JAKE Point Of View
Aku berada di suatu tempat yang terasa asing. Aku tidak pernah menginjakkan kaki ku di sini. Ini hutan belantara . Gelap. Cahaya matahari hampir tidak berhasil menelisik rimbun nya dedaunan dari pohon-pohon besar di sekitar ku.
Ini di mana ?
Apakah ini hutan di belakang villa ? Bukan . Aku yakin itu . Karena jenis pohon-pohon yang tumbuh kokoh di sini begitu berbeda dengan hutan pada umum nya di benua Amerika.
Aku menundukkan kepala ku demi memperhatikan tekstur tanah yang ku pijak. Beda. Sudah pasti di sini bukan lah hutan belakang Villa milik ayah.
" Hai.... Ke sini...." Suara itu terdengar menyapa ku ramah.
Aku mencari-cari sumber suara itu. Aku berjalan menelusuri keremangan di hutan itu hingga riak air terjun terdengar semakin nyata.
" Kau berhasil menemukan ku " seorang anak perempuan manis berambut hitam tengah tersenyum ke arah ku .
Dia berdiri di dekat air terjun dan kembali memanggil ku .
" Kau dengar aku ? Ke sini .." ajak anak perempuan itu .
Aku dengan langkah pelan namun pasti bergerak mendekati anak perempuan itu hingga kini dia dan aku saling berhadapan.
" Hai . Aku Flora .... " Dia mengulurkan tangan nya dan langsung ku raih .
" Aku .. Jake.."
" Wah .. kita memiliki tinggi badan yang sama .. mulai sekarang kita berteman yaa .." ucap anak bernama Flora itu .
Sejenak aku tertegun dengan keadaan ini.
Situasi macam apa yang sedang ku hadapi saat ini . Bagaimana mungkin jika aku kembali ke masa lalu ? Bertemu dengan Flora kecil . Berkenalan dengan nya sebagai aku versi yang berbeda.
Ya . Aku baru menyadari jika tubuh ku saat ini kembali seperti anak yang beranjak remaja.
Hei apa yang sedang terjadi . Semua ini seperti tidak nyata .
" Jake . Kenapa melamun .. ikuti aku .." Flora kecil meraih tangan ku dan mengajakku berjalan cepat menjauh dari air terjun dengan menyisiri panjang nya sungai kecil hingga kami menemukan perkampungan penduduk di seberang sana.
" Kita akan naik jembatan gantung ini .." ucap Flora.
" Baiklah .." balas ku antusias.
" Mari Jake... Jika kita sudah berada di tengah jembatan apapun yang terjadi jangan lepas tangan Flo ya " ucap nya lagi.
" Kenapa ? " Tanya ku tak mengerti perkataan nya .
" Angin akan bertiup sangat kencang . Jika kita tidak saling bergandengan maka akan sangat sulit untuk mencapai tujuan kita di seberang sana. . . " Ucapan nya kali ini entah mengapa terdengar aneh .
" Hei kalian minggir . Jangan menghalangi jalan kami .." ucap seseorang.
Aku begitu terkejut karena melihat Philip kecil tiba-tiba ada di sini bersama dengan Catty kecil . Mereka bergandengan tangan .
Ada apa ini ?
" Malah bengong. Cepat beri kami jalan.." ucap Philip kecil .
Aku dan Flora memberi jalan untuk Philip dan Catty lebih dulu menyeberangi jembatan . Ketika mereka akan melangkah, aku menghentikan langkah mereka dengan berkata,
" Catty .. Philip.. apa kalian mengenali aku yang sekarang ?"
Hahahahah
Mereka tertawa dan menatap ke arah ku dengan sinis, " Kau kenal kami ? Tapi kami tidak kenal kau .."
" Philip, Kau sahabat ku . Catty , kau keponakan ku. Dan Flora, kau ... Kau isteriku ..."
Hahahaa
Mereka bertiga sama-sama sedang menertawakan aku .
" Bicara apa kau . Konyol sekali. ." kata Catty sambil menjulurkan lidah nya.
