AUTHOR POV
Hari ini Joy mulai bekerja di kantor pusat Kesuma Group dan langsung menduduki jabatan sebagai meneger pemasaran menggantikan pak Bagus yang telah pensiun.
Joy masih mematut dirinya pada cermin besar di kamarnya.
"Anak mama ganteng banget hari ini" kata Sarah yang sudah berada di dalam kamar Joy.
"Mama bisa saja"
Sarah mendekat ke arah anak semata wayangnya itu dan membenarkan letak dasinya agar terlihat rapih.
"Makasih mama"
Cup
Sebuah kecupan di berikan Joy pada pipi Sarah dan wanita itu terkekeh dengan tingkah anak laki-lakinya ini.
"Kamu sudah besar Joy. Rasanya baru kemarin mama melihat kamu belajar berjalan tapi lihat sekarang kau bahkan sudah sebesar ini"
Tok tok
"Joy kamu sudah.." Flora tak lagi melanjutkan kata-katanya saat melihat Sarah yang sudah berada di dalam kamar Joy.
"Eh maaf" kata Flora dengan wajah masih menunduk ke bawah dia masih saja segan jika melihat Sarah yang selalu menatap nya dengan penuh kebencian.
"Ngapain kamu di sini ? Pergi sana" usir Sarah ketus kepada Flora.
"Mama enggak boleh galak gitu sama calon mantu" kata Joy berbisik di telinga Sarah, sontak membuat wanita itu membelalakkan matanya tak percaya jika Joy menyukai Flora.
"Ini tidak bisa di biar kan" kata Sarah dalam hati.
*****************
Joy dan Flora turun dari tangga menuju ruang makan dimana sudah ada Daniel yang lebih dulu menunggu di sana sambil membaca koran. Dia menutup lembaran koran yang di baca nya saat mendengar derap langkah mendekat.
"Pagi om " sapa Flora.
"Pagi papa" sapa Joy yang memilih kursi di samping daniel.
"Joy.. Flo.. Ayoo kita mulai sarapan nya" ucap Daniel
"Emm.. Kita enggak menunggu tante Sarah om" sela Flora .
"Menunggu dia bisa membuat kita semua terlambat" hari ini adalah hari pertama Joy bekerja di Kesuma Group di mana dia akan menempati jabatan sebagai meneger pemasaran.
Mereka pun sarapan pagi dengan santai nya tanpa menghiraukan Sarah yang baru datang dari balik lift.
Sarah memilih kursi di samping Daniel yang berseberangan dengan Joy. Sarah meraih selembar roti tawar mengolesinya dengan selai nanas sambil memandang tajam ke arah Flora yang duduk di samping Joy.
"Cih aku enggak akan sudi jika Joy menyukai gadis sialan ini" gumam Sarah dalam hati.
Daniel berdiri lebih dulu dari meja makan .
"Ayo anak-anak kita berangkat" ajakan Daniel kepada Joy dan Flora tanpa menghiraukan Sarah yang bahkan belum memakan rotinya.
"Tunggu mama sebentar pa.." kata Joy mencegat langkah Daniel yang sudah selangkah meninggalkan meja makan.
"Kita tidak punya banyak waktu menunggu" dia"..kata Daniel menekankan kata "dia" dan menjauh.
Hubungan Daniel dan Sarah memang renggang dan mereka telah pisah ranjang meski tetap masih tinggal di tempat yang sama hanya untuk menjaga perasaan Joy yang baru kembali datang dari Amerika.
Joy terlihat heran melihat perubahan sikap antara kedua orang tuanya yang terlihat ada kejanggalan. Namun Joy menepis semua itu. Dia melihat ke arah Sarah yang hanya
mengacak-acak rotinya dengan pisau dan garpu.
"Mama Joy berangkat dulu" cup satu kecupan Joy berikan di pipi sarah sebelum dia berangkat pergi dan menggandeng Flora yang ikut bersama nya ke kantor karena Flora ada pertemuan dengan Joseph.
Joy membukakan pintu mobil untuk di masuki Flora pada kursi penumpang. Kemudian dia mengitari mobil itu dan membuka pintu lainnya agar dia bisa duduk di samping Flora. Namun ternyata sudah ada Mita yang lebih dulu mendudukinya.
