Chereads / Jake and Flora / Chapter 51 - Blood

Chapter 51 - Blood

AUTHOR POV

"Sampai berjumpa lagi di neraka ..." setelah kata-kata terakhir dari Sergio Black terlontar , hawa panas di sertai kobaran api besar langsung melingkupi di sekeliling mereka yang terikat.

Pasrah . Satu kata itu sepertinya harus di rasa semua orang di ruangan itu.

Seketika terdengar bunyi benturan keras yang entah berasal dari mana . Tiba-tiba tembok kokoh di sebelah pojok itu mendadak berlubang seperti ada yang menghancurkannya dari luar.

Segerombolan orang berpakaian khusus dengan masker gas masuk ke ruangan yang telah di selubungi api besar melalui tembok yang berlubang itu. Tanpa rasa takut mereka menerobos kobaran api yang panas itu untuk menyelamatkan orang-orang yang di sandera. Beberapa dari mereka sudah membawa alat pemadam kebakaran dan mencoba menjinakkan api yang telah membesar dan hampir saja akan melahap para tawanan di tengah ruangan itu.

Beberapa orang lagi bergerak cepat melepaskan belitan tali pada organ gerak para tawanan dan membimbing mereka semua keluar dari api yang masih berkobar melalui lubang besar pada tembok yang mereka ciptakan.

Sementara itu di samping kastil tepat nya di dekat tembok yang telah berlubang tengah berdiri seorang wanita cantik yang menunggu para tawanan di selamatkan .

Satu persatu orang-orang berhasil di selamatkan dari panasnya kobaran api yang sempat berkobar tak terkecuali Jake.  Dengan cepat tim penyelamat mengeluarkan tubuh lemah Jake dan segera membawa nya ke dalam mobil ambulance yang sudah di siapkan untuk mengantarkan nya ke rumah sakit terdekat. 

Tak lama Anthony dan Mita ikut masuk ke dalam mobil tersebut.  Detik berikut nya sirine ambulance memecah ketegangan di sekitar Kastil tua dan segera melesat menghilang di balik tikungan jalan perbukitan nan berkelok. 

"Syukur lah... " kata Devani lega melihat semua orang berhasil di selamatkan dari kobaran api. 

Tapi terasa ada yang kurang.

Sejenak pandangan nya kembali mencari-cari kesekitar kerumunan orang-orang berpakaian khusus itu. Hingga penglihatan nya saling tatap dengan iris biru yang mampu menggerakkan tubuh nya untuk berlari kecil dan mendekati lelaki itu. 

"Rein... " ucap Devani yang telah memeluk erat tubuh Reinhard.

"Aku sangat khawatir saat tidak menemukan mu di antara mereka" kata Devani lagi. 

Lelaki itu hanya diam.  Detik berikutnya dia melepas paksa pelukan Devani pada tubuh nya. 

"Kau harus menjelaskan semua nya pada ku Deva " ucap Reinhard dengan  nada dingin nya. 

Flashback on

Devani yang baru saja mendengar rencana jahat dari lelaki tua yang bernama Sergio itu langsung membekap erat mulut nya untuk meredam suara yang mungkin saja keluar karena keterkejutan yang mendera nya. 

Devani tak habis pikir tentang kenyataan jika paman Sergio yang selama ini sangat di hormati Reinhard adalah dalang  utama dari semua kekacauan yang ada. 

Dan Devani mulai menyadari jika sikap dan sifat buruk yang di miliki Reinhard mungkin saja hasil terpaan dari seorang lelaki bak malaikat pelindung berhati iblis.

Dari tempat persembunyian nya di suatu sudut di ruang bawah tanah kastil itu, Devani masih berdiam diri dan menunggu saat yang tepat untuk keluar dari dalam sana. 

Berawal dari rasa penasaran yang menuntun nya berada di tempat yang temaram dan lembab itu hingga dia mengetahui suatu rahasia besar. 

Yaa rahasia yang mungkin saja tidak pernah di ketahui Reinhard dan juga Shailene. 

