Chereads / Jake and Flora / Chapter 44 - Mother in Law

Chapter 44 - Mother in Law

FLORA POV

Aku sangat terkejut saat mendapati Jake telah bangkit dari tempat tidur di ruang perawatannya.

Aku semakin cemas saat dia melepas ventilator yang di pakaikan padanya.

"Jake kenapa kau melepaskan nya? Kau masih memerlukan nya sayang " gerutu ku dalam hati.

Akhirnya Jake berhasil membuat ku luluh dan mau menemani nya ke taman rumah sakit yang berdekatan dengan kamar inap nya.

"Princess.. Kau terlihat pucat dan lebih kurus. Apa kau sakit? "

Dengan cepat aku menggeleng sambil tersenyum..

"Flo baik-baik saja" kilah ku.

Aku berbohong , karena nyata nya aku memang merasa kurang sehat. Yaa aku sering sakit kepala, cepat lelah dan bawaan nya ingin bermalas-malasan saja di tempat tidur.

Apakah ini epek patah hati? Entah lah. Mengenai sakit kepala ini bukan kah aku sudah sering mengalami nya apalagi saat aku mengalami kecelakaan dan sempat amnesia . Yaa aku rasa ini sakit kepala biasa.

Kami pun mulai bercerita tentang hal-hal ringan terkadang ku lihat jika Jake memegangi dadanya saat dia tertawa.

"Jake.. Kau kenapa? " tanya ku khawatir.

Dia tidak menjawab. Dia hanya memejamkan mata sejenak dan mencoba bernapas senormal mungkin. Aku tau jika dia sedang tidak baik. Seketika kecemasan semakin menguasai ku.

"Jake.. "

Dia hampir saja terjatuh dari bangku taman ini jika saja aku tak menahannya .

"Jake.. " panggil ku lagi dan dia tak memberikan respon apapun.

Aku langsung berteriak minta tolong dan beruntung di sana ada Kondrad serta dua bodyguard lain yang berjaga.

Jake langsung di bawa ke ruang perawatan nya. Tak lama dokter dan suster yang menangani nya datang.

Kini aku menunggu di luar ruangan nya dan kembali di buat sangat khawatir dengan kondisi Jake.

"Jake.. Maapkan Flo . Semua ini salah Flo. Harusnya Flo yang tertembak. Bukan kau suami ku.. Hiks.. Hikss"

Setelah beberapa saat, Dokter yang menangani Jake keluar bersama dua orang suster.

"Dokter.. Bagaimana keadaan suami ku? " tanya ku penuh rasa penasaran.

"Mr.Xander Junior akan sadar beberapa saat lagi"

Ucapan Dokter itu sungguh membuat perasaan lega.

"Syukurlah" kata ku.

"Nyonya bisa saya bicara dengan anda di ruangan saya" ucap dokter George.

"Ya tentu saja" ucap ku mengikuti Langkah dokter yang menangani suamiku itu masuk ke dalam ruangan nya yang tak jauh dari kamar inap Jake.

"Dokter.. Sebenarnya bagaimana keadaan suami saya? "

"Kondisi suami anda menunjukkan ke arah yang lebih baik.. "

Sejenak aku merasa lega. Tapi jika sudah lebih baik mengapa Jake tadi pingsan?

"Tapi.. Suami anda tidak boleh melepaskan ventilator nya. Sementara masa penyembuhan nya ventilator itu sangat membantu fungsi kerja paru-paru nya yang hampir kehilangan daya karena peluru yang sempat bersarang di dada kanannya".

Sejenak aku merasa sangat menyesal membiarkan Jake melepas ventilator itu. Andai saja aku lebih keras kepadanya pasti dia tidak akan menderita di dalam sana.

"Apakah dia akan ketergantungan dengan ventilator itu? " tanya ku lagi.