"Sorry ... Ladies first" kata Mita membuat Joy merenggut kesal karena kursinya di rebut Mita.
Flora yang melihat hal itu hanya tertawa geli melihat ekspresi Joy.
" Para lelaki duduk di depan " kata Flora manja.
"Sampai kapan kamu berdiri di situ Joy. Cepat duduk di samping papa" seru Daniel yang langsung tancap gas saat Joy sudah ada di kursi sebelahnya.
************
Mobil yang di kemudikan Daniel berhenti pada parkiran bawah tanah khusus para petinggi Kesuma Group. Ketika mereka semua sudah turun dari sebelah kanan tempat mereka parkir mobil , ada sebuah mobil sedan hitam mengkilap mendekat dan berhenti. Pintu mobil itu terbuka dan menampilkan sosok pria tua dengan kepala yang sudah memutih namun masih terlihat gagah di usia nya yang sudah setengah abad lebih. Dia lah Joseph.
"Pagi semua.. "Sapa lelaki tua itu.
Mereka berlima kemudian
bersama-sama masuki area lobby dan memasuki lift khusus. Daniel dan Joy berhenti di lantai lima. Kini tinggal Joseph,Flora dan Mita dalam lift itu yang terbuka di lantai tujuh belas.
"Selamat pagi" sapa karyawan yang berada di lantai tersebut saat melihat kedatangan Joseph bersama Flora dan Mita.
Joseph mengajak Flora dan Mita masuk ke dalam ruangannya yang terpisah dari karyawan lain.
"Silakan masuk" ajak Joseph.
Flora dan Mita masuk dan duduk di sofa yang berada di tengah ruangan itu. Joseph menekan tombol interkom yang Langsung menghubungkannya dengan ruangan Office Boy.
"Malik. Tolong bawakan ke ruangan saya 1 kopi hitam dan 2 coklat panas" kata Joseph sebelum menutup panggilannya.
Joseph duduk di seberang Flora dan Mita.
"Apa kabar Flo ? Apa kau masih mengenaliku ? " tanya Joseph tersenyum ke arah Flora.
"Seperti yang om lihat saat ini. Flo sudah lebih baik. Tentu saja Flo masih ingat dengan om Joseph"
"Syukur lah aku tidak hilang dalam ingatan mu Flo. Kita langsung saja pada pokok bahasan" kata Joseph dengan raut wajah sangat serius dan membuat Flora agak risih.
"Sebenarnya ada apa om ? " tanya Flora penasaran.
"Begini Flo. Om juga bingung harus memulai nya dari mana. Tapi semuanya sudah terlanjur dan tidak bisa di batalkan"
"Apa maksud om ? "
"Seperti kesepakatan awal kita sebelum kamu mengalami kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya memori jangka pendek mu tepatnya dua tahun terakhir "
Joseph memberi jeda sebentar sebelum melanjutkan kata-kata nya
" Kamu sudah setuju mengenai perjodohanmu dengan Mr.xander Junior, seminggu lagi kalian akan bertunangan dan sebulan kemudian kalian akan menikah" ucapan Joseph sontak membuat Flora membelalakan matanya kaget tak percaya.
"Sungguh kah itu om ?" tanya Flora.
"Tentu saja Flo. Kalau kau tidak percaya tanyakan saja pada Mita. Dia adalah orang yang melihat secara langsung kamu setuju akan rencana perjodohan itu" .
"Yang di katakan tuan Joseph benar nona. Bukankah nona juga menyukai Tuan Jake" kata Mita meyakinkan Flora. Namun Flora hanya diam dan berpikir keras mencoba mengingat-ingat sesuatu yang di katakan Joseph namun nihil, dia tidak ingat apapun.
"Bagaimana jika Flora membatalkannya ? "
Mita dan Joseph saling pandang tak percaya jika Flora ingin menggagalkan sesuatu yang sudah di setujuinya itu. Meskipun sekarang keadaanya telah berbeda karena kecelakaan itu yang menghilangkan memori nya mengenai Jake.
Joseph tak habis akal untuk membuat Flora tetap setuju mengenai rencana yang telah di susun 10 tahun lalu. Joseph kembali menggunakan cara yang pernah di gunakan nya kemarin untuk membujuk Flora.
