FLORA POV
Aku memasuki kamar yang sama dimana aku tertidur pulas malam tadi dimana di kamar itu tidak hanya aku seorang. Jangan berpikir sisa malam tadi di lewatkan dengan adegan percintaan panas seperti yang di kira Catty.
Aku dan uncle Jake hanya tidur.
Dan perlu di garis bawahi, kami hanya tidur . Tidak ada hal yang terjadi melewati batas normal. Aku tidur di ranjang besar seorang diri sedangkan uncle Jake tidur di sofa. Sebenarnya aku merasa tidak enak membiarkan pemilik kamar tidur di sofa, tapi mau bagaimana lagi aku tidak mungkin menolak kebaikan hati uncle Jake untuk tidur seorang diri pada ranjang besar milik nya.
"Memang nya malam tadi kalian bercinta berapa ronde" ishhh kata-kata itu lagi.
Perkataan Catty yang sebenarnya hanya bahan candaan saja, namun cukup menganggu. Di mulai dari hilang nya selera makan hingga sukses membuat ku menjadi unmood.
Perkataan Catty itu seperti nyanyian kaset kusut selalu berbalik mengganggu pikiranku hingga Aku kembali merenungkan tentang perjodohan konyol yang sudah di rencanakan sepuluh tahun lalu oleh mendiang Mommy dan Daddy ku.
Aku mulai memahami satu hal. Jika aku menyetujui tentang perjodohan itu , berarti aku juga harus ikhlas menjalaninya. Dengan merelakan jika diri dan kehidupan ku sepenuhnya adalah milik lelaki dewasa itu. karena dia akan menjadi suamiku dan pemimpin ku.
Dan yang pasti akan ada yang namanya hak dan kewajiban khusus nya untuk diriku. Aku memang belum siap dengan pernikahan yang terlalu cepat. Tapi aku harus bagaimana lagi jika dengan pernikahan itu akan membahagiakan banyak pihak, ku sadari aku tidak boleh hanya memikirkan diriku saja. Ada banyak orang dan keluarga yang berharap pada pernikahan ini.
Sesak. Itulah yang ku rasa. Rasanya sangat tidak adil jika hanya aku yang berkorban perasaan. Tapi aku harus melewatinya.
Mengenai kewajiban ku sebagai istri, aku harus bagaimana? Jujur, aku tidak tau harus seperti apa menjadi istri yang baik. Tidak ada yang bisa ku tanyai mengenai kehidupan pernikahan. Seandainya Mommy masih hidup , semua pasti tidak akan sesulit sekarang dimana aku ada tempat untuk bertanya.
Mommy.. Hiks..
Segera ku sapu air mata yang terlanjur mengalir di sudut mataku.
Aku tidak memikirkan apa saja hak yang ku dapat sebagai seorang istri nantinya. Aku hanya Fokus terhadap kewajibanku.
Memang nya malam tadi kalian bercinta berapa ronde"
Lagi dan lagi kata-kata Catty sukses membuat ku teringat dengan salah satu hal yang mungkin saja adalah bagian dari kewajibanku dan juga hak dari uncle Jake.
Apa ??
Hak nya?
Kewajiban ku?
Apa harus kami bercinta dalam situasi serba abu-abu ini . Bukannya aku ingin menghindar dari kewajiban ku, hanya saja ini terlalu cepat.
Yahh. Aku selalu teringat hal itu. Hingga aku membuat suatu kesepakatan dengan calon suami ku itu.
Flashback on
"Ya. Aku akan menikah dengan mu.. Uncle" bisa-bisa nya mulut ini bersuara tanpa di perintah.
Uncle Jake tersenyum . Sangat .. Emm.. manis .
"Tapi dengan syarat"
"Syarat ? " tanya uncle Jake bingung. Sejenak dia berpikir.
"katakan lah apa syarat yang kau inginkan " kata uncle Jake lagi.
"No kiss no sex" kata-kata itu terlontar begitu saja.