"Tergantung penyembuhan orang

paru-paru nya. Jika bagian itu sudah bisa berfungsi secara normal maka ventilator tidak di perlukan lagi"

Penjelasan dari dokter tadi sedikit melegakan. Meskipun aku masih cemas memikirkan kesembuhan Jake.

Dokter George kemudian memperlihatkam kepada ku hasil rontgen terakhir Jake yang di ambil kemarin dan membandingkan nya dengan hasil rontgen pertama Jake yang di ambil sebelum tindakan operasi.

Tembakan di dua titik pada dada dan perut Jake membuatnya mengalami pendarahan hebat. Beruntung peluru yang bersarang di perutnya tidak mengenai bagian organ vital hingga penyembuhan nya bisa lebih cepat.

" Bisa kita lihat perbedaan nya nyonya, organ paru-paru nya sudah menunjukkan perkembangan ke arah yang positif"

Sedikit lega ku rasa.

"Tembakan di dada kanan suami anda mengenai organ paru-paru nya hingga fungsi paru-paru itu menurun dan memerlukan ventilator selama masa penyembuhan. Entah berapa lama masa itu, yang jelas suami anda harus selalu menggunakan ventilator tersebut untuk tetap bisa bernapas"

Ini semua salah ku hingga lelaki yang ku cintai harus mengalami nasib yang menyedihkan dengan harus membawa ventilator itu kemana-mana.

Yaa Jake terpaksa harus ketergantungan dengan alat bantu pernapasan itu.

Setelah mendengar penjelasan yang memusingkan dari dokter George, aku segera melangkah ke ruang rawat inap Jake. Jaraknya tidak lah jauh. Bisa di katakan cukup dekat. Tapi entah mengapa bagi ku tak mudah.

Pusing. Aku mulai sempoyongan. Tapi aku tak boleh lemah seperti ini. Aku harus segera ke ruangan Jake dan menunggui nya hingga sadar kembali.

Dengan berpegangan pada dinding tembok ini aku berjalan pelan hingga ku lihat pintu ruangan Jake di rawat sedikit terbuka.

"Nyonya.. Anda tidak apa-apa? " tanya Kondrad yang entah sejak kapan ada di dekat ku.

Aku menggeleng dan setelah mencoba menguasai diriku yang melemah, aku berhasil memasuki ruangan di mana suami ku sedang terbaring.

Aku baru saja berdiri di depan pintu, dan aku sudah di kejutkan dengan pemandangan yang menyesakkan dada. Jake tengah bercengkerama dengan begitu akrab dengan seorang wanita yang sangat ku benci.

Dengan mencoba mengesampingkan rasa pusing yang sempat melemahkan ku, aku mencoba menguatkan hatiku dan menghadapi kenyataan.

Aku berjalan masuk dan berdiri di samping ranjang Jake. Di luar dugaan, Jake seperti tidak menyadari kehadiran ku.

"Ehemmm" aku mendeham cukup nyaring untuk bisa menyadarkan kedua orang ini.

Kompak mereka melihat ke arah ku secara bersamaan,Seakan baru menyadari jika ada orang lain selain mereka di ruangan ini.

"Kau pasti Flora yaa ? Haii.. Sudah lama aku ingin bertemu langsung dengan mu " ucap wanita itu yang langsung mendekati ku dan memeluk tubuh ku.

Cup

Dia mencium pipi ku. Ihh menjijikan.

Reflek aku segera mendorong nya agar menjauh dari ku. Dia terlihat kecewa karena penolakan dari ku.

"Princess apa yang kau lakukan? Kenapa kau berlaku kasar pada Dev.. "

"Cukup Jake..!!" aku segera memotong perkataan Jake.

Aku memberikan tatapan penuh kebencian pada wanita di depan ku ini.

"Kau.." jari telunjuk ku berhasil menunjuk wajah wanita itu.

"Aku..? " tanya wanita itu begitu polos.

"Ya.. Kau. Menjauh dari 'suami ku' dan jangan menampakkan wajah mu lagi di hadapan ku "

Entah keberanian dari mana hingga aku berani mengucapkan kata-kata itu dengan menekan kan kata kepemilikan pada diri Jake.

