AUTHOR Point Of View
Devani masuk ke dalam supermarket dan tetap mengintai posisi Flora yang tengah memilih-milih benda apa saja yang di perlukan nya. Istri Jake itu tengah asyik dengan kegiatan itu di temani wanita tua yang dengan setia mengikuti nya sembari membawa barang belanjaan.
"Bibik tolong ikuti Flo yaa. Jangan sampai terpisah . Flo enggak mau bibik tersesat lagi .." kata Flo yang masih khawatir . Bagaimana tidak bibik tua itu pernah tersesat di taman beberapa hari yang lalu saat menemani Flora berjalan-jalan menikmati udara sore hari.
" Baik nyonya ... Anda mau di masakin apa hari ini ? " Tanya bibik tua itu .
" Mungkin.. sup daging . Flo sudah lama ingin itu . Tapi Flo ingin belajar memasak nya sendiri bik .."
Rupanya mereka tidak menyadari jika sekarang ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka dari jauh.
Hingga Flora dan wanita tua itu sampai pada rak yang menyediakan daging segar dalam freezer.
Flora memperhatikan potongan daging yang terbungkus itu . Seketika kepala terasa sangat pusing. Dan perut nya bergejolak. Tangan Flora sudah membungkam mulut nya karena rasa mual yang kembali melanda nya .
Devani mengamati jika Flora terlihat tidak nyaman saat memperhatikan benda di dalam freezer. Wanita itu melihat jika Flora menjauhkan diri dari freezer penyimpanan daging. Devani yang seolah bisa membaca situasi segera mendekati tubuh Flora yang melemah dan reflek menahan tubuh tersebut agar tidak jatuh ke lantai.
"Nyonya... " pekik wanita tua yang bersama Flora.
Devani tau jika Flora sedang tak sadarkan diri. Tapi satu hal yang membuat Devani langsung panik. Darah. Yaa Flora berdarah. Devani jelas melihat sesuatu yang merah itu mengalir dari bagian dalam dress yang di kenakan Flora. Darah itu mengalir hingga kaki Flora dan membuat Devani sama panik nya dengan wanita tua itu.
"Ohh no... Blood... " pekik Devani keras.
Hal itu langsung menjadi perhatian pengunjung supermarket .
"Help... Help... " teriak Devani saat mereka tengah di kelilingi banyak orang asing yang hanya menonton tanpa memberi pertolongan.
Sebagian dari mereka malah memegangi smartphone dan mengarahkan nya ke arah Devani.
" Heii... Devani Jackson..ternyata asli nya cantik sekali .." kata salah seorang yang mengerumbuni ke tiga wanita itu.
"Tolong nyonya saya... " kata bik Minah yang sudah menangis.
Tak lama seseorang muncul dari tengah kerumbunan masa. Dia Joe supir yang akan melayani Devani selama di Jakarta.
"Miss... Can I Help you? " bisik Joe.
Devani mengangguk dan memberi kode agar Joe segera mengangkat tubuh Flora dan segera membawa nya ke rumah sakit.
********************
FLORA Point Of View
Tidak terasa sudah hampir sebulan aku berada di Indonesia, tepat nya Jakarta. Yaa aku kembali ke Mansion peninggalan orang tua ku. Tidak ada perubahan yang terjadi pada tempat yang banyak menyimpan kenangan semasa kecil ku ini.
Pagi ini aku berada di balkon kamar ku sambil menikmati udara segar .
"Nonya.. " itu bik Minah. Wanita tua yang telah sekian lama bekerja pada keluarga Kesuma semenjak ayah ku masih kecil.
"Iyaa bik.. "
"Nyonya saya membawakan sarapan"
Aku berbalik dan melihat ada makanan dan juga susu berwarna putih di nampan yang di letakkan di atas nakas dalam kamar ku.
"Bik.. Seperti nya Flo tidak bisa menghabiskan semua itu " keluh ku.