"Kamu telah setuju dan tidak bisa batal. Tak peduli kendala ingatanmu yang hilang atau apapun itu.
Seperti nya aku akan kembali membacakan surat wasiat yang di tulis sendiri oleh Almarhum Tuan Hendra ayahmu Flo"
Joseph pun kembali membacakan surat wasiat itu. Kemudian dia juga menceritakan keadaan perusahaan yang sedang di ambang kebangkrutan.
"Kami berharap kamu bisa bijaksana Flo. Jangan hanya memikirkan dirimu saja. Tolong pikirkan juga nasib ribuan pekerja yang menggantungkan hidupnya dan keluarga nya pada Kesuma Group"
" Bagaimana pun juga Orang tua nona sudah susah payah membangun Kesuma Group hingga sebesar ini. Jangan kecewakan mereka nona" kata Mita menimpali kata-kata Joseph.
Flora hanya bisa diam tanpa kata. Dia seperti tak punya pilihan lain.
"Aku harus bagaimana Joy ? Haruskah aku mengkhianati mu ? "Kata Flora dalam hati.
****************
FLORA POV
Aku masih tak percaya jika aku mengalami hilang ingatan karena suatu kecelakaan. Hal itu menyebabkan memori jangka pendek ku beberapa tahun hilang. Dan aku tidak bisa mengingat sama sekali. Rasanya baru kemarin aku mengenakan seragam putih abu-abu dan menjadi anak SMA. Masih kuat di ingataku saat Joy menjemputku pulang sekolah dan mengajakku jalan-jalan. Kami ke sebuah danau yang indah dan menaiki sebuah sampan kecil. Di sana Joy menyatakan perasaannya padaku. Dan kami menjadi kekasih.
Apa kekasih ??
Aku pikir antara Joy dan aku hanya akan terjebak dengan perasaan masing-masing dalam ikatan saudara sepupu. Tapi nyatanya kami berpacaran. Wajahnya ku terasa hangat saat kembali ingat moment romantis pernyataan cinta Joy.
Aku tak akan melupakan hal itu.
Sesaat aku kembali teringat dengan seorang lelaki dewasa yang sangat tampan yang pertama kali ku lihat saat aku membuka mata di rumah sakit tempo hari. Dia memelukku dengan sangat erat seolah takut aku akan lari. Seperti nya aku sangat berarti baginya hingga dia begitu senang melihat aku telah sadar koma. Namun aku sama sekali tidak bisa ingat apapun tentang dia. Hanya dia yang mungkin aku tidak ingat. Karena aku masih bisa ingat semua anggota keluarga ku dan teman sekolahku. Aku juga hampir tak mengingat Catty namun karena kegigihannya yang setiap hari selalu menemuiku dan banyak bercerita tentang masa kecil kami sedikit demi sedikit mengembalikan keping puzle yang hilang dalam memori ku meski itu terlihat samar di ingatanku.
Aku kembali di buat bingung saat om Joseph membahas tentang perjodohan ku dengan uncle nya Catty. Yang benar saja Mom and Dad menginginkan aku menikah dengan uncle Jake . Bahkan rencana itu telah ada sejak 10 tahun lalu.
Yang aku tau namanya Jake. Lelaki dewasa yang umur nya 12 tahun di atas ku. Jika usia ku sekarang 18 tahun berarti usia lelaki itu sekitar 30 tahun. Tapi jika di lihat dari fisikly uncle Jake itu terlihat seperti lebih muda dari usia sesugguhnya. Dia seperti seumuran dengan Joy namun terlihat lebih tenang pembawaanya dan tentunya lebih matang. Dia itu memiliki ketampanan yang mendekati sempurna menurut ku.
Namun aku seperti tak memiliki pilihan lain . Seolah-olah aku tersudutkan hanya pada satu pilihan yang begitu berat ku rasa. Bagaimana mungkin aku menyetujui perjodohan itu sebelum aku mengalami amnesia. Aku kembali memijat dahinya yang berkedut-kedut.
Kepala ku rasanya sangat berat dan nyeri. Mungkin ini epek dari berpikir keras semalam. Aku berusaha mencari-cari kepingan memori ku yang sempat hilang, namun bukan nya menemukan yang di inginkan malah sekarang aku merasa sakit yang teramat pada kepalaku.