Seketika rasa pusing yang sempat ku rasa menghilang entah kemana di gantikan oleh emosi yang memuncak.

"Wow.. Lihatlah istri mu ini Jake, garang sekali rupanya" ucap wanita ini santai dengan wajah tanpa dosa.

Plakkkk

Tamparan keras berhasil ku layangkan pada wajah nya yang sedikit chubby.

Huh. Rasakan.. Jalang.

" Princess.. Apa yang lakukan. Ayo minta maap pada Dev.. "

"Tidak. Aku tidak akan minta maap pada wanita jalang ini. Tidak kah kau ingat pada perbuatan busuk nya untuk memisahkan kita? Aku tidak akan lupa !! "

Wanita di depan ku ini terkekeh dengan masih memegangi pipi nya yang memerah.

"No problem Jake. Aku mengerti jika istrimu pasti mengira aku ini Devani "

Jake yang sudah duduk di ranjang nya juga ikut nyengir dan memegangi dadanya. Seperti menahan tawa.

"Hei tertawa lah sebelum tertawa itu di larang" ucap wanita yang ku tampar tadi.

"Tidak. Tidak. Ini menyakitkan kau tau" ucap Jake yang masih menahan tawa nya.

Apakah dengan tertawa akan menimbulkan sakit di bagian luka itu Jake?

Aku semakin merasa bersalah pada suami ku.

"Sayang.. Aku mohon jangan membuat ku malu pada Devina. Cepat lah minta maap. Ledakan amarah mu salah sasaran.. "

Jlebb

Ucapan Jake sontak menyadarkan ku pada kenyataan jika Devani memiliki saudara kembar yang begitu mirip dengan nya. Dan aku lupa akan hal itu.

Mereka memang sulit di bedakan. Tapi dari jarak sedekat ini, bisa ku bandingkan jika wanita ini memiliki tinggi badan yang lebih rendah dari kembarannya.

Dia memiliki rambut pendek sebahu dan tutur katanya lebih halus dan sopan.

Seketika aku merasa sangat malu dan merasa bersalah.

Tuhan tenggelamkan saja aku ke laut..

"Princess ayo minta maap pada Devina " ucap Jake mendesak ku.

Mulanya aku ragu.

Tapi kembaran Devani bernama Devina ini malah mendekati ku dan kembali memeluk ku.

"Tidak apa. Aku sudah memaafkan mu.. " ucap nya semakin membuat aku merasa bersalah dan tak enak hati.

"Maap.. " hanya itu yang bisa ku ucapkan.

Aku sangat malu sekarang..

***

2 hari kemudian

Jake sudah kembali ke Mansion keluarga Xander . Sebenarnya dokter masih belum memberikan ijin untuk nya pulang tapi Jake berkeras untuk menjalani rawat jalan di rumah saja dengan alasan bosan suasana rumah sakit.

Alhasil dokter terpaksa mengijinkan Jake pulang dengan masih dalam perawatan rumah sakit yang menempatkan suster yang bergantian memantau kondisinya. Setiap pagi Dokter George akan datang memeriksa Jake dan hal itu sudah berlangsung seminggu yang lalu.

Kini Jake berkeras mengatakan Jika dia sudah sembuh. Dia juga melarang penempatan suster rumah sakit yang menjaganya. Dia hanya mengijinkan dokter saja yang setiap pagi datang untuk menemuinya.

"Jake.. Jangan lepaskan ventilator itu " kata ku mengingatkan nya sesaat setelah dokter George pergi dari kamar ini.

"Aku sudah sehat princess . Percayalah"

"Aku tau itu. Tapi kata dok.. "

Dengan cepat Jake membungkam mulut ku dan melumat bibir ku dengan lembut.

Ohh aku sangat merindukan hal ini. Bagaimana tidak, Morning kiss kali ini bisa di katakan yang pertama kali semenjak hubungan kami kembali membaik.

