekitar wajahnya.
... Serem woi!
"Ada apa, Lort?"
"Mu--Mungkin kamu bisa menyisakan beberapa pada kami..."
"Ah, maaf-maaf. Aku terlalu terbawa suasana dan langsung mengalahkan mereka."
"A... Ha Ha Haa..." Aku mencoba untuk tertawa meskipun terkesan dipaksakan.
Terbawa suasana ya...
Memang benar sih jika aku percaya jikalau dia akan melindungi kami, tetapi...
Ia lalu membersihkan wajah cantiknya dengan sapu tangan yang ia ambil dari kantungnya sembari tersenyum lembut.
Serem woi...!
Aku melangkahkan kakiku untuk mendekat ke Senya dan melewati bercak-bercak darah berwarna ungu yang bertebaran di jalan yang kupijaki.
Serem abis..., tidak kusangka Senya yang perwatakannya lembut begitu bisa jadi seperti ini...
Padahal, rupa monster-monster yang muncul itu imut-imut semua...
Aku jadi kasihan pada kalian...
Saat sedang memikirkannya, tiba-tiba saja terdengar suara seperti sebuah ledakan kecil di sampingku.
"Hii!"
Hal itu membuatku terkejut. Tubuh monster itu meledak tanpa alasan yang jelas dan mengeluarkan darah dari tubuhnya yang terlihat lemas.
... Yah, setidaknya kalian dibunuh oleh gadis cantik sih...
Tetapi..., kenapa monster yang muncul sebelumnya tidak memiliki rupa yang imut seperti mereka...?
"Anu..., Senya, apa monster yang imut seperti mereka itu sudah lazim ditemukan di sini?"
"Eh? Hmm..., kalau dipikir-pikir aneh juga..."
"... 'Aneh'? Apa yang kamu maksudkan?"
"Tidak..., sebenarnya, ini juga baru pertama kalinya untukku melihat jenis monster seperti mereka."
"Hey Rord, bagaimana denganmu? Apa kau pernah melihat jenis monster seperti mereka?"
Rord lalu menggelengkan kepalanya, dan...
"Tidak. Aku tidak pernah melihat jenis monster seperti mereka juga..."
Bahkan Rord juga tidak tahu...
Apa monster jenis mereka bukan berasal dari sini? Apa mungkin dungeon yang baru ditemukan ini ada hubungannya dengan jenis monster baru seperti mereka...?
Menyimpulkan suatu hal tanpa melihat bentuk aslinya juga akan jadi buruk. Yah, setidaknya itu bisa dijadikan sebagai salah satu laporan dalam quest investigasi ini...
Monster-monster dengan rupa imut ini berbentuk seperti bola dengan ukuran kecil dan bergerak dengan cara melompat-lompat, meskipun ukuran mereka kecil, tapi lompatan mereka lumayan tinggi, kira-kira, mungkin mereka bisa melompat sampai ke bagian tertinggi atap dungeon ini.
"... Apa mungkin tempat ini adalah Reruntuhan Suci?"
Senya menyebutkan nama yang asing bagiku.
" 'Reruntuhan Suci'? Apa itu?"
Siapa orang yang memberikan nama begitu? Yah, ini dunia fantasi sih, jadi wajar saja jika yang seperti itu ada...
"Eh? Lort, apa kamu tidak tahu?"
"Ti--Tidak, aku bahkan belum pernah mendengarnya..."
Setelah itu, Senya lalu menjelaskan garis besar mengenai tempat Reruntuhan Suci ini padaku.
"Reruntuhan Suci dikatakan merupakan tempat yang berisikan jiwa dan kekuatan suci yang berasal dari kehidupan di masa lalu,. Setidaknya, itulah garis besarnya."
Yah, Itu tidak terlalu menjelaskan apapun sih...
Lalu, apa bedanya kekuatan suci dengan kekuatan biasa? Apa mungkin juga ada yang namanya kekuatan "Najis"...? Tidak, itu terkesan terlalu kasar, mungkin yang benar adalah "Keramat".