Yaa setiap makanan yang ku makan seperti nya tidak bertahan lama dalam lambungku. Jika rasa mual itu datang , aku sama sekali tidak bisa mencegah untuk tidak memuntahkan isi perut ku.
Ohh morning sicknes ini sangat menyiksa ku.
"Nyonya harus bisa. Bagaimana pun anda dan calon bayi anda perlu asupan nutrisi" ucap bik Minah bijak.
Yang di katakan bik Minah memang benar. Tapi apalah daya ku yang tak bisa mengendalikan keadaan tubuh ku. Apakah ini karena pengaruh hormon kehamilan???
Flashback on
Aku mengerjapkan mataku berulang kali dan ku lihat sebuah ruangan bernuasa putih dan suasana nya seperti tak asing bagiku.
Ini seperti rumah sakit. Ohh aku tidak suka tempat ini. Tapi kenapa aku bisa berada di sini dan kembali terbaring dengan infus terpasang pada pergelangan tangan ku.
"Nyonya.. Anda sudah sadar" ucap bik Minah.
"Bik... Flo kenapa? " tanya ku bingung.
Terakhir yang ku ingat, aku dan bik Minah sedang berbelanja di supermarket. Tapi mengapa sekarang aku ada di tempat yang beraroma obat-obatan ini.
"Nyonya harus istirahat dulu ya. Anda tidak boleh stress"
Penjelasan bik Minah tidak ku mengerti. Yang ada malah kepala ku terasa sakit.
Apakah ini epek dari kecelakaan yang dulu pernah ku alami hingga memori ku sebagian sempat hilang ?
Ya semenjak kecelakaan itu aku memang sering mengalami sakit kepala.
Aku mencoba bangun dari posisi ku saat ini tapi dengan cepat bik Minah menahan ku.
"Nyonya. Dokter bilang anda harus tiduran saja di tempat tidur sampai anda dan dia kuat"
Dia? Dia siapa?
Lowongan
Seketika rasa sakit ku rasa pada bagian perut ku.
Aku sempat meringis dan menuruti ucapan bik Minah untuk kembali berbaring.
"Selamat pagi nyonya Flora " ucap seorang wanita berjas putih dengan name tag 'dr.Susi'.
Dia masuk dengan seorang lelaki yang ku tau adalah dokter Haris yang sempat menangani ku saat aku mengalami amnesia dulu.
"Rasa nya aku tidak percaya jika sekarang aku harus memanggil mu dengan 'nyonya' kau masih terlalu muda untuk itu" ucap Dokter Haris.
Aku hanya tersenyum simpul.
"Ku dengar ingatan mu sudah kembali lagi Flo. Itu bagus. Tapi kau menghentikan mengkonsumsi obat nya, itu tidak baik"
"Maaf dok. Flo hanya jenuh jika harus meminum obat lagi. Lagipula seperti nya Flo sudah sehat dan tidak memerlukan obat itu lagi"
Dokter Haris saling pandang dengan Dokter Susi dan keduanya saling menatap ke arah ku.
"Baiklah. Ku rasa pengobatan mu harus di hentikan sementara waktu karena kehadiran dia "
Dia? Dia siapa sih?
Aku masih bingung. Kenapa bik Minah dan Dokter Haris membahas tentang 'dia' yang tidak aku mengerti.
"Sudah lah kak. Sebaiknya kau kembali ke ruangan mu. Sekarang giliran ku " ucap Dokter Susi.
Aku mengkerutkan keningku.
Mereka kakak adik?
"Baiklah. Flo aku permisi dulu" ucap Dokter Haris sebelum keluar dari ruang rawat ku.
"Aku bingung harus memanggil mu Nyonya atau Nona. Astaga bahkan kau lebih muda dari ku untuk mengalami proses kehamilan ini " ucap Dokter Susi santai.
"Panggil Flo saja" ucap ku masih mencoba meresapi setiap kata dari wanita yang berprofesi sebagai Dokter ini.