Dia melepaskan pagutan nya padaku saat kami berdua sudah sama-sama memerlukan oksigen untuk bernapas.

Tidak dengan diriku yang bebas menghirup udara secara langsung, Jake justru langsung lemas sambil berupaya memasang ventilator untuk membantu nya bernapas dengan lebih baik.

Kau masih belum sembuh sayang. Lirih ku

Dengan cepat aku membantu Jake yang kesusahan menggunakan ventilator.

"See.. Ini lah akibat jika kau bandel Jake" gerutu ku kesal karena dia yang mendadak keras kepala berani melepas alat bantu pernapasan itu.

"Maapkan aku" ucap Jake pelan.

***

Esok harinya

Aku mengajak Jake untuk makan pagi bersama di lantai dasar bersama ayah Anthony.

Mumpung Devani tidak ada di Mansion ini, hal itu segera kami manfaatkan untuk bisa makan bersama dengan ayah mertua ku itu.

Dengan menggunakan lift aku membantu Jake berjalan hingga sampai di ruang makan.

Seperti biasa ayah Anthony sudah duduk di sudut depan meja makan. Di dekatnya ada seorang wanita duduk dengan canggung. Aku mencermati penampilan wanita itu yang terlihat tak biasa.

Dia menggunakan pakaian wanita dengan riasan tipis pada wajah nya. Dia terlihat anggun dan cantik.

"Mita .." pekik ku tak percaya.

Secara tiba-tiba bodyguard setia ku itu sudah berubah wujud menjadi wanita seutuhnya meski gaya rambut nya masih seperti laki-laki .

"Tidak usah terkejut seperti itu. Kalian harus terbiasa melihat penampilan Mita seperti ini karena dia akan segera menjadi istri ku " kata ayah mertua ku dengan santai.

"Apa ..?" aku dan Jake kompak mengucapkan kata keterkejutan itu.

"Kenapa? Kalian tidak setuju? " tanya ayah Anthony.

"Bukan. Bukan seperti itu. Hanya saja apakah ini sungguh-sungguh? " tanya ku balik.

Jujur aku masih belum percaya dengan semua ini. Aku tak menyangka jika hubungan Mita dan ayah Anthony akan mencapai tingkat yang lebih serius dalam waktu singkat.

"Tentu saja. Besok kami akan menikah di catatan sipil. Dan kami sudah menyiapkan acara perayaan yang sederhana saja "

Pernyataan ayah Anthony membuat aku dan Jake saling pandang. Besok mereka akan menikah? Secepat itu?

"Hei.. Apa yang kalian pikirkan ? Cepat lah duduk dan nikmati makan pagi ini"

Saat itu adalah acara makan pagi bersama dengan Mita dalam satu meja. Di mana dia akan berganti gelar menjadi ibu mertua ku.

"Son.. Kau tidak keberatan bukan jika aku menikah lagi? " tanya ayah Anthony setelah kami selesai menyantap hidangan di meja makan.

"Terserah ayah saja" ucap Jake setuju tidak menentang keputusan ayah nya.

Ayah anthony tersenyum, dan sudah saling pandang dengan Mita. Mereka saling menatap penuh damba dan aku jadi malu sendiri menyaksikan dua orang kasmaran yang seperti baru saja mendapat pubertas kedua.

***

AUTHOR POV

Kini Jake di temani Flora mendatangi Anthony di ruang pribadinya. Ruangan itu dulu nya adalah ruang kerja Anthony tapi sekarang di jadikan studio melukis nya. Ada banyak lukisan tersimpan di sana. Bukan hanya itu di dalam sana juga sudah seperti tempat menyimpan harta karun berharga. Bagaimana tidak segala kenangan indah di masa lalu tersimpan rapih di sana.

Rencana nya Jake ingin menggali segala informasi dari Anthony tentang kejadian yang pernah terjadi di masa lalu.