Padahal otak ku sudah berpikir keras bagaimana cara menyampaikannya dengan sebaik mungkin. Tapi mulut ku ini sangat lancang.
Lelaki di samping ku ini terkekeh. Sejenak keheningan melanda.
"Jadi ada dua syarat yang tersirat dari persyaratan mu hmm" ucap calon suami ku itu.
Aku hanya diam dan tak tau harus berkata apalagi.
"Baiklah aku akan meluluskan persyaratan mu yang ke dua " pernyataan uncle Jake sontak membuatku berani menengok ke arahnya.
"Tentang sex. Aku tidak akan memaksa mu untuk bercinta dengan ku, hanya sampai kau benar-benar siap dan meminta pada ku untuk menjalankan kewajiban mu itu"
Aku menghela napas lega mendengar penuturannya.
"Tapi aku tidak akan bisa menahan diriku untuk melakukan ini.. " dengan cepat jemari besarnya menahan leher belakangku. Dan seketika itu juga dapat ku rasakan jika sesuatu yang kenyal dan hangat itu berada di permukaan bibir ku. Melumatnya lembut. Aku hanya bisa mengerjap-ngerjapkan mataku tak percaya dengan hal tiba-tiba yang mengirimkan gelenyar aneh pada tubuhku.
Dia melepaskan ciuman panas tadi saat kami berdua sama-sama kehabisan napas. Aku hanya bisa menunduk malu dan berusaha menormalkan deguban di dadaku yang seakan bertalu-talu.
"Bibir mu sangat manis dan aku suka" perkataan nya kembali membuat wajah ku memanas dan mungkin sudah kemerahan.
Lelaki itu beranjak dari kursi kemudi dan membuka pintu mobil. Dia mengitari mobil hitam yang kami tumpangi tadi dan membukakan pintu untukku.
"Turunlah" katanya pelan sambil membimbingku.
"Masuk lah ke kamar mu dan istirahat" setelah mengatakan hal itu dia pergi menjauh dari area parkir Resort dan Cafe dengan memasuki sebuah mobil Fortuner putih yang baru saja datang.
"Kemana pergi nya dia??
Flashback off
Sejak kepergiannya dari area parkir tadi, uncle Jake sama sekali tidak memunculkan diri di hadapanku. Aku pikir dia hanya pergi sebentar namun sampai sekarang dia masih tak terlihat.
Ke mana dia?
Apakah sebegitu pentingnya urusannya di luar sana hingga dia mengabaikan aku?
Hey kenapa aku jadi memikirkan nya. Terserah dia mau pergi kemana saja.
Aku rasa aku tak berhak untuk tau.
Tapi aku calon istrinya .
Calon istri? Bahkan aku tak tau harus bersikap seperti apa jika menyandang status sebagai istrinya uncle Jake.
Tok
Tok
Tok
Dengan riang aku menuju pintu kamar. Itu pasti dia. Lelaki yang seharian ini sukses membuat ku melupakan pikiran tentang Joy dan menggantikannya dengan suatu rasa gundah gulana yang mungkin suatu kerinduan.
Apa?
Kerinduan?
Aku.. Merindukan uncle Jake?
Yang benar saja. Aku tersenyum tipis.
Krekkk
Seketika raut bahagia di wajah ku berubah kecewa, ketika tidak ku dapati sosok yang seharian ini ku rindui. Yaa aku mengakuinya jika aku merindukannya. Padahal hanya beberapa jam saja aku tak melihatnya. Tapi entah mengapa sejak dia memberikan ciuman panas pada ku di mobil siang tadi sukses membuat ku selalu memikirkan nya.
Logika ku terpatahkan oleh perasaan ku yang bergejolak saat di dekat lekaki dewasa itu.
"Nona.. Kenapa bengong seperti itu? " tanya Mita yang sudah ada di depan pintu kamar.
"Masuk lah " Mita masuk ke dalam kamar dan duduk santai di sofa merah panjang. Sofa merah yang sempat di tiduri oleh uncle tadi malam.