"Baik Flo. Kau terlihat bingung. Apakah kau tidak tau jika sekarang kau sedang mengandung? "
Yang baru saja di katakan wanita ini telah menjelaskan arti dari 'dia ' yang membuat ku bingung.
"Tapi... Apa kah mungkin? " tanya ku ragu.
"Ya kau sedang hamil Nyonya Flora. Perkiraan ku sudah 10 minggu" ucap Dokter Susi.
"Benar kah? " reflek tangan ini langsung memegangi perut ku dan Seketika itu juga perasaan ku menghangat.
"Tapi aku sama sekali tidak mengalami tanda-tanda kehamilan sebelum nya dok" ucap ku masih sangsi.
"Bahkan aku masih mengalami haid tiap bulan nya meski agak aneh. Karena darah haid ku hanya sedikit. Maksud ku hanya bercak saja. Dan itu tidak berlangsung lama. Mungkin cuma sehari. Entah lah " sambung ku menerangkan.
Wanita itu nampak memahami perkataan ku.
"Tidak setiap wanita hamil mengalami gejala yang sama Flo. Dan plek yang kau alami itu biasa di alami wanita yang hamil muda. Mungkin saja karena stress "
Beberapa perawat masuk ke dalam ruangan ini dengan membawa peralatan medis yang aku tidak tau apa namanya atau pun fungsi nya.
"Untuk memastikan keraguan mu bagaimana jika kita lakukan USG" ucap Dokter Susi.
Aku mengangguk setuju dan dapat ku rasa jika semacam gel di usapkan pada bagian perut ku. Kemudian wanita itu mulai menjalankan suatu alat di atas perut ku.
"Flo.. Bisa kau lihat pada layar itu " ucap Dokter Susi.
"Nah ini adalah janin mu Flo. Calon bayi mu sedang dalam proses bertumbuh sekarang"
Ya aku melihat nya. Dia. Yaa dia, calon bayi ku. Dia terlihat sangat mungil dan aku tidak sabar ingin melihatnya terlahir ke dunia ini dengan selamat.
"Flo. Ku sarankan kau harus bed rest selama lima hari di rumah sakit. Hal itu perlu untuk keselamatan janin mu yang sempat melemah karena pendarahan yang kau alami kemarin" jelas Dokter Susi.
Aku pendarahan? Yaa Tuhan...
Baby... Maafkan mommy ya nak. Maaf karena mommy tidak menyadari kehadiran mu di rahim mommy.
"Terimakasih dok" ucap ku tulus.
"Tidak perlu berterimakasih dengan ku Flo. Sudah tugas ku untuk melakukan yang terbaik bagi pasien ku. Tapi.... Sebaik nya kau harus berterimakasih pada penolong mu yang membawa mu ke mari. Karena jika terlambat sedikit saja, aku tidak yakin jika janin mu dapat bertahan"
Ucapan Dokter Susi membuat aku penasaran akan seseorang yang telah berbaik hati memberikan pertolongan padaku dan calon bayiku.
Tapi kemudian rasa penasaran ku tergantikan akan kerinduan yang teramat sangat di hatiku. Aku merindukan suami ku.
Jake...
Kita akan memiliki bayi.
Seandainya kau mengetahui nya, akan kah kita akan kembali lagi tanpa harus terpisah ......
Flashback off
Aku mengusap perut datar ku saat rasa mual itu kembali datang.
Ohh baby tolong jangan siksa mommy.
Rasa mual dan muntah ini ku alami baru beberapa hari ini. Entah lah aku pun bingung kenapa demikian. Yang jelas ini sangat dan sangat menyiksa ku.
"Nyonya ayo habiskan susu nya " ucap bik Minah yang sedari tadi mengawasi ku menghabiskan sarapan ku.
Wanita tua yang sudah ku anggap seperti nenek ini selalu mengawasi ku makan. Karena jika tidak, jangan harap semua makanan itu akan berhasil lolos masuk ke dalam mulut ku.
"Bik.. Susu ini tidak enak. Flo tambah mual" kilah ku.
" Ayo Nyonya sedikit lagi" kata bik Minah.