"Heeh..., jadi yang seperti itu juga ada ya di dunia ini..."
" 'Dunia ini'? Apa yang kamu maksudkan, Lort?"
"A--Ah. Tidak, aku hanya bicara sendiri..."
... Apa mungkin dungeon ini adalah Reruntuhan Suci seperti yang Senya kira...?
... Erm..., sepertinya tidak. Seharusnya, tempat suci itu kan bersih dan berisikan benda-benda seperti kristal atau semacamnya. Jika dibandingkan dengan dungeon ini..., beda jauh, dungeon ini malah terkesan seperti sudah ditinggalkan. Yah, Reruntuhan Suci itu seharusnya juga merupakan tempat yang ditinggalkan sih... Tetapi, dungeon ini juga sangat berdebu..., tidak terlihat sama sekali bagiku dimana bagian yang "Suci"-nya.
Tetapi..., apakah sudah ada seseorang yang menemukan Reruntuhan Suci itu? Jika benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
... Terlalu banyak pertanyaan... Kepalaku malah jadi pusing akibat memikirkan hal itu...!
Ah! Sudah-sudah, lebih baik aku lanjut mencari harta karun, dan pulang dengan kekayaan yang melimpah...!
***
Hmm...
Rord berada di depan dan sedang mencari sesuatu yang bisa di ambil atau bawa.
... Rord itu, padahal tadi dia itu terlihat sangat ketakutan, kenapa dia tiba-tiba bisa jadi pemberani seperti itu...?
Aku dan Senya berada di belakang. Situasinya canggung karena tidak ada hal yang sedang dibicarakan.
Tidak bisa, tidak bisa! Sebagai seorang laki-lai aku harus bersikap dewasa, memimpin dan membuka topik pembicaraan lebih dulu.
"... Oh iya, Senya... Kamu pernah berkata jika kau adalah lulusan dari akademi pedang bukan?"
"Iya, benar. Akademi yang letaknya ada pada kerajaan. Ada apa memangnya?"
"Kalau aku boleh tahu, mengapa setelah lulus kamu memutuskan untuk menjadi seorang petualang?"
Hanya memastikan saja.
"Bukankah aku sudah pernah bilang sebelumnya? Aku ingin mengasah kemampuanku agar jadi lebih baik dan untuk mengalahkan kejahatan serta membawa kedamaian."
Itu lagi...
"---... Dan juga..., yah, ini sebenarnya tujuan pribadi sih..."
Tu--Tunggu, jangan berbicara mengenai hal pribadi padaku, Mbak Senya! Padahal aku hanya berniat untuk mencari topik saja!
"Aku..., ingin bertemu kembali dengan teman baikku..."
"... 'Bertemu kembali dengan teman baikmu'? Apa dia diculik?"
"Tidak-tidak, bukan begitu. Aku juga tidak tahu alasannya mengapa, tapi ia keluar dari akademi begitu saja saat di tengah-tengah jalan."
... Heeh, perihal teman memang sulit ya..., tidak kusangka bahkan seorang Senya masih akan bisa punya masalah seperti itu.
"... Atau, apa mungkin dia marah?"
"Hmm... Kurasa dia orangnya tidak seperti itu..."
"... Kalau begitu, apa dia cemburu?"
"Cemburu...?"
"Iya-iya, Cemburu. Bahkan orang seperti apapun jika sudah cemburu pasti nekat berbuat hal yang tidak-tidak. Mungkin, secara tidak sengaja kamu telah membuatnya cemburu, seperti kau terlalu handal saat bermain game ataupun terlalu populer... Yah, tidak harus cemburu juga sih, mungkin ada hal lain yang perlu ia lakukan. Misalnya, ia serta orang tuanya harus pindah kota dan ia dengan terpaksa keluar dari akademi."
Yah, kalau aku sih lebih ke iri-an orangnya...
"... Kamu laki-laki yang baik ya, Lort."
"He He, benar kan? Sudah kuduga jika aku ini memang seorang pria idaman. Tidakkah kau berpikir begitu, Rord...?"