"Bisa kau duduk di sofa yang itu saja" pinta ku pada Mita sambil menunjuk Sofa di seberangnya.
Mita bangkit dengan ekspresi bingungnya.
Aku segera merebahkan tubuhku pada sofa panjang itu sambil tersenyum memandang langit-langit kamar. Tingkah ku begitu konyol , aku sadar itu.
***********
Kini aku sudah berada di depan cermin besar di suatu kamar hotel dimana acara pertunangan ku dan uncle Jake akan berlangsung. Beberapa menit yang lalu tante Rosita dan Catty baru saja keluar dari kamar ini setelah selesai membantu ku mengenakan gaun malam berwarna merah cerah ini. Gaun yang sangat cantik dengan make up simpel hasil karya dua wanita tadi.
"Nona.. Apakah non Flo bahagia? " tanya Mita yang masih tinggal di kamar ini bersama ku.
"Entah lah.. " jawab ku singkat.
Aku sama sekali bingung dan tak tau harus bahagia atau sebalik nya.
"Nona.. Semua orang begitu bahagia dengan pertunangan ini. Mengapa nona harus risau? Tersenyum lah nona"
Aku memaksakan senyum kecil tersungging menghias wajah.
"Mi.. Apakah Joy sudah tau tentang semua ini?
"Seharusnya dia sudah tau. Karena kabar pertunangan kalian di ekspos secara besar-besaran. Bukan hanya jadi berita nasional tapi juga sudah merambah mancanegara" aku membulatkan mata ku mendengar penuturan dari Mita.
"Benarkah? Kenapa harus di ketahui banyak orang? " aku sangat khawatir dengan tanggapan Joy jika mengetahui perihal pertunangan ini dari orang lain. Sungguh aku jadi tidak enak hati.
"Tentu saja. Bagaimana pun tuan Jake itu adalah pewaris Xander Group yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dia sangat terkenal dan apapun pemberitaan tentangnya sangat di nanti oleh publik. Apalagi semenjak pernikahan nya dengan Devani Jackson batal, dia tidak pernah lagi dekat dengan wanita manapun. Hingga sekarang dia kembali muncul dengan berita pertunangan kalian"
Aku hanya manggut-manggut mendengar cerita panjang lebar dari Mita. Namun yang menjadi Fokus perhatianku bukan lagi tentang Joy. Entah mengapa aku di buat penasaran dengan sosok Devani Jackson mantan tunangan uncle Jake. Seperti apakah wanita itu??
****************
AUTHOR POV
Sudah dua hari ini Joy tidak pulang ke rumah. Dia lebih memilih tidur di hotel. Rasa bersalah dan penyesalan mendalam Joy rasakan hingga dia tak memiliki keberanian jika harus pulang ke rumah dan bertemu dengan Flora yang begitu di rindukannya.
"Kau memang pengecut Joy" maki diri nya sendiri.
Tak henti Joy menyalahkan dirinya, bagaimana tidak dia bisa di kuasai amarah hingga tak tau jika kekasihnya terjatuh ke air dan perlu bantuan segera. Tapi dengan bodohnya dirinya meninggalkan Flora begitu saja.
"Arrrggghhhhhh" Joy mengusap wajah kasar dan mengacak rambutnya.
Setelah puas Dengan rasa bersalahnya timbullah keinginan kuat dari dalam diri Joy untuk meminta maaf kepada Flora.
"Tapi apakah dia akan memaafkan ku?? Ahh semoga saja Flora tidak mendendam pada ku " Joy berharap.
Dengan langkah gontai Joy keluar dari kamar nya dan berniat untuk pulang ke rumah dengan harapan bertemu dengan Flora.
Ketika Beberapa langkah Joy berjalan, sosok yang di rindukannya muncul dari balik pintu salah satu kamar hotel yang satu Floor dengan kamar yang di tempati Joy.