" Kau terlalu banyak nonton drama " sindir Philip lalu menarik Catty pergi dengan cepat melalui jembatan gantung. Hanya sekejap ku lihat mereka sudah berada di seberang sana. Seperti sihir .
" Aku tidak percaya mereka bisa secepat itu mencapai tujuan .."
" Mengapa tidak. Mari kita coba.." kata Flora yang sudah menggandeng tangan ku dan kini kami sudah menginjak jembatan gantung ini.
Beberapa langkah dan jembatan ini mulai bergerak pelan menganyun-ayun dan makin kencang gerakan nya tatkala semilir angin berhembus.
Wusssssss
"Jake ... Flo takut.." ucap nya yang berhenti melangkah di tengah jembatan ini yang berayun makin kencang seperti ayunan.
Deru angin mampu menerbangkan daun-daun dan debu menghalangi pandangan kami.
" Jangan takut Flo. Ada aku di sini.. " makin ku eratkan genggaman tangan kami .
" Mari kita lanjutkan.."
"Iya Jake...."
Langkah ku terasa sangat berat. Kenapa rasanya begitu lama untuk ku dan Flora mencapai ujung jembatan gantung ini ? Sedang kan Philip dan Catty tadi hanya sekejap saja langsung sampai.
Ada apa ini ? Semua nya serba janggal. Aneh ....
" Jake ... Angin nya makin kenceng.." gerutu Flora yang terlihat lelah .
" Flora gak kuat jalan lagi .."
Krekkkkkkkk
Papan yang di pijak Flora rupanya rapuh dan jatuh ke sungai.
" Astaga..." Pekik Flora keras, sebelah kaki nya terperosok.
"Jake.. Flo akan jatuh. " Dia sudah meneteskan air mata.
" Tidak. Aku akan menarik mu .." aku membantu nya untuk menyeimbangkan tubuh nya dan membebaskan kaki dari lubang yang tercipta pada jembatan gantung.
"Terimakasih Jake.." kata Flora yang sudah mampu berdiri tegak di sebelah ku .
" Ayo kita lanjutkan . Aku sudah tak sabar untuk sampai ke ujung jembatan reot ini.."
"Tidak akan bisa Jake.." ucap Flora tak yakin dia berhenti melangkah.
" Kenapa ?"
"Jembatan ini akan runtuh.." dan benar, setelah Flora berkata demikian jembatan ini di terpa angin yang sangat kencang hingga tali-tali tambang nya di ujung jembatan arah ke hutan itu mulai putus dan tubuh kami sampai terombang ambing . Untung saja tali tambang di ujung jembatan menuju perkampungan tidak putus dan masih mampu menahan beban tubuh kami yang bergantungan memegangi bagian jembatan yang masih utuh.
" Jake .. Flo takut. Kita akan jatuh.."
" Tidak Flo. Pegang terus tangan ku . Kita akan coba naik ke atas sana ".
" Tidak Jake. Kau tidak akan bisa naik ke atas sana dengan masih memegangi Flo. Lepaskan Flo.."
"Tidak. Aku tidak akan melepaskan mu " ucap ku meyakinkan dia .
" Tidak Jake. Flo senang bisa sedikit lebih dekat dengan Jake. Flo tidak menyesali itu . Kini saat nya ... Selamat tinggal Jake ..."
Dia melepaskan genggaman ku sambil tersenyum dan menghilang bersama aliran deras nya sungai .
" Flora...." Teriak ku .
Ku lepaskan tangan ku yang sedari tadi berpegang pada tali tambang jembatan. Tubuh ku sempat melayang di udara dan ku pejam kan mata sejenak.
" Flora kenapa kau nekad mau menyelamatkan ku dengan mengorbankan diri mu seperti tadi . Dasar bodoh... "
Tapi tunggu. Seharusnya sekarang aku sudah merasa kebasahan terbawa aliran sungai . Ku buka mata ku dan seketika aku di buat terpana. Aku seperti tidak berada di mana-mana. Tidak ada sungai atau air terjun. Tidak ada apa pun . Hanya diri ku sendiri. Seperti di suatu dimensi ruang yang hampa udara.
"Flora...." Teriakan ku menggema . Terjadi pengulangan kata setiap kali ku berteriak.