Devani bingung.  Apa yang harus di lakukan nya.

Harus kah dia memberitahukan kebenaran itu pada Reinhard atau ibu nya? 

Bodoh...!!! Tentu saja mereka tidak akan percaya. Mereka telah di butakan oleh semua kebaikan yang di tampakkan oleh lelaki tua bernama Sergio itu. 

Lantas apa yang harus Devani lakukan??

Di tengah kebimbangan dan berbagai macam pikiran yang memenuhi otaknya Devani di sadarkan pada suara gaduh tak jauh dari tempat persembunyian nya.

Devani memicingkan  matanya untuk memastikan jika yang di lihat nya tidak lah salah. Dia sedang menyaksikan dengan mata dan kepala nya sendiri sedang terjadi aksi perkelahian yang begitu sengit hingga seseorang dari gerombolan itu tergeletak tak berdaya.

"Bawa Morgan dan juga wanita itu " kata seseorang dengan suara beratnya.

"Bagaimana dengan lelaki itu ? " tanya seseorang lagi sambil menunjuk ke arah lawan mereka yang telah tumbang.

"Buang dia ke semak-semak dekat hutan. Jika beruntung dia akan tetap hidup sebelum hewan-hewan buas memangsa nya hahahahahhaha"

Detik berikut nya ruang bawah tanah itu menjadi sepi. Hal itu tak juga membuat Devani yang berada di sudut tak terlihat itu mulai bergerak atau melakukan hal lain yang mungkin bisa membawa tubuh nya ke tempat yang lebih baik.

Hingga suatu ide seketika muncul di pikiran nya.

" Memang terlihat mustahil tapi tidak ada salahnya jika di coba " pikir Devani. 

Devani mulai beranjak dari tempat persembunyian nya. Dia segera menaiki tangga yang mengantarkan nya ke lantai dasar bangunan itu. 

Langkah nya nyaris terhenti tatkala melihat tubuh seseorang di seret paksa keluar dari bangunan kastil tua itu. 

"Orang itu....  Seperti nya aku mengenalnya" Devani seolah yakin dengan terkaan nya. 

Devani yang penasaran dengan masih mengendap-endap tetap mengawasi kemana para mafia itu membawa tubuh seseorang yang seperti nya tak asing bagi Devani. 

Devani melihat jika tubuh lelaki yang tak berdaya itu di bawa masuk ke sebuah mobil Jeep dan segera tancap gas meninggalkan bangunan tua itu. 

Dengan cepat Devani memasuki mobilnya dan menghidupkan nya. Dia melajukan mobilnya dan segera melihat jika Jeep hitam itu berada di depan nya. 

Dengan tetap menjaga jarak agar tak di curigai oleh mafia di depan sana tatapan Devani tetap Fokus memperhatikan ke mana arah nya mobil itu. 

"Ahh sial. Bagaimana mungkin Devani Jackson seorang artis top Hollywood harus beralih profesi menjadi seorang penguntit seperti ini "

Devani masih sempat mengumpat saat dia mulai bosan. Bagaimana tidak bosan sudah hampir satu jam dia menjalankan mobil nya hanya untuk mengikuti jejak dari Jeep hitam yang di kemudikan mafia di depan nya. 

Ide yang sempat terlintas di benak nya hampir musnah jika saja mobil hitam itu tidak berhenti di dekat ilalang pinggir hutan belantara. 

Mobil yang di kemudikan Devani segera berhenti. Dia sengaja memilih jarak yang agak jauh dari Jeep hitam itu agar tak di kenali oleh para mafia di sana.  Bisa berantakan semua nya sebelum di mulai jika dia tertangkap basah.

Wanita itu segera keluar dari mobil nya dan mulai mengendap-endap di antara rerumputan panjang dan ilalang demi menyamarkan posisi nya. 

Dari posisi nya berada dia bisa melihat jika tubuh lelaki tak berdaya yang sempat di lihat tadi kembali di seret memasuki hutan yang gelap. 

"Apakah aku harus melakukan nya? " ucap Devani tatkala keberanian nya mulai menciut tatkala melihat kegelapan di dalam hutan itu .