"... Kenapa kau bertanya padaku? Ngaca saja sendiri ke kaca sana."
Eh... Ini anak memang tidak seru ya...
.....
Singkat cerita. Kami akhirnya sampai pada sisi lain dungeon.
Senya dan Rord berada di depan dan sedang menuruni tiga anak buah tangga, sedangkan aku yang kelelahan ditinggal di belakang.
Mereka ini..., apa tidak kenal lelah? Tanganku bahkan sampai jadi sangat pegal karena memegang obor ini terlalu lama.
Saat aku melihat ke samping, aku menyadari adanya sebuah tempat atau alat untuk menaruh obor.
"Tanganku sangat pegal, aku taruh di sini saja..."
Aku menaruh obor pada alat itu.
Saat aku melepaskan pegangan obor itu, aku semakin dapat merasakan rasa sakit di pergelangan tangan kananku.
"Tetapi..., obor ini berat juga ya..."
Aku meregangkan pergelangan tangan kananku. Setelah aku meletakkan obor itu, tiba-tiba saja...
Obor-obor lain yang diletakkan di sisi dinding lainnya tiba-tiba saja menyala sehingga aku dapat melihat dengan jelas seisi ruangan.
"A--Ada apa?!"
Ruangan ini kira-kira berbentuk seperti arena Colosseum, lebih tepatnya, tempat Rord dan Senya berpijak adalah ringnya, sedangkan tempatku berada merupakan tempat duduk penonton.
Dari lantai tempat mereka berada, tiba-tiba saja muncul semacam cairan-cairan aneh yang mengalir ke atas dan membentuk suatu makhluk.
Aku menyipitkan kedua mataku untuk melihatnya, sembari meletakkan tangan kiriku di atas dahi untuk menghalangi cahaya yang menghalangi pandanganku.
"A--Apa?! Makhluk apa itu?!"
"Ini..., Slime! Mereka bisa melelehkan objek, berhati-hatilah!"
"Slime...?"
... Imut juga. Gumamku sembari menyipitkan mata.
Makhluk itu berbentuk seperti cairan berwarna biru muda dan memiliki kedua mata yang memiliki warna yang sama dengan tubuhnya.
Tetapi, kenapa mereka tiba-tiba bisa muncul begitu? Apa mungkin ini adalah perangkap? Tapi, apa yang telah memicu perangkapnya...?
Saat aku melihat ke sekitar, aku menyadari obor yang kutaruh di sebelahku.
Aku ya...?!
Ta--Tapi-Tapi kalau dipikir-pikir, kurasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, lagi pula Senya pasti bisa mengalahkan mereka dengan mudah seperti monster-monster yang kami temui sebelumnya.
Slime-slime itu lalu mengalir ke tubuh Senya sekaligus Rord, dan melumpuhkan pergerakan mereka.
"AAAAaahhh...!
"UGHAAAAAaa!
Eh?
"Huh?! Gawat! Aku harus menyelamatkan mereka...--"
Saat aku ingin maju dan menyelamatkan mereka, tiba-tiba saja aku berhenti. Di dalam sepersekian detik itu aku memutuskan untuk menghentikan niatku, dan memutuskan untuk hanya diam saja sembari melihat mereka tanpa melakukan apapun.
"Kenapa?" kau tanya. Alasannya sangat simpel.
Slime-slime itu hanya menyerang pakaian mereka. Tampaknya, Slime-slime itu hanya mengincar zat yang ada di pakaian. Siapapun yang menciptakan jenis monster seperti mereka patut diberikan sebuah penghargaan.
Stocking yang ada di kaki Senya serta roknya pun perlahan meleleh, bersama dengan lengan bajunya.
Meskipun perlahan, tapi proses itu sangat kutunggu-tunggu.
Oh! Ada juga yang berada di pakaiannya. Kini, aku dapat melihat pusar Senya dengan sangat jelas berkat Slime-slime itu. Aku harus berterima kasih pada mereka...