Sialan.
Ini di mana???
**************
AUTHOR POV
Sudah lima hari sesudah proses operasi dadakan di bawah tekanan itu berlangsung. Tapi tidak ada tanda-tanda jika Jake akan sadar dari tidur panjang nya.
Dokter sudah kembali memasang kan alat-alat penunjang kehidupan pada tubuh Jake.
Keadaan Jake sempat kembali kritis saat alat-alat medis yang di perlukan tubuh nya itu di lepas selama dua puluh menit , hanya untuk mendukung rencana licik yang sudah di rancang Reinhard Russel Black.
" Bagaimana perkembangan nya dokter ?" tanya Anthony sangat cemas .
"Kita harus memindahkan anak anda ke sebuah rumah sakit sungguhan" ucap Dokter yang langsung mendapat tatapan tajam dari Reinhard Russel Black.
"Tidak. Tidak ada yang boleh memindahkan nya dari tempat ini" tegas Reinhard.
"Russel... Kita tidak bisa membiarkan Jake terus-terusan berada di sini . Dia harus mendapatkan perawatan dari rumah sakit terbaik " kata Shailene .
"Tidak ibu"
"Kenapa tidak nak. Jake adik mu. Dia berhak ...."
"Tidak" tolak Reinhard cepat memotong ucapan Anthony.
" Russel. Jika kau masih bersikeras pada kemauan mu sama saja kau sedang mempermainkan nyawa adik mu . Tidak nak. Kau bukan orang yang akan seperti itu kan. Kau bukan orang jahat nak ..." Kata Shailene mengajak Reinhard berkompromi.
"Tidak bu . Bukan kah ibu adalah orang seharus nya paling tahu bagaimana tentang diri ku. Jika berkata tidak, maka tidak mungkin akan berubah menjadi hal lain" sergah Reinhard keras kepala.
"Russel anak ku.. semua ini memang salah ku . Kau menyimpan dendam dari masa lalu, aku mengerti jika itu sangat menyiksa mu sekian lama.." Anthony sempat menggantung kata-katanya dan mencoba bernapas beberapa kali sebelum melanjutkan perkataan nya .
" Aku lah yang telah menciptakan rasa sakit itu. Balas lah aku . Seperti apa pun ganjaran dari mu , aku akan menerima nya . Aku tidak akan murka pada mu . Tapi aku mohon jangan kau limpahkan semua itu pada Jake . Karena sesungguh nya dia juga sama kesepian seperti diri mu . Dia juga terluka lama karena keadaan . Ku rasa kekosongan yang kau rasa hampir sama konteks nya dengan apa yang di alami Jake sejauh ini "
Reinhard Russel Black hanya tersenyum kecut mendengar perkataan Anthony.
" Bahkan sampai sekarang pun kau masih berada di pihak nya . Ku lihat kau hanya memandang dia saja sebagai darah daging mu tapi tidak terhadap aku . Mengapa ? Apakah karena aku terlahir dari wanita yang sama sekali tak pernah kau cintai ? Dan kehadiran ku pun tak pernah kau harapkan bukan ? "
" Cukup Russel ..!" Ucap Shailene keras setengah berteriak .
" Apa aku seperti anak kecil sekarang ? Yaa anak yang mempertanyakan keadilan di depan ayah nya "
"Russel . Maafkan ayah. Memang dulu aku terlalu egois untuk meraih kebahagiaan ku sendiri. Aku menyakiti ibu mu dan juga menelantarkan mu . Tapi sungguh aku tidak bermaksud demikian. Jika saja aku tahu kejadian sesungguh nya, aku pasti tidak akan menghentikan proses pencarian kau dan juga ibu mu . Aku saat itu terlalu cepat putus asa dan menyerah"
"Dan kau menganggap aku dan ibu sudah mati . Benar begitu ? " Sindir Reihard kesal.
"Aku tidak benar-benar meyakini hal itu . Percaya lah sulit bagi ku untuk terima berita duka itu "
" Anggap saja hal itu benar. Aku dan ibu sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. . . Dan sekarang aku telah menjadi setan yang telah bangkit dari kuburan untuk menghantui hari-hari mu , ayah... Hahaha.."