Kebimbangan Devani hampir saja membuat dirinya terlihat oleh dua orang mafia yang mulai berjalan menjauh dari hutan. 

Beruntung Devani masih sempat bersembunyi di antara ilalang.

"Tunggu. Aku seperti melihat seseorang" ucap salah seorang mafia. 

Lelaki berbadan besar itu berjalan mendekati ilalang yang terlihat mencurigakan. 

Hal itu sungguh membuat Devani semakin gugup.  Dia semakin merundukkan tubuhnya agar tak terlihat. 

"Jangan sampai mereka menemukan ku.  Bisa kacau semua nya sebelum di mulai " kata Devani dalam hati. 

Ketika lelaki itu akan menyingkirkan ilalang tinggi yang menghalangi penglihatannya , langkahnya langsung terhenti saat dering smartphone nya berbunyi. Dia segera mengeluarkan benda itu dari saku celana jeans nya. 

"Sial.  Big boss... " ucap nya saat melihat nama yang tertera di smartphone nya. 

"Ya Tu.Tuan... "

Belum sempat lelaki itu mengucapkan sepatah kata lagi panggilan tersebut sudah berakhir. 

"Sial. Lelaki tua itu sungguh merepotkan " oceh nya. 

"Ya... Dia memang menyebalkan berkali lipat jika di bandingkan Tuan Russel" ucap teman nya.

"Ya sudah kita harus segera melanjutkan perjalanan ke markas besar "

Setelah mengatakan hal tersebut lelaki berbadan besar itu segera menuju Jeep hitam di ikuti teman nya. 

"Huftttttt.... Rupa nya dia lupa pada kecurigaan nya " kata Devani yang merasa begitu lega.

Devani mulai bangkit berdiri saat mobil hitam itu mulai menjauh. 

Wanita itu akan melangkahkan kaki memasuki kawasan hutan yang lebat .

"Harus kah seorang artis top Hollywood sekelas Devani Jackson masuk ke dalam sana untuk suatu rencana konyol ? Bagaimana jika aku gagal ?

Bagaimana jika aku malah bertemu dengan hewan buas dan berakhir tewas....  Tidak...  Ohh apa yang kau pikirkan Deva??  "

Di saat itu juga dia kembali teringat dengan Queen, anak semata wayang nya.

"Queen  maafkan mama jika harus berada dalam situasi berbahaya.  Tapi mama janji akan segera menemui mu setelah semua ini selesai"

Devani mulai menguatkan tekad nya.  Dia harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orang-orang yang di cintainya. 

Dengan perlahan namun pasti wanita itu mulai melangkahkan kakinya memasuki kawasan yang di penuhi pepohonan itu. 

Dia terus berjalan sembari menajamkan penglihatan dan juga pendengarannya.  Yaa dia harus sangat berhati-hati hingga tanpa sengaja kaki nya tersandung akar pohon besar yang menyembul di atas tanah. 

"Ahhh sial.... " maki Devani yang sudah jatuh tersungkur ke tanah. 

Tanpa memperdulikan rasa nyeri di beberapa bagian di tubuh nya Devani kembali bangkit untuk duduk sejenak dan menghalau dedaunan kering yang menempel pada rambut dan juga pakaian nya. 

"Untung saja aku tidak mengenakan heels. Boots kau cukup membantu hingga sejauh ini meski aku juga harus tersungkur dan kotor seperti ini"

Masih dalam posisi duduk di atas dedaunan kering Devani yang akan kembali berdiri di buat ragu saat mendengar sayup-sayup suara.  Entah itu apa.  Wanita itu tidak terlalu jelas mendengarnya karena bunyi kicauan burung yang berderu dengan angin.

"Di mana itu asal suara itu? " tanya Devani pada dirinya sendiri. 

Devani pun bangkit dan mengikuti arah suara yang menurut nya aneh karena tidak seperti suara hewan buas ataupun kicauan burung. 