Sama halnya dengan Rord, hal itu juga terjadi padanya, Slime-slime itu mengalir ke pakaian dan memakan zat-zatnya. Tetapi, dari awal saja pakaian Rord sudah terlihat terbuka, aku jadi lumayan ragu mengenai bagaimana penampilannya nanti.
Pemandangan yang luar biasa..., tidak kusangka jika momen seperti ini akan terjadi di hidupku.
"Lo--Lort, tolong!" Rord mencoba untuk meminta tolong padaku.
Saat mendengar Rord yang sedang meminta tolong, aku berpura-pura tidak mendengarnya dan bertingkah seperti sedang sibuk sendiri.
"Wa--Wah... Cu--Cuacanya cerah ya..."
"Kita kan sedang ada di dalam dungeon, mana mungkin kau bisa melihatnya!"
Be--Benar juga sih...
"Oh.... Obor ini terlihat aneh, aku belum pernah melihat yang seperti ini..."
"Bukankah itu tadi obor yang kau bawa!?"
Erm... Kurasa aku tidak bisa berbohong lagi...
"Sudah kuduga kau ini memang sangat cabul! Apa kau tidak pernah merasa malu sebagai seorang laki-laki, Lort?!
"Be--Berisik...! Ini adalah impian para anak lelaki, tahu! Tidak akan kubiarkan impian ini sirna begitu saja...! Tidak akan...!"
Sembari mengatakan itu, Slime-slime itu terus-menerus melelehkan pakaian mereka.
"Lo--Lort. Kumohon..., tolong kami!" Senya mengucapkannya dengan nada rendah.
Oh yeah, Baby...
Senya, benar-benar cantik sekali...
A--Aduh. Kenapa aku jadi malah merasa bimbang begini ya...?!
Perasaan itu muncul di hatiku, kebingungan akan memilih yang mana. Menyelamatkan mereka? Atau membiarkan para Slime itu menelanjangi mereka? Ini sulit...
Ta--Tapi Senya sedang membutuhkan bantuan...
Saat aku sedang memikirkan itu, aku dapat melihat jika Slime-slime itu mulai mencapai ke daerah bibir bawah sekaligus dada Senya dan Rord.
"... Ba--Baiklah-baiklah! Aku akan menolong kalian!"
"Ce--Cepat ya, Lort."
"Ah. Baik..."
Sial! Padahal kukira aku bisa melihat sesuatu yang bagus. Yah, tapi setengah telanjang juga bagus sih...
Aku mengambil kembali obor yang kuletakkan sebelumnya.
Tetapi, itu tidak menimbulkan reaksi apapun dan Slime-slime itu tidak hilang melainkan masih memakan pakaian mereka.
Lo--Loh? Kok tidak bekerja?
"Ma--Masih belum kah, Lort!?"
"O--Obornya, alatnya tidak bekerja! Aku sudah mencoba untuk mengambil dan menaruh kembali obornya, tetapi, tidak menimbulkan efek apapun!"
Ba--Bagaimana ini? Ini semua adalah salahku, maka dari itu Senya harus mengalami hal ini.
Aku melihat ke arah Senya sekaligus Rord, dan menyadari jika Slime-slime itu mulai memakan pakaian pada bagian privasi mereka secara perlahan-perlahan.
"... Ka--Ka--Ka--Kalian! Tunggu! Aku akan segera menyelamatkan kalian...!"
Aku melompat ke lantai bawah dan berlari ke arah mereka untuk mengalahkan Slime-slime itu.
***
Singkat cerita, setelah usaha yang panjang, aku akhirnya dapat menyingkirkan Slime-slime itu dari Senya dan Rord.
Tetapi, hal yang membuatku merasa bingung adalah anehnya mereka tidak mengincar pakaianku. Apa mungkin jika Slime-slime itu sudah diberi amanat untuk hanya mengincar perempuan saja?
"I--Ini yang terakhir..."
Aku menyingkirkan Slime yang ada di kaki Senya dan menusuknya dengan menggunakan pisau.