Aku menatap minuman berwarna putih di gelas yang tinggal separuh itu. Aku segera menutup mulut ku saat rasa mual itu kembali melanda.
"Bibik masih ingat siapa orang yang sudah menolong Flora waktu di supermarket? " tanya ku mencoba mengalihkan perhatian bik Minah.
Aku sengaja memilih pertanyaan itu untuk menghindari kegiatan minum susu itu.
Ohh baby maafkan mommy.
Wanita tua itu hanya tersenyum.
"Sebentar lagi dia akan datang ke sini untuk bertemu dengan nyonya. Tapi habiskan dulu susu nya" ucap bik Minah menggagalkan siasat ku.
Dengan terpaksa dan menahan rasa mual aku meminum cairan berwarna putih itu dengan harapan jika setelahnya aku tidak akan memuntahkan apa saja yang sudah masuk ke dalam perut ku.
"Nyonya tunggu saja disini. Nanti tamu nya akan datang " ucap bik Minah sebelum keluar dari kamar ku sambil membawa nampan dengan piring dan gelas yang sudah kosong.
Lima menit
Lima belas menit
Satu jam kemudian
Tidak seperti keinginan ku, aku kembali memuntahkan isi perutku di wastafel kamar mandi.
Ohh ini sungguh menyiksa.
Ya Tuhan kapan morning sickness ini berhenti menyiksa ku??
Setelah mencuci muka dan berkumur, aku tidak langsung beranjak dari kamar mandi. Aku masih memandangi diriku pada cermin di hadapanku. Seketika bayangan Jake yang memeluk tubuh ku dari belakang terlintas begitu saja dan itu sungguh membuat kepala ku semakin sakit.
Dengan perlahan aku berjalan pelan menuju ranjang ku dan duduk di pinggirannya.
"Baby tolong jangan siksa Mommy lagi ya. Mungkin kamu kangen Daddy. Tapi kita tidak bisa bertemu dengan dia lagi nak " ucap ku sambil mengelus perut ku.
Mengingat tentang Jake dan pernikahan kami yang telah berakhir sungguh sangat menyakitkan hatiku. Terlebih lagi sekarang aku hamil tanpa Jake mengetahui nya.
Lantas jika Jake mengetahui keberadaan bayi ini apakah dia akan membatalkan perceraian itu?
Entah lah.
Aku bingung bagaimana ke depan nya nasib ku bersama anak ku kelak tanpa sosok Jake.
Jujur saat aku mengetahui kehamilan ini aku sama sekali tak tau apakah aku harus bahagia atau sedih.
Aku bingung bagaimana ke depan nya nasib ku bersama anak ku kelak tanpa sosok Jake.
Bukan aku tak senang mengetahui jika buah cinta aku dan Jake bertumbuh di rahim ku. Aku hanya merasa kehadiran nya saat ini tidak lah tepat, mengingat hubungan ku dan Jake sudah berakhir.
Ya sudah berakhir. Kami sudah bercerai. Lebih tepat nya aku di ceraikan oleh Jake tanpa aku tau apa kesalahan yang telah ku perbuat.
Lebih menyakitkan lagi jika aku harus menerima kenyataan jika perceraian ini terjadi lantaran Jake sudah berpindah ke lain body. Yaa Jake telah memilih Devani, wanita masa lalu yang hampir saja akan di nikahi nya.
Krekkkkkk
Pintu kamar ku terbuka pelan. Ku tolehkan kepala ku untuk melihat siapa yang datang.
Aku berdiri terpaku saat melihat sosok yang sangat ku benci muncul dari pintu kamar yang terbuka. Dia berjalan ke arah ku. Semakin dekat. Dan dia memeluk ku tanpa ragu seolah dia tidak merasa melakukan dosa karena sudah menjadi pengrusak Kebahagiaan rumah tangga ku bersama Jake dan calon bayi kami.