Memang semenjak aku sadar dari koma aku sering mengalami sakit kepala tapi tidak pernah separah ini.
Aku bangkit dari ranjang ku dan mengambil air dari atas nakas dan meminumnya hingga tandas. Rasa sakit itu tidak lah hilang. Aku mendudukan diriku pada bangku di depan meja rias. Aku melihat pada leher ku melingkar sebuah kalung emas putih yang berkilauan dengan buah kalung bertuliskan huruf JF.
Kemudian Pandangan ku menjadi buram dan semua seolah bergoyang. Tubuhku seakan tak bisa lagi menopang tubuh lemahku. Aku terbaring pada lantai kamar ku yang di lapisi kapet bulu sekejap
bayangan-bayangan aneh mulai bermunculan sebelum semuanya menggelap dan merenggut kesadaranku.
FLORA POV END
*****************
Sekilas bayangan
"Aku memiliki sesuatu untuk mu" kata Jake sambil memperlihatkan kalung emas putih dengan buah kalung huruf JF.
Cup
Satu kecupan mampir di pipi Flora kecil. Lelaki itu kembali memandangi wajah Flora kecil, mengelus wajah mulusnya dengan Sayang dan membuat jarak antara mereka semakin dekat. Jake sama sekali tak bisa menahan hasratnya untuk tidak menyentuh Flora.
Dia memberi kecupan hangat pada permukaan bibir mungil Flora kecil.
************
AUTHOR POV
Mita yang menemukan Flora tergeletak tak sadarkan diri segera memanggil dokter Haris untuk datang dan memeriksa keadaan Flora.
"Flora tidak boleh tertekan. Tidak boleh stress. Sakit pada bagian kepala nya tidak boleh di anggap remeh karena di khawatir kan akan terjadi pendarahan di otak" penjelasan dokter Haris membuat Mita merasa bersalah karena membebani Flora dengan hal perjodohan itu. Pasti Flora merasa terbebani akan hal itu. Hingga dia stress dan tak sadarkan diri seperti saat ini.
"Besok datanglah ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut" ucap dokter Haris sebelum pamit pulang.
Mita menatap Flora yang sedang tertidur di ranjang. Dia masih cemas memikirkan keadaan nona nya.
"Seandainya nona tidak hilang ingatan akan memori bersama tuan Jake, pasti nona dengan senang hati menerima perjodohan ini"
Bagaimanapun Mita telah lama mengurus Flora dan dia mengetahui segala tentang Flora. Mita juga tau jika diam-diam Flora dan Joy berpacaran.
Berpacaran jarak jauh heh. Bagaimana mungkin bisa berhasil.
Mita berjalan ke arah meja belajar Flora. Dia membuka sebuah laci dan mengeluarkan sebuah buku yang bertuliskan " Flora Diaries" Mita tersenyum meraih buku tersebut dan meletakkannya pada permukaan meja dengan penuh harapan jika Flora melihatnya dan membaca isinya. Karena Mita tau di buku harian itu Flora menuliskan semua curahan hatinya. Termasuk Jake.
Yaa Mita tau itu. Betapa Flora sangat mengagumi sosok Jake yang menjadi pangeran dalam fantasinya. Dan hal itu berlanjut hingga Flora beranjak dewasa meskipun Flora menjalin hubungan dengan Joy namun Mita tahu jika itu hanyalah pengalihan perhatian saja. Memang Flora menyukai Joy sebagai kakak lelaki tapi untuk perasaan yang sesungguhnya Flora masih bimbang jika di hadapkan pada dua pilihan antara Jake atau Joy.
Mita kembali teringat malam ketika Flora menyetujui perjodohan nya dengan Jake. Saat itu sebelum Flora mengalami kecelakaan dan amnesia. Mita ingat betul ekspresi Flora yang lebih dominan jika dia bahagia impian nya akan menjadi kenyataan.
Flashback on
"Apa nona bahagia" tanya Mita kepada Flora saat mereka sudah berada di dalam kamar yang bernuansa serba merah muda itu.