"Eughhhhhh" suara desahan terdengar samar dari pintu yang tertutup.

Dengan ragu Jake semakin mendekati pintu itu untuk memastikan jika pendengaran nya tidak salah.

"Selomita.. Aku ingin sekarang"

"Tidak Ant.. "

"Ohh ayo lah sayang.. Aku sudah tidak tahan.. Tidak mungkin aku menunggu sampai besok "

Jake membatalkan niatnya untuk meraih hendel pintu. Dia menggeram kesal karena lagi-lagi niat nya untuk mendapat penjelasan dari Anthony gagal.

"Kita pergi saja dari sini " ucap Jake yang langsung menarik Flora menjauh dari pintu kayu itu.

" Kenapa? Bukan kah kita akan menemui ayah? "

"Tidak sekarang. Sebaiknya kau temani aku ke kantor"

Perkataan Jake membuat Flora menghentikan Jake semakin melangkah.

" Kenapa? " tanya Jake.

"Tidak Jake. Kau masih harus istirahat. Bukan kah urusan Kantor sudah di tangani oleh Daisy dan Kondrad. Kau hanya perlu menunggu berkas yang di bawa mereka untuk kau tanda tangani" ucap Flora serius.

Jake tersenyum melihat ekspresi yang terlihat di wajah istrinya itu.

"Kenapa kau melihat ku seperti itu? Apa yang ku ucapkan salah? " tanya Flora.

Jake menggeleng dan mengacak-acak rambut hitam Flora hingga berantakan.

"Ucapan mu seperti wanita dewasa sayang"

"Heii aku memang sudah dewasa Jake" tegas Flora kesal sambil merapihkan rambutnya.

"Bagi ku kau tetap My Little Princess Flora yang mungil dan.. Awwww sakit sayang " Jake meringis saat Flora mencubit bagian perut nya.

"Rasakan.. !! "

"Aku tidak suka kau melihat ku seperti anak kecil " tukas Flora yang tambah kesal.

Kini dia telah mengerucutkan bibir nya dan itu membuat Jake tambah gemas.

Cup

Kecupan singkat Jake kembali membuat Flora terperangah dan kembali mencubit perut Jake.

"Awwww... Sakit sayang.. " Seketika itu juga Jake langsung luruh ke lantai.

" Sayang k.kau men.cubit ba.bagian luka nya.." ucap Jake menahan kesakitan.

Flora panik dan segera berjongkok menyentuh Jake.

"Jake.. Kau.. "

"Sakit sekali sayang.. " ucap Jake sebelum mata nya terpejam sempurna.

"Jake.. Jangan bercanda"

Flora sudah menepuk-nepuk pelan wajah Jake. Namun lelaki yang kini sudah di pangkuannya tak kunjung membuka mata.

Flora semakin khawatir .

"Jake.. Bangun .. Aku mohon.. Jangan seperti ini lagi.. "

Tes

Airmata kembali membasahi wajah Flora.

"Jake.. Bangun hiks.. Hikss"

Saat penglihatan Flora menangkap keberadaan dua orang maid di dekat lift, Flora segera minta tolong mereka untuk membawa Jake ke kamar.

Flora segera menelpon dokter George untuk memeriksa keadaan Jake.

"Jake.. Maapkan Flo.. Hiks.. Hiks.."

Flora sangat menyesali perbuatan nya. Andai tangan nya tidak jahil pasti Jake akan baik-baik saja.

Akhirnya dokter George datang dan meminta Flora keluar sebentar selama dia melakukan pemeriksaan kepada Jake.

Dengan penuh kecemasan Flora berjalan mondar-mandir di depan pintu kamar.

30 menit kemudian

Pintu kamar terbuka, Dokter George keluar dengan ekspresi wajah yang sulit untuk di artikan.

"Bagaimana keadaan suami ku? " Flora langsung melayangkan pertanyaan .

"Luka di perut nya kembali terbuka dan ini tidak baik"

Ucapan dokter itu seolah menohok Flora dan membuat Flora di landa ketakutan sekaligus menyesal.