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok pria tua seumuran Anthony. Rambut putih sempurna nya terlihat kontras dengan pakaian nya yang serba hitam.
Prok prok prokkkk
Lelaki tua itu bertepuk tangan dan ikut bergabung masuk ke dalam ruangan tersebut di ikuti seseorang lagi yang tengah menyandera Morgan dengan borgol dan pistol.
Seseorang lagi ikut masuk dengan membawa serta Mita yang berhasil di lumpuhkan dan mendapat perlakuan yang tak berbeda dari Morgan.
Semua pandangan di ruangan itu tertuju ke arah pintu masuk yang terbuka lebar.
"Well... Pertemuan keluarga yang sangat dramatis" ucap lelaki yang di liputi aura misterius itu.
"Kakak...?" Ucap Shailene tak suka .
Anthony sempat menyipitkan mata nya demi mengenali sosok lelaki tua yang seumuran dengan nya.
"Sialan... Sergio Black..." maki Anthony dalam hati .
Dia mulai mengerti akar masalah ini hanya dengan melihat kehadiran Sergio.
" Paman ..." Ucap Reinhard yang merasa ada kejanggalan pada kehadiran Sergio di ruangan itu .
" Ya . Ini aku . Sergio Black . Sudah lama sekali aku menantikan pemandangan indah seperti saat ini ".
" Sialan..." Maki Anthony kesal.
Tatapan nya kini tertuju pada seseorang yang menodongkan senjata pada tubuh Mita, isteri nya .
" Mita... Bagaimana mungkin..." ucap nya dalam hati sambil memandang ke arah istri nya itu yang juga memandang ke arah nya dengan tatapan penuh sesal.
"Kakak.. Bukan kah seharusnya kau ada di Moskwa ? Dan kenapa lagi ini ? Jangan bilang kau membuat lelucon lagi" ucap Shailene .
Lelaki tua itu tertawa sebelum menunujukkan ekspresi mengerikan pada wajahnya .
"Sudah cukup aku berbaik hati . Sekarang lah saat nya aku akan menghancurkan kalian.."
Seketika keadaan berubah mencekam.
"Kakak jangan bercanda .." ucap Shailene setenang mungkin.
"Aku tidak bercanda Shailene. Kita tidak sedang bermain-main. Dan aku tidak suka kau memanggil ku 'kakak' karena aku bukan kakak mu. Ikatan sialan di antara kita hanya terjadi karena pernikahan ibu mu dan ayah ku , selebihnya aku tak pernah menanggap mu sebagai keluarga ku. Karena kau... Kau adalah wanita tolol yang ku cintai"
Pernyataan yang baru terlontar dari mulut Sergio Black sungguh mencengangkan Shailene.
"Kakak.. "
"Kau tak pernah memandang ku sebagai lelaki padahal aku selalu menyayangi mu. Kau hanya bisa memandang pada satu lelaki brengsek yang mematahkan hatimu dan menyakiti mu"
Wanita Anggun itu berjalan pelan mendekat ke arah Sergio.
"Kakak... Kau...
"Yaa... Kebodohan ku adalah membiarkan mu menikah dengan dengan lelaki brengsek itu"
Puluhan tahun lamanya Sergio memendam perasaan konyol terhadap Shailene karena status mereka yang menjadi saudara karena pernikahan orang tua mereka dahulu kala.
Terjebak dalam zona sister complex sekian lama sungguh menyiksa bagi Sergio yang hanya bisa menjadikan dirinya sebagai pelindung bagi wanita yang di cintai nya tanpa pernah mendapat balasan atas perasaan nya.
"Kak....
"Aku bukan kakak mu !!! Tidak kah kau mengerti hah ...!!!"
Nada bicara Sergio yang makin meninggi langsung memicu gejolak emosi pada diri Reinhard.
Dia langsung menarik ibu nya itu sedikit menjauh dari hadapan lelaki tua yang sudah di anggap nya sebagai pengganti ayah nya.