Dia . Devani Jackson . Artis papan atas Hollywood. Sedang apa dia di sini ? Apakah masih belum cukup semua upaya dari nya untuk memisah kan aku dan Jake ?
"Flo... Untung lah kau baik-baik saja" ucap nya yang masih memeluk tubuh ku yang kaku.
Aku hanya diam tak bergeming. Sialan.. !!! Aku ingin sekali menjambak rambut nya . Tapi aku tidak boleh emosi . Aku tidak boleh stress . Sebisa mungkin ku coba meredam amarah ku demi calon anak di dalam rahim ku.
"Kau... Di sini ? Mau apa ? " Tanya ku hampir tak percaya jika wanita ini berani menampilkan dirinya di hadapan ku.
" Ya. Aku Devani Jackson kini berada di hadapan mu, nyonya Xander Junior" ucap nya terdengar manis tapi justru itu malah membuat rasa mual ku kembali datang.
Sialan..!!
"Aku tau kau sangat marah padaku. Aku juga tau jika kau sangat membenci ku. Flo, kau boleh memaki ku sesuka mu. Tapi sebelum itu , tolong dengarkan aku....."
"Tidak.. aku menolak... sebaik nya kau pergi selagi aku masih berbicara dengan baik -baik"
Namun wanita yang paling ku benci itu tak bergeming.
"Tolong Flo. Dengar kan aku dulu. Setelah itu jika kau pikir penjelasan dari aku meragukan , kau boleh mengusir ku "
Dan dia mulai bercerita panjang lebar tentang semua nya. Ya semua hal yang membuat kekacauan di hidup Jake yang melibatkan aku dan orang-orang sekitar Jake.
Meski enggan menatap wajah wanita ini, entah mengapa aku merasa perlu mendengarkan nya dengan seksama. Aku melihat ke dalam bola mata nya mencoba mencari-cari celah kebohongam dari sana. Tapi sepertinya hal itu sungguh sia-sia. Devani tidak berbohong. Dia jujur. Astaga.... Sulit di percaya .
Ya Tuhan apakah aku harus mempercayainya?
"Flora. Adalah hak mu jika kau tidak percaya aku. Tapi setidaknya percayalah pada Jake. Dia sama sekali tidak pernah mengkhianati cinta nya pada mu. Dia telah mencintai mu sejak dulu sekali . Dan hingga sekarang cinta Jake untuk mu tidak pernah berkurang setetes pun. "
Tes
Tes
Menangis. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Aku tidak bisa berkata-kata apapun saat ini. Ohh mengapa aku menjadi selemah ini.
Aku mencintai Jake . Yaa rasa cinta ini telah tumbuh begitu besar . Sangat besar hingga aku yang merasa kan nya tidak benar-benar tahu seberapa besar ukuran nya rasa cinta itu hingga mampu menghalau rasa benci yang sempat menguasai diri ku saat aku terpuruk di jurang putus asa saat aku dengan bodoh nya telah menyetujui perpisahan resmi yang tercantum pada surat cerai itu. Ya aku sudah menanda tangani surat cerai itu. Itu berarti aku sudah menyetujui untuk berpisah dengan lelaki yang pernah mengikat ku dalam suatu ikatan yang di sebut sebagai pernikahan.
"Flora. Kembali lah pada Jake. Dia sangat memerlukan kehadiran mu" ucap Devani menyakinkan aku.
Tapi kemudian sesuatu terbersit dalam pikiran ku.
Jika Jake ingin memperjuangkan cinta nya padaku, kenapa bukan dirinya sendiri yang datang menemui ku?
Mengapa harus devani?
Apakah sesuatu terjadi pada Jake?
Atau kah ini hanya bagian dari rencana licik mereka untuk menghancurkan ku? Lagi ? Ohh aku berpikiran negatif sekarang.
"Flora... Aku mohon kali ini saja jangan turuti ego mu. Temui lah Jake" bujuk Devani lembut.
"Tidak akan " tegas ku . kata penolakan itu meluncur begitu saja dari mulut ku.