"Kita akan lihat perkembangannya malam ini. Jika dia masih belum sadarkan diri hingga esok pagi, maka Tuan Xander junior harus kembali mendapat perawatan intensif di rumah sakit"

Setelah mengatakan hal itu dokter George segera pamit pergi.

***

FLORA POV

Aku kembali masuk ke dalam kamar dan segera mendekati Jake yang masih terbaring di ranjang belum juga sadarkan diri.

"Jake.. Maapkan Flo yaa.. " ucap ku pelan.

Aku ikut berbaring di sampingnya. Masih dengan posisi miring ku cermati wajah suami ku yang begitu tenang.

"Jake.. Ku mohon Cepat lah sadar. Flo janji akan melakukan apapun yang kau mau. Selama kau tidak meminta ku untuk pergi dan menjauh dari mu, maka apapun akan ku lakukan demi memperjuangkan hubungan kita" lirih ku.

Aku semakin mendekatkan diri pada tubuh Jake. Mencari-cari kenyamanan di sana. Seketika aku merasa ada sesuatu yang menyentuh puncak kepala ku di saat aku hampir terlelap.

Reflek aku membuka mata dan mendapati Jake sudah memandang ku dengan seringaian evil andalan nya.

Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat nya. Dia terlihat sangat keren jika seperti itu. Dan aku suka.

"Jake.. Kau sudah sadar" ucapku yang langsung mencoba duduk.

Tapi Jake menahan ku agar tetap berbaring.

"Bukan kah tadi kau mengatakan akan melakukan apapun untuk ku kan? " kata Jake terdengar horor.

Aku sampai merinding melihat ekspresi nya.

"I.iya.. Ke.kenapa ??"

"Aku ingin makan " ucap nya manja.

Melihat perubahan ekspresi nya itu aku yang tadi nya agak gugup jadi terkekeh geli.

Dia sangat lucu sekarang.

"Baiklah. Aku akan membuat makanan untuk mu Tuan Xander Junior, tapi biarkan aku bangkit dulu"

Dia menggeleng. Dan aku jadi bingung.

"Aku ingin makan kau. . . Istriku " ucap nya membuat aku kesusahan menelan saliva ku sendiri.

"Ti.tidak Jake. Kau masih sakit " ucap ku menolak. Walau pun sebenarnya aku juga menginginkan Jake.

Rasanya sudah lama sekali kami tidak bercinta dengan panas membara.

Ahh kok aku jadi mesum yaa..

"Aku sudah sembuh Princess. Bahkan saat aku masih sakit pun, suami mu ini masih mampu membuat mu menjerit nikmat " ucap nya menggoda ku.

Seketika aku kembali terbayang setiap percintaan hebat kami yang sungguh nikmat.

Yaa Tuhan..

Flo Ingin bercinta dengan Jake ..

Tapi.. Tidak. Jake masih sakit. Flo tidak boleh egois.

"Sedang membayangkan nya hm" ucapan Jake sontak membuat aku merona.

"Tidak Jake. Nanti saja.. "

"Perkataan mu tidak sesuai dengan keinginan mu princess.. "

Setelah berkata seperti itu Jake langsung mencumbu ku dengan lembut. Memancing gairah ku di setiap titik sensitifku. Mulanya aku mencoba tenang agar bisa menahan diri, tapi nyatanya otak ku tak lagi bisa mengendalikan tubuh ku yang memang sudah lama mendambakam sentuhan Jake.

Dan lagi. Gairah ku berhasil tersulut. Aku membalas setiap perlakuan lembut Jake. Kami kembali bercinta dengan luapan birahi yang tak terkendali.

Sesungguhnya akhir-akhir ini aku selalu menginginkan sentuhan Jake. Tapi aku selalu menahannya karena masa penyembuhan nya Jake. Tapi sekarang tidak lagi, karena keinginan liar ku itu telah terpenuhi.