"Help...Help... Help me...  "

Yaa. kali ini Devani semakin yakin dengan pendengaran nya.

"Itu pasti orang yang di bawa dua mafia tadi... " kata Devani yang semakin semangat menjelajah kawasan hutan. 

"Help..... " suara itu semakin jelas terdengar hingga Devani benar-benar melihat  sesosok tubuh penuh luka dan lebam. 

"Help me... "

Devani yang kini berada di dekat lelaki itu masih mencoba mengenali wajah yang cukup familiar di ingatan nya. 

"Kau... Yaa aku tau siapa kau...  " ucap Devani yakin. 

"Wa.water....." ucap lelaki itu dengan suara bergetar sebelum kesadarannya

benar-benar hilang. 

"Hei kau.. Sadar lah.  Kau tidak boleh mati" teriak Devani saat melihat lelaki di hadapan nya itu menutup mata. 

"Aku sudah mempertaruhkan diri ku untuk masuk ke dalam hutan sialan ini hanya untuk menemukan mu brengsek.  Kau tidak boleh mati dengan cara seperti ini " ucap Devani yang mulai putus asa. 

Tapi kemudian Devani mulai memeriksa denyut nadi di leher dan di pergelangan tangan lelaki itu.  Senyum tipis mulai menghias wajah yang tadi sempat putus asa. 

"Kau ingin air kan.  Baiklah aku akan beri kau air.  Tapi kau harus tetap hidup untuk tuan mu dan semua orang yang di sandera "

Setelah mengucapkan hal itu Devani bangkit dan meninggalkan lelaki itu demi mendapatkan air.  Devani memiliki sebotol air putih di dalam mobil nya.

Untuk mendapatkan nya Devani harus kembali ke mobil nya. 

Memang akan memakan cukup waktu hanya untuk sebotol air.  Tapi Devani tak memiliki pilihan lain selain menolong lelaki malang itu. 

"Ini air nya.  Minum lah... " ucap Devani yang membantu memasukkan air tersebut melalui sedotan ke mulut lelaki itu. 

Devani harus kembali menunggu saat lelaki itu tak kunjung sadar dari pingsan. 

"Kau sangat merepotkan ku. Dan sekarang kau membuat aku harus menunggui mu untuk sadar hah ...  Kau memang sialan " gerutu Devani. 

Devani yang sudah bosan akhirnya di kalahkan oleh rasa kantuk yang menderanya.  Dia menyadarkan tubuhnya pada batang pohon besar nan rindang dan mulai terlelap. 

*********

Entah berapa lama wanita itu terlelap. Ketika kesadaran nya mulai terkumpul meski mata nya masih terpejam, Devani bisa merasa jika di dekat nya ada sesuatu yang terasa hangat. 

Apakah itu?? 

Api unggun besar.  Yaa Devani yang baru saja membuka mata nya langsung melihat cahaya terang dari api unggun itu yang cukup membantu penerangan di tempat tersebut. 

"Akhir nya wanita itu bangun juga " ucap sesorang yang duduk tak jauh dari api unggun. 

Devani sangat terkejut tatkala menyadari jika di dekatnya saat ini ada beberapa lelaki satu di antaranya adalah lelaki yang sempat di tolong nya tadi. 

"Jangan takut...  Mereka teman-teman ku" ucap lelaki yang wajah nya penuh luka lebam. 

Devani sempat heran saat melihat lelaki itu telah sadar sepenuh nya.

"Bukan kah lelaki ini tadi hampir mati?  " pikir Devani. 

Tadi??? 

Devani baru sadar jika sekarang keadaan di sekitar nya semakin gelap jika saja tak ada api unggun itu. 

"Mungkin kah sekarang sudah malam? " tanya Devani pada lelaki di depan nya. 

"Ya. Sekarang sudah pukul 7 malam" ucap lelaki yang tadi di tolong Devani. 

" Apa?? " pekik Devani panik. 

Yang benar saja seorang Devani Jackson berada dalam hutan di malam hari?  Sungguh mustahil. 