" Mengapa paman jadi emosional seperti ini ? Bahkan yang tadi pertama kali nya aku melihat paman marah dan membentak ibu ku "
Sergio Black yang kini berdiri berhadapan dengan Reinhard malah tersenyum mengejek .
"Kau anak yang terlahir dari wanita yang ku cintai. Dan aku sudah menganggap mu sebagai anak ku. Tapi semakin dalam rasa sayang itu semakin aku di sadarkan pada kenyataan jika kau juga mewarisi darah dari lelaki sialan yang paling ku benci " .
"Paman...
"Yaa... Dia adalah lelaki yang sangat ingin ku musnahkan dari muka bumi ini"
Sergio memberikan kode kepada anak buah nya yang berada di luar ruangan itu untuk menyergap pergerakan Reinhard.
"Hey apa yang kalian lakukan hah..." geram Reinhard marah karena kini dirinya dengan mudah nya di perlakukan sama seperti Morgan dan juga Mita.
"Lepas... Aku ini 'Boss' mu sialan ...!! " Ucap Reinhard menekan kan kata 'Boss' karena dia tak terima jika anak buah nya memperlakukan tindakan pengkhianatan seolah berbalik menyerang nya.
"Hahahahahaha" tawa mengerikan dari lelaki berambut putih sempurna itu menambah aura mengerikan di ruangan itu.
"Di sini aku 'Boss' nya " ucap Sergio menekan kan kata ' Boss' seolah mengejek balik Reinhard yang tak lagi berkutik karena pergerakan nya telah terkunci .
"Kau hanya pion yang ku gunakan untuk mencapai tujuan ku"
"Sialan... Kau menipu ku tua bangka" kata Reinhard semakin emosi.
"Hahaha ... Yaa... Kau terlalu bodoh untuk menyadari nya sekarang"
"Brengsek...!!!! " Reinhard tak henti mengumpat kesal karena merasa telah di perdaya dan di tipu habis-habisan.
Bagaimana pun Reinhard merasa di hempas pada kenyataan jika dirinya hanya di peralat oleh orang yang selama ini jadi panutan bagi diri nya.
Bagi seorang Reinhard Russel Black , Sergio Black bukan hanya sekedar paman , sesungguhnya lelaki tua itu lah yang mengisi peran ayah yang sesungguhnya di kehidupan ini.
"Jadi karena aku kau melakukan semua ini. Kenapa Sergio ? Apa ada yang salah dengan masa lalu kita ? " tanya Anthony .
Lelaki seumuran Anthony itu menyeringai.
"Di masa lalu kau dan aku memang sahabat. Bersama Shailene kita selalu menghabiskan waktu bermain bersama. Kau mungkin tak menyadari jika kau telah merebut Shailane semenjak aku di kirim ke sekolah asrama..."
Karena kenakalan nya , Sergio di kirim ayah nya ke sekolah asrama di luar negeri.
Meski berada jauh dari keluarga nya Sergio tetap memantau keadaan orang-orang yang di cintai nya. Terutama Shailene. Gadis kecil yang pertama kali memikat hati seorang Sergio di masa remaja nya.
"Bukan kah kau yang meminta ku untuk menjaga Shailene selama kau sekolah di luar negeri " sanggah Anthony .
"Yaa . Kau memang menjaga nya dengan sangat baik hingga akhir nya Shailene memiliki perasaan cinta untuk mu. Aku yang selalu bertukar surat dengan nya mengetahui hal itu . Aku harus memendam rasa kecewa dan mengubur jauh perasaan terlarang yang ku rasakan sejak lama"
"Seperti nya ada sedikit kesalahpahaman di sini " ucap Shailene menengahi.
"Tidak ada kesalahpahaman... " tegas Sergio menggeram.
" Aku pikir aku harus merelakan wanita yang ku cintai untuk menentukan pilihan nya. Hingga aku bertemu dengan seorang Model cantik dan aku mulai mengalihkan perasaan ku pada wanita yang baru ku kenal itu"
Hening sejenak
"Aku hampir saja melamar Madeline dan menikahi nya jika saja kau tidak merebut nya dari ku "
"Seperti nya aku mulai mengerti maksud dari perkataan mu " ucap Anthony menanggapi ucapan Sergio.