Aku pun tak mengerti mengapa aku jadi semesum ini. Tapi yang jelas aku cukup menikmati nya.

"Akhhhhhh Jake... Uhhh" aku kembali mendesah saat Jake kembali membangkitkan hasrat ku yang sempat surut karena pelepasan yang baru saja ku alami.

Entah sudah berapa kali aku di buat lemas karenanya. Gairah ku sudah Berkali-kali di buat jatuh bangun tapi suami ku ini belum juga mendapat pelepasannya.

"Aaasssshhhh.. Jake.. Aku tidak kuat.. Aaahhhhhhhhh.. Jake... "

Aku sudah meracau tak jelas dan Jake masih bergerak di bawah sana dengan kucuran keringat yang membuat nya terlihat seksi dan berkali lipat lebih tampan.

"Jake... Ahhhh.. Faster asshhhhhh... "

"Yaa sayang.."

Jake kembali memompa di bawah sana dengan lebih cepat. Setelah beberapa kali hentakan hebat akhirnya gelombang kenikmatan itu berhasil melambungkan kami ke langit ke tujuh. Sungguh begitu nikmat.

Jake luruh menimpa diriku dengan membiarkan kejantanannya masih berasa di dalam diriku. Terasa begitu penuh dan sesak. Dia telah melengkapi diriku dan kehidupan ku dengan cinta tulus nya.

"Thanks my wife.."

Cup

Di mengecup kening ku sebentar sebelum mencabut bukti gairahnya yang sudah melemah. Dia berguling di sisiku dan merengkuh tubuh telanjang ku ke dalam dekapan hangat nya.

"Jake.. "

"Yaa sayang.. "

"Kau sungguh sudah sembuh? "

"Ya tentu saja. Rencana besok aku akan kembali ke kantor"

Ucapan nya kembali membuat aku khawatir.

"Tapi Jake kau.. "

"Stttt... Aku sudah sehat percaya lah" ucapnya sambil meletakkan jari telunjuknya pada bibir ku.

"Bukan kah kata Dokter George kau masih belum sembuh dan.. Kau juga masih harus ketergantungan dengan ventilator "

Jake terkekeh kemudian kembali mengecup bibir ku sekilas.

"Aku sudah sembuh sayang. Percayalah. Buktinya tadi aku kuat kan saat kita menyatu " ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.

Yaa memang dia tadi tidak terlihat baik-baik saja tanpa ventilator yang terpasang di hidung nya.

"Tapi.. Tadi kata dokter George kau.. "

Aku menghentikan kata-kata ku saat ku lihat Jake berusaha menahan tawanya dengan memegangi dadanya.

Apa ada yang lucu??

"Aku baik-baik saja. Okay!! "

"Jake tapi aku.. "

"Aku mengerti jika kau mengkhawatirkan kondisi ku. Tapi dengan kembali ke kantor tidak akan membuat ku drop. Aku sudah bicara dengan George dan dia sudah mengijinkan aku kembali bekerja dengan catatan aku harus membawa ventilator kemana pun karena aku memang memerlukannya "

Perkataan Jake kembali membuat ku bingung. Bukan kah tadi kata dokter George suami ku ini masih perlu istirahat untuk pemulihan. Tapi sekarang?

"Jangan bilang kau bekerja sama dengan dokter George untuk mengerjaiku? "

Jake kembali terkekeh dan memegangi dadanya.

"Ya kau benar.. "

Aku langsung melotot dan melemparkan bantal ke arah Jake.

Aku sangat kesal sekarang.

"Kau.. Bisa-bisanya kau membuat lelucon yang sama sekali tidak lucu seperti itu huh"

Aku memalingkan wajah ku yang sudah memberengut.

"Sayang.. Jangan marah yaa.. "

Aku tak bergeming.

"My lovely wife.. i'm sorry please.. " ucapnya yang sudah merengkuh ku dari belakang.

"Don't touch me..!! " tolak ku.