"Tidak usah panik seperti itu.  Oh iya aku sangat berterimakasih karena bantuan mu aku masih bisa bertahan. Nama ku Kondrad nona Devani"

Mendengar dirinya di sebut "nona" terdengar menggelikan bagi Devani karena nyata nya dirinya sudah pernah melahirkan dan rasa nya tidak pantas lagi jika di panggil "nona" .

"Ya...  " jawab Devani singkat. 

Detik berikutnya Devani mulai berkenalan dengan teman-teman Kondrad yang lain nya. 

"Sesaat setelah anda memberi saya air kesadaran saya perlahan mulai kembali. Meski keadaan fisik saya masih lemah tapi saya tidak bisa berdiam diri saja.  Saya segera menghubungi teman-teman saya.  Beruntung jam tangan yang saya kenakan sudah di lengkapi dengan sensor pelacak jejak. Hal itu sangat membantu mereka untuk menemukan kita di tengah hutan ini " jelas Kondrad panjang lebar. 

"Apakah kalian berkumpul di sini untuk misi penyelamatan? " tanya Devani tanpa ragu. 

"Dari mana anda bisa tau?  " Tanya Dave dengan kerlingan nakal nya. 

Devani sama sekali tidak merasa terganggu dengan hal itu.  Karena dia sudah biasa di tatap dengan penuh rasa pemujaan dari para Fans nya. 

"Karena aku mengetahui rencana inti dari dalang semua kekacauan ini" ucap Devani yakin. 

"Anda yakin nona? " tanya Kondrad ragu. 

"Apakah aku terlihat meragukan? " tanya Devani dan segera mendapat tatapan dari para lelaki yang berada di dekat  nya. 

"Yaa mungkin kalian ragu mengingat perangai ku di masalalu.  Tapi sekarang bukan waktu  nya untuk menilai diri ku" Dan Devani kembali merasa risih saat tatapan dari para lelaki itu semakin mengintimidasi nya. 

"Baiklah.  Seperti nya kita tidak ada alasan lain untuk tidak mempercayainya.  Karena hanya dia yang mungkin bisa membantu kita " kata Kondrad sungguh melegakan Devani. 

Sambil mengelilingi api unggun itu,  Devani,Kondrad,Dave,Axel dan Agel mulai menyusun rencana untuk menyelamatkan Jake dan para sandera. 

Ada beberapa rancangan rencana yang mereka buat jika sewaktu-waktu terjadi perubahan situasi di lapangan. 

"Kau yakin tetap ambil bagian dalam keadaan seperti itu? " pertanyaan dari Dave terdengar mengejek kondisi Kondrad. 

"Sial.  Bahkan jika aku harus di hadapkan lagi pada kematian maka aku tidak akan mundur " kata Kondrad dengan mantap dan yakin. 

Dari hasil kesepakatan bersama Kondrad dan Devani akan ke rumah sakit terdekat milik keluarga Xander Group untuk di ajak kerja sama nya karena sudah dapat di pastikan jika kondisi Jake harus segera di tangani secara intensif. 

Sementara itu Dave dan Axel akan mengumpulkan anak buah yang lain untuk mengalihkan perhatian para mafia yang berjaga di sekitar Kastil maupun di dalam bagunan itu.

Rencana mereka memang sangat berbahaya dan pertumpahan darah sudah pasti tidak bisa di elakkan lagi.  Oleh Karena itu Agel mendapat tugas untuk menghubungi aparat penegak hukum dalam upaya penyelamatan para sandera dan juga penangkapan para mafia yang juga sudah menjadi incaran kepolisian internasional.

Flashback off

Devani hanya diam saat Reinhard bertanya pada nya dan tengah menanti penjelasan dari nya. 

"Jawab aku Deva " ucap Reinhard dengan nada penuh penekanan. 

"Jadi..... "

Devani tak lagi bisa melanjutkan kata-kata nya saat melihat beberapa orang berpakaian preman datang mendekat ke arah mereka. 

"Para mafia itu.." ucap Devani tanpa sadar.

Dan itu membuat Reinhard bingung. 