Sergio menyeringai sebelum kembali berkata-kata.
" Kau telah merebut Shailene hanya untuk menyakitinya. Tapi di saat kau masih terikat dengan nya kau malah menikahi Madeline. Tidak kah kau sadari betapa serakah nya kau dengan kesempurnaan itu !!"
Ucapan sekaligus sindiran pedas dari Sergio tak sedikit pun menyulut kemarahan dari Anthony. Lelaki tua itu masih dalam mode tenang nya seakan dia menerima begitu saja penghakiman dari sahabat nya masa remaja itu.
"Kakak... " ucap Shailene lirih.
"Sudah lah kak. Tak ada guna nya membahas masa lalu. Semua nya sudah berlalu" ucap Shailene lagi.
"Jadi begitu . Sudah berlalu ya.. Hahhaha " tawa lirih Sergio terdengar di ruangan itu.
"Lupakan semua itu kak ... Aku mohon berhenti lah " pinta Shailene mencoba menenangkan Sergio.
Dia berjalan pelan ke arah Sergio meski Reinhard melarang nya dengan menggelengkan kepala nya.
"Apa aku harus berhenti ?"
"Yaa kau harus berhenti kak. Aku tahu sesungguh nya kakak masih memiliki kebaikan di hati kecil kakak yang terdalam. Berhenti lah untuk mengelak akan hal itu" kata Shailene yang sudah berdiri di depan Sergio.
Wajah sendu dari lelaki tua itu langsung berubah menyeramkan di depan Shailene.
"Aku ini orang baik ? " hahahahahhahahahaha lelaki tua tertawa terbahak-bahak.
"Kebaikan itu telah lama hilang dan aku sedang tidak ingin main drama lagi okay. Baiklah. Mari kita akhiri semua ini..!! "
Lelaki tua itu menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar dan memberikan kode ke pada anak buah nya yang lain untuk masuk menyergap semua orang di ruangan itu tak terkecuali Shailene.
"Apa-apaan ini ?" ucap Shailene saat kedua tangan nya telah di ikat dengan tali yang erat.
"Aku hanya melakukan seperti keinginan mu Shailene... Aku akan berhenti jika kalian semua mati ..!! "
" Ya. Mati. Hanya dengan kematian lah yang dapat mengakhiri segala dendam . Aku akan jadikan tempat ini sebagai kuburan masal bagi kalian satu keluarga . Yaa . Hal itu sungguh tragis bukan . Kejadian ini akan menjadi berita yang viral dan akan di kenang sepanjang masa. Aku akan pastikan jika berita itu akan menjadi topik yang menggemparkan dunia"
Hahahahahaha
Wanita yang masih cantik di usia nya yang tak lagi muda itu seakan tercekat tenggorokan nya. Dia tidak lagi bisa berkata-kata setelah mendengar perkataan Sergio Black.
Semua orang di ruangan itu termasuk dokter dan perawat di kumpulkan di dekat tempat pembaringan Jake membentuk suatu lingkaran oval. Masing-masing dari mereka saling terikat tali tambang di kaki dan tangan. Mulut mereka sudah di tutup dengan lakban hitam.
"Sudah saat nya.." ucap Sergio .
Dua orang anak buah nya datang membawa beberapa jerigen minyak tanah dan segera menyemburkan nya pada lantai dan dinding sekeliling kamar itu.
Setelah itu semua anak buah Sergio keluar dari ruangan itu meninggalkan tuan nya yang masih ingin menikmati peran nya sebagai pemegang kendali dari permainan kejam yang dia rancang dari jauh-jauh hari.
"Oh iya. Sebelum aku menyalakan api unggun ada baik nya aku sampaikan kata-kata terakhir pada kalian " ucap Sergio sambil memainkan batang korek api yang sudah menyala kemudian dia tiup lagi.
"Sampai berjumpa kembali di neraka ..." tawa Sergio Black kembali menggema setelah nyala korek api di lemparkan nya pada lantai yang langsung memicu kobaran api besar seolah mengelilingi semua orang yang terikat di dekat pembaringan Jake.