Dia kembali terkekeh.

"Bukan kah tadi kau bilang akan melakukan apa saja untuk ku. Sekarang aku minta maap yaa.. Please.. Jangan marah "

Dia kembali membalikkan pertanyaan ku. Aku yang hampir kehabisan kata hanya bisa diam.

"Princess. . "

Aku hanya diam.

"Katakan lah sesuatu.. "

Jake bukan lah orang yang putus asa karena kediaman ku. Kini dia kembali menggoda ku.

Dia sudah mendekap erat tubuh ku dari belakang . Keadaan diriku yang sudah benar-benar polos membuat Jake dengan mudah menjelahi bagian tubuhku.

Kini kedua tangan nya yang jahil sudah meremas-remas buah dada ku.

"Isshshhhhh" aku sempat meringis dan itu membuat Jake menghentikan perbuatannya.

"Sakit Jake.. Jangan terlalu kuat meremas nya " gerutu ku seolah tak menolak jika Jake akam melakukan yang lebih dari itu.

"Maap kan aku.. " ucapnya lagi.

Kini kecupan-kecupan hangat nya sudah berhasil mendarat di leher belakang ku sebelum turun ke bagian punggung ku. Dia berhasil menemukan titik sensitifku dan semakin mengeksplor di sana.

"Shhh Jake.. "

Dia hanya diam. Kini tangan nya sudah membelai lembut perut ku menghantarkan suatu kehangatan yang sangat nyaman di dalam sana.

"Princess.. Aku ingin satu ronde lagi yaa.. " ucap nya serak.

Aku tak lagi bisa menolak saat diriku telah di belenggu hawa napsu yang meletup-letup karena berbagai rangsangan yang di berikan Jake pada tubuh ku.

Kini Jake sudah berhasil berada di atas tubuh ku.

"Jake.. Kau berat sekali.. " oceh ku.

Jake kembali terkekeh dan sedikit mengangkat beban tubuh nya dengan menumpukan kedua tangan nya di sisi tubuh ku.

Dia telah memposisikan kejantanannya yang mengeras , besar dan panjang itu pada kewanitaan ku.

5 detik

Tidak seperti biasanya Jake tidak langsung memasuki ku. Dia tertegun dan itu sungguh membuatku frustasi..

"Jake.. Please.. " pinta ku yang sudah begitu ingin merasakan dia berada di dalam sana lagi dan lagi.

"Princess kau.. Apa kau sudah mendapat masa periode mu bulan ini? " tanya Jake yang nampak kecewa.

"Tidak . Belum saat nya" ucap ku singkat.

Aku memang belum mendapat Masa periode ku bulan ini. Aku pikir karena aku sempat stress hingga aku mengalami keterlambatan. Seperti bulan sebelum nya aku sempat terlambat tapi ketika aku mendapat kan masa itu, hanya sedikit darah yang keluar. Mungkin hanya setetes. Entah lah. Setelah itu aku tidak lagi mendapatkan nya. Aku tidak pernah mengalami masa haid secepat itu dengan setetes darah saja.

"Ohh shitt " Jake mengumpat kesal dan segera bangkit dari ranjang.

Aku sempat kecewa. Bagaimana tidak padahal sedikit lagi kami akan kembali merasakan nikmat nya bercinta laksana di surga.

Dia menggeser pintu kaca dan menuju kolam renang outdoor. Dia segera menceburkan dirinya ke dalam dingin nya air kolam .

Aku sempat kebingungan melihat tingkah Jake. Ketika aku mencoba bangkit dari posisi rebahan, penglihatan ku menangkap suatu noda merah yang nyata terdapat di spray putih pada ranjang ini. Noda darah itu berasal dari kewanitaan ku.

Sejenak aku merasa sedih. Pantas saja Jake sempat menggeram dan sangat frustasi tadi. Ternyata keinginan kami harus tertunda karena masa periode ku telah tiba.

"Maaf kan aku Jake.." lirih ku.

***