Beberapa orang yang di sangka Devani adalah para mafia itu langsung menyergap tubuh Reinhard. 

"Anda kami tahan karena berbagai kasus di dunia hitam dan juga penculikan " ucap salah seorang dari mereka. 

Devani hanya bisa menatap situasi di depan nya dengan tatapan tak percaya. 

"Maaf jika membingungkan anda Miss.  Kami dari agen kepolisian " kata lelaki di dekatnya sambil memperlihatkan lencana polisi yang di milikinya. 

"ahahahahahahahha....  Jadi ini rencana mu. Kau melakukan nya dengam sangat bagus Deva.  Good girl" ucap Reinhard terdengar sinis di pendengaran Devani. 

"Maafkan aku Rein... " lirih Devani saat melihat Reinhard telah di bawa oleh para aparat penegak hukum. 

Wanita itu masih saja memandang ke arah mobil polisi yang membawa serta Reinhard. 

"Maaf... " ucap Devani lagi dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya. 

Tangis wanita itu akhirnya pecah juga saat Dia mendapat pelukan hangat dari seorang wanita keibuan,  Shailene Black. 

"Jangan menangis Deva.. " ucap Shailene terdengar tegar. 

"Maafkan Deva ibu... "

"Tidak mengapa nak.  Sudah seharusnya Russel ku belajar lagi agar dia bisa menghargai arti kehidupan dan kebersamaan" kata Shailene dengan nada yang menenangkan. 

*****************

Seminggu kemudian

Wanita itu berjalan cepat di koridor rumah sakit tempat Jake di rawat. Hari ini adalah hari pertama bagi nya menjenguk Jake di rumah sakit. Dia sengaja mengosongkan jadwal nya beberapa hari untuk melihat keadaan Jake dan juga menyelesaikan sesuatu yang harus di perbaiki. 

"Ayah, bagaimana keadaan Jake? " tanya Devani saat berpapasan dengan Anthony. 

"Tidak ada kemajuan. Masih seperti kemarin" lirih Anthony terdengar putus asa. 

Mendengar penuturan  dari ayah kandung Jake itu sungguh membuat Devani sedih. 

"Hai Jake. Kau bisa mendengar ku? Ini aku Devani.  Aku tau  kau mungkin akan langsung mengusirku jika menyadari kehadiran ku saat ini. Tapi kau jelas tidak bisa melakukan nya karena kondisi mu seperti mayat hidup sekarang... "

Devani semakin sedih melihat  sahabat nya semasa kecil itu tak berdaya. Lelaki itu mungkin pernah menjadi obsesi terbesar nya dalam hal  percintaan.  Tapi itu dulu.  Entah sejak kapan perasaan nya terhadap Jake hilang entah kemana.  Sekarang dapat di pastikan jika Devani tak lagi memiliki rasa terhadap Jake. 

Semua nya menjadi begitu rumit saat Reinhard yang di ketahui adalah saudara satu Ayah dengan Jake memanfaatkan kelemahan Devani untuk menyakiti Jake dan orang-orang di sekitarnya tanpa terkecuali.

"Jake.  Aku minta maaf karena di masa lalu kita ada bagian gelap yang merupakan kebodohan atau khilafku. Aku juga minta maaf karena telah menciptakan banyak masalah di hidup mu dan mengusik kehidupan bahagia mu bersama Flora.  Sungguh aku sama sekali tidak menginginkan hal itu terjadi. Aku tidak berdaya Jake..hiks..hiks.. "

Devani menyeka air mata nya. 

Dia meraih jemari besar milik Jake dan menggenggamnya. 

" Sadarlah Jake. Aku janji akan berusaha memperbaiki yang telah ku rusak.  Tapi aku tidak yakin dengan kemampuan ku. Aku perlu kau untuk meyakinkan Flora.. "

*****************

Tiga hari kemudian

Kabar kedatangan artis top Hollywood Devani Jackson di bandara Soekarno-Hatta Jakarta langsung menyebar luas. 

Para Fans dan pencari berita langsung memenuhi area bandara dalam rangka menyaksikan langsung idola mereka. 