"Ehh apa ? " tanya Flora balik
"Bukan kah pangeran dalam fantasi nona akan menjadi nyata" kata Mita memperjelas perkataanya.
Flora tersenyum bahagia. Tentu saja dia bahagia dengan perjodohan itu. Namun kemudian semburat senyum itu berubah menjadi muram saat bayangan Joy terlintas.
"Entahlah mi.. Flo bingung harus bahagia atau sedih"
"Hmm.. Saya mengerti jika nona masih memikirkan Joy. Tapi nona sudah menentukan pilihan yang terbaik untuk semuanya. Jika Daddy dan mommy nona masih ada pasti mereka sangat senang "
"Tapi bagaimana dengan Joy" lirih Flora dengan memandang ke arah jendela kaca kamarnya yang tidak tertutup gorden dan menampilkan deretan bintang di langit.
"Lupakan dia nona"
"Bagaimana mungkin bisa begitu mi..? Keadaan ini membuat ku terpaksa berkhianat pada Joy"
"Saya mengerti perasaan nona. Yang nona lakukan sudah tepat. Dan tentang Joy tidak usah di khawatir kan"
"Kamu enggak ngerti mi.. Aku .. Aku tak ingin menyakiti perasaan Joy" kata Flora bergetar dan dia tak lagi bisa membendung airmata nya sudah tumpah membasahi wajahnya.
Melihat nona nya menangis membuat Mita tak tega dan memeluk Flora dengan sayang dan mencoba menenangkan nya.
"Stttt... Non Flo, menurut saya nona berhak menentukan kebahagiaan non sendiri. Saya tau jika nona memiliki perasaan khusus terhadap tuan Jake sejak dulu" .
Yang dikatakan Mita memang benar. Berawal dari kekaguman Flora kecil akan sosok Jake remaja usia 20 an. Hingga Jake menjadi pangeran dalam fantasinya. Dan dua tahun terakhir Jake mulai melakukan pendekatan meski terkesan singkat namun begitu bermakna di rasa Flora.
"Yaa kau benar mi.. Tapi apakah mungkin perasaanku akan berbalas ?" Tanya Flora dengan polosnya.
"Tentu saja nona"
"Bahkan tuan Jake sangat menginginkanmu semenjak 10 tahun lalu," bisik mita lagi dalam hati.
"Seperti nya kau keliru mi. Uncle Jake itu pria dewasa yang menyukai wanita dewasa juga sekelas Devani Jackson. Bukankah mereka akan menikah meski batal"
Flora sempat merasa patah hati saat mengetahui kabar pernikahan Jake dengan Devani, namun kemudian tersiarlah kabar jika acara pernikahan itu batal sontak membuat Flora bingung harus senang atau sedih. Rasanya seperti di tarik ulur dan di permainkan oleh takdir.
Akhirnya Flora memutuskan untuk melupakan rasa yang tak seharusnya ada di hatinya untuk Jake. Meski sulit, Flora mencoba membiasakan untuk mengganti peran pangeran dalam fantasinya menjadi Joy. Tapi tetap tidak bisa. Jake dan Joy adalah dua pribadi yang berbeda. Mereka berdua memiliki cara tersendiri untuk terlihat memukau indah bagi Flora. Dan Flora telah menyadari satu hal jika diri Jake adalah satu-satunya yang mengisi penuh hatinya tanpa sedikitpun rela membagi ruang untuk Joy.
"Nona. Tuan Jake sangat mencintai non Flo. Nona harus percaya akan hal itu" Flora tersenyum tipis sambil memejamkan mata dan dari sudut mata nya telah kembali mengalir sebulir air bening.
"Cukup mi. Jangan membuat Flo kembali berharap dengan perjodohan ini. Flo lelah merasa kecewa karena impian yang tak terjangkau"
"Kenapa nona bicara Seperti itu ? Percayalah jika ..
"Cinta itu sangat rumit" Flora menyela kata-kata Mita .
"Dan Flo lelah jika merekayasa perasaan ini seolah Flo baik-baik saja nyatanya di sini sakit mi" kata Flora menunjuk bagian dadanya .
Flashback off
"Andai nona tidak amnesia pasti nona akan sangat bahagia akan menjadi pendamping tuan Jake" kata Mita dalam hati .