"Flora. Kau.... "
"Kami sudah bercerai. Jadi tidak perlu lagi ada pertemuan" ucap ku memotong cepat ucapan Devani.
"Dengarkan aku baik-baik Flora. Kau dan Jake tidak pernah bercerai. Kalian masih terikat pernikahan yang sah" ucap Devani dengan nada yang cukup jelas untuk ku dengar.
Kening ku berkerut . Aku mulai tersulut emosi . Ini jelas tidak baik untuk kesehatan mental ku . Dan aku tak ingin jika perubahan emosi ku ini akan berakibat pada calon bayi dalam kandungan ku .
Baby... Yang kuat ya nak. Kita akan baik-baik saja ...
"Kau tidak tau apa-apa" ucap ku sambil membuang muka.
Ohh aku tidak tahan lagi untuk tidak melawan nya. Aku membenci wanita di hadapan ku ini.
"Jika kau pikir dengan menanda tangani surat cerai itu maka kau benar berpisah dengan Jake, ku tekan kan sekali lagi jika surat itu tidak pernah sampai ke pengadilan. Surat cerai terkutuk hasil rekayasa Reinhard Russel Black itu , telah musnah sebelum sampai di persidangan"
Aku kembali mencerna setiap kata-kata yang terlontar begitu saja dari mulut wanita ini . Dan aku terpaksa kembali menatap Devani, aku tidak lagi menemui kejanggalan atau pun kebohongan dari kata-kata nya.
Mungkin kah dia jujur ?
"Kau dan Jake memang di takdirkan untuk bersama. Jadi buang jauh-jauh ego mu itu. Temui Jake dan kalian harus kembali bahagia bersama dengan calon bayi kalian. Setidak nya lakukan lah itu demi calon anak kalian. Dia masih suci dan tidak tau apapun tentang kejam nya dunia. Dia berhak bahagia Flo..."
Ucapan Devani membingungkan ku. Aku merasa tertampar pada kenyataan yang akan ku temui. Benar ada nya jika anak adalah korban yang paling tersakiti dari perpisahan kedua orang tua nya .
Tidak , anak ku tidak boleh berada di situasi seperti itu . Cukup aku saja yang pernah merasa betapa sakit nya menjalani sisa hidup tanpa kehadiran orang tua . Walau pun keadaan nya jelas berbeda . Tapi aku sama sekali tidak ingin jika calon anak ku merasa kan penderitaan seperti aku .
"Kau tau keadaan ku ? " tanya ku sambil memegangi perut ku yang masih datar.
" Ya aku tau kau sedang hamil . Kau dan bayi itu memerlukan Jake . Dan suami mu itu sangat mengharapkan kehadiran kalian " ucap Devani sebelum pamit pergi.
Baby...
Apa yang harus mommy lakukan???
Seperti nya aku masih belum bisa datang dan menemui Jake . Diri ku masih terlalu lemah untuk itu . Aku juga mengkhawatirkan keselamatan calon bayi ku .
Aku masih tidak bisa membayangkan drama apa lagi yang akan terjadi jika aku kembali lagi pada Jake.
Tidak. Tidak untuk saat ini. Paling tidak sampai bayi ini lahir. Aku harus memastikan jika kehamilan ini dapat ku lalui dengan ketenangan maksimal. Sudah cukup bagi ku merasa kehidupan ku berulang kali terusik bagai di permainkan takdir yang tak bersahabat.
"Baby .. kita kuat yaa nak.. mommy janji kita akan kembali bertemu daddy setelah kamu lahir dengan selamat ke dunia ini..."
Ya . Aku sudah memutus kan untuk mengusaha kan keadaan yang nyaman selama masa kehamilan ini . Aku harus menemukan tempat yang aman, tenang, dan sejuk .
Apakah ada tempat demikian ?
Dalam hati ku kecil ku sesungguh nya menyimpan suatu harapan jika nanti Jake yang datang dengan sendiri nya untuk mencari keberadaan aku dan anak ini .
" Jake ... di mana kamu...? "