Devani dan para kru management artist sempat kewalahan dengan antusias para Fans asal indonesia yang menyambutnya dengan penuh minat. 

"Kedatangan ku ke sini untuk liburan bukan untuk di sorot media" ucap Devani yang baru saja menghempaskan dirinya pada ranjang besarnya di sebuah kamar hotel di pusat kota Jakarta. 

"Bukan aku yang..... "

"Ya.. Kau dan para kru sialan itu,  kenapa kalian juga mengikuti ku sampai kesini " ucap Devani langsung memotong ucapan Carmen. 

Setelah mengatakan hal itu,  Devani yang seperti nya lupa akan rasa lelah segera membuka koper nya dan segera berganti pakaian. Dia sengaja menyamarkan penampilannya agar tidak di kenali khalayak ramai. 

"Mau kemana kau? " tanya Carmen. 

"Bukan urusan mu" ucap Devani yang langsung menghilang di balik pintu. 

Berkat bantuan seorang teman, Devani mendapatkan mobil beserta supir yang bisa berbahasa asing.  Devani bebas mau jalan-jalan ke mana saja dan si supir dengan senang hati akan mengantar. 

"Stop ..." ucap Devani saat mobil itu sudah berada di pinggir jalan yang berseberangan dengan Gerbang besar sebuah Mansion yang pernah di datangi wanita itu. 

Devani sedikit membuka kaca jendela mobil itu untuk melihat keadaan sekitar Mansion itu dengan harapan bisa melihat seseorang yang ingin di temui nya. 

Selang beberapa menit, yang di harapkan Devani muncul juga.  Hanya sebentar karena orang itu sudah masuk ke dalam sebuah mobil putih dan segera meninggalkan halaman Mansion. 

" Ikuti mobil itu" kata Devani pada sang supir. 

Mobil yang di ikuti Devani memasuki area parkir sebuah supermarket.

Seorang lelaki tua yang dapat di pastikan adalah seorang supir nampak lebih dulu keluar dari mobil dan membukakan pintu belakang mobil tersebut. 

Seorang wanita muda dan seorang wanita tua keluar sambil menenteng keranjang belanjaan. 

Melihat dua orang itu masuk ke tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari itu, membuat Devani juga harus masuk ke dalam nya jika ingin bertemu langsung dengan seseorang.

Devani sempat kikuk sebelum akhirnya dia mendapat keberanian untuk menampakkan diri di depan wanita yang pernah dia sakiti. 

*********

Saat itu Flora dan bik Minah yang sedang memilih benda-benda apa saja yang di perlukan untuk keperluan sehari-hari.  Saat mereka ada di rak yang menjual daging segar dalam freezer itu entah mengapa Flora merasa ada yang tidak enak pada tubuh nya. 

"Hari ini bibik akan masak sup daging kesukaan nyonya " ucap bik Minah yang sudah mengambil daging segar yang sudah di bungkus cantik itu dari freezer. 

Entah mengapa melihat benda merah dan berserat itu yang di pegang bik Minah itu tiba-tiba menimbulkan suatu gejolak pada perut Flora. 

Dia merasa sangat mual dan pusing.  Dengan cepat dia segera menutup mulut nya saat dia ingin muntah. 

"Nyonya kenapa? " tanya bik Minah khawatir. 

Flora hanya menggeleng dan menjauhkan diri dari rak berisi daging segar. 

"Nyonya... Wajah Anda pucat sekali" ucap bik Minah yang sudah berada di dekat Flora. 

"Bik... Kepala Flo pusing... " usai berujar tentang keluhan nya tubuh Flora melemah dan dia tak lagi bisa menopang tubuhnya agar tetap tegak berdiri. 

Beruntung ada seseorang yang segera menahan tubuh Flora agar tak jatuh ke lantai.

"Yaa ampun.  Nyonya... " pekik bik Minah terkejut. 

"Ohh no.. Blood.. " pekik Devani tak kalah kaget saat melihat warna merah itu di kaki Flora .