Dari sudut ini, aku dapat melihat perut Senya sekaligus pusarnya yang mulus dengan jelas.
"... Lort..., kamu mesum..." Senya menurunkan alisnya ke bawah dan memasang wajah cemberut. Mungkin ini pertama kalinya aku melihat Senya benar-benar memasang wajah seperti itu.
Seketika, ucapan yang Senya keluarkan dengan nada rendah itu membuatku senang namun juga merasa bersalah.
Melihat gadis cantik seperti Senya sedang berada dalam keadaan setengah telanjang dan sedang mencoba untuk menutupi bagian privasinya begitu benar-benar memukau...
Senya menutupi dua buah dadanya dengan tangan serta lengan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menutupi bibir bawahnya itu.
... Apa mungkin dia marah...?
Yah, perempuan manapun seharusnya pasti bakalan marah sih...
Aku jadi merasa tidak enak dengannya...
Tu--Tunggu. Apa ini termasuk pelecehan seksual? A--Aku tidak akan dimasukkan ke penjara karena hal ini kan...? Yah, kuharap saja tidak...
Tetapi..., dengan begini aku bisa mengakui...
Jika perempuan setengah telanjang itu lebih erotis daripada bugil sepenuhnya...!
Saat aku mengalihkan pandanganku pada Rord yang sedang menutupi bagian privatnya dengan tangannya, Rord tiba-tiba saja berkata:
"Kenapa kau melihat ke sini?! Bukankah ruangan ini cukup luas?! Hmph!" Rord mengerutkan dahinya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain setelah mengatakannya.
Dia juga marah ya...
"Heh! Suka-sukaku dong jika aku ingin melihat kemana."
Kelihatannya..., situasinya jadi runyam nih...
"Ehem. Ehem. A--Anu, aku membawa baju ganti di tas-ku yang kutinggalkan di luar dungeon, jadi mungkin kita bisa memakainya, Rord."
"Oh, Senya memang hebat. Kalau begitu, ayo!"
Rord berdiri dengan cepat dan berlari keluar dari ruangan.
"Hey Rord, celana dalammu jatuh loh."
Celana dalam berwarna hitam...
Yah, meskipun sudah bolong-bolong sih...
... Eh? Pulang...? Tunggu... Aku tidak pernah memikirkannya, tapi apa itu berarti aku dapat melihat mereka dalam kondisi setengah telanjang begini saat dalam perjalanan keluar dungeon...? Benar-benar beruntung sekali sih aku ini...!
Saat aku memikirkannya, aku menyadari adanya suatu pintu yang dikelilingi dengan pagar besi terletak di ruangan ini.
Sebuah pintu...?
Apa pintu ini sebelumnya memang sudah ada sebelumnya?
... Tidak. Seingatku, tidak. Pintu ini sepertinya muncul setelah perangkap Slime itu dipicu.
... Saat aku hendak menghampirinya, tiba-tiba saja Rord kembali memanggilku.
"Hey, Lort! Ayo, cepatlah!"
"I--Iya! Aku datang!"
Berbalik badan dan pergi keluar dari ruangan, Rord dan Senya sudah menungguku di sana.
***
Saat dalam perjalanan keluar...
Tidak kelihatan...
Karena posisiku yang berada di depan sedangkan Rord dan Senya berada di belakang, aku akhirnya tidak dapat melihat mereka yang sedang berada dalam kondisi setengah telanjang.
Ingin lihat... Sangat ingin lihat!
Saat aku mencoba untuk melirik ke belakang sedikit saja, tiba-tiba...
"Hey Lort, kalau kau mencoba mengintip..."
Dari belakang, aku dapat mendengar suatu suara yang mirip seperti kobaran api muncul entah darimana asalnya.
"... Ti--Tidak..., kepalaku, hanya pegal saja..."
Rord dengan sangat cepat langsung bisa menyadarinya...
Emm... Tetapi..., pintu di ruangan tadi itu..., kira-kira terhubung dengan tempat apa ya...
Yah, mungkin aku bisa memeriksanya saat lain kali aku kembali ke sini.