"Flora " desis Joy sangat yakin jika itu Floranya walau di lihatnya dari jarak yang tidak bisa di katakan dekat karena kamar Joy berada di ujung Floor.
Flora berjalan dengan anggun nya di iringi oleh Rosita, Catty dan Mita. Dia sangat cantik dan terlihat dewasa dengan gaun malam berwarna merah yang begitu kontras dengan kulit Flora yang kuning langsat cerah.
Seakan belum memiliki keberanian untuk memanggil Flora dan meminta maaf secara langsung, Joy pun dengan melangkah pelan mengikuti ke empat perempuan di depannya berjalan hingga menghilang Di balik pintu lift.
Joy terlihat bingung saat mengetahui jika lift yang membawa ke empat perempuan itu naik ke lantai lima.
"Sedang apa mereka ? "pikir Joy heran.
Mengikuti insting nya Joy menekan pintu Lift dan memasukinya. Dia menekan angka lima .
Ting
Pintu lift terbuka. Terlihat lah khalayak ramai dan banyak wartawan yang meliput.
"Apa yang di lakukan Flora di tempat ini? Setau ku Flora tidak pernah suka berada di tempat ramai dan terlihat sangat formal seperti saat ini"
Joy berjalan pelan menerobos keramaian pada ballroom itu. Pandangannya terpaku ke arah panggung dimana Flora berada di atas sana bersama dengan lelaki pemicu kemarahan Joy.
"Baiklah hadirin sekalian. Kita akan langsung masuk ke acara inti yaitu pemasangan cincin sebagai simbol jika pertunangan ini akan segera berlanjut ke jenjang pernikahan"
Prook prokkk
Riuh tepuk tangan para tamu undangan yang memenuhi ballroom menggema.
Joy masih terpaku di tempat nya berdiri menyaksikan Jake yang menyematkan cincin ke jari manis Flora . Hal yang sama juga di lakukan Flora yang memakaikan cincin yang mirip dengan miliknya pada jemari milik Jake.
"Kenapa kau harus melakukan hal ini padaku Flo??" Gumam Joy yang masih melihat adegan di depannya dengan tatapan terluka.
****************
FLORA POV
Aku memandang jemari ku yang kini terpasang cincin yang mirip seperti yang di pakai uncle Jake. Yaa kami telah resmi bertunangan tadi malam.
Aku tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi. Aku merasa begitu bahagia sekaligus terluka di waktu yang bersamaan . Ini sungguh gila.
Aku bahagia , aku tak bisa memungkiri jika luapan perasaan ku tidak lah main-main jika berada di dekat uncle Jake.
Aku bahkan masih ingat bagaimana tangan besar nya yang hangat itu memegang jemari mungil ku dan memasang kan cincin indah ini. Rasanya luar bisa bahagia. Saat aku memasangkan cincin untuknya entah mengapa perasaanku seakan bergejolak dan yahh aku tak bisa lagi menjabarkan bagaimana indahnya rasa itu.
Namun kemudian semua itu seolah berbaur dengan luka saat aku melihat Joy berdiri di tengah kerumunan tamu undangan. Dia melihat semua nya. Dia masih melihat ke arah ku. Tatapan kami saling beradu . Joy tidak menampakkan kemarahan tapi dia menatapku dengan tatapan penuh luka dan kesedihan sebelum dia beranjak pergi dan menghilang di balik kerumunan khalayak ramai.
"Aunty Flo.. Melamunin apa sih" kata Catty yang membuyarkan lamunanku.
"Sejak kapan kamu di sini? "Tanya ku yang baru sadar akan keberadaan Catty .
"Sejak tadi lah aunty.. "
"Ehh sejak kapan kamu boleh memanggil ku dengan sebutan yang menggelikan itu "
"Sejak malam tadi.. Wekkk " Catty. menjulurkan lidahnya ke arah ku.
Aku hanya mendengus kesal. Rasanya jika Catty memanggil ku dengam embel-embel "aunty" terdengar menggelikan secara kami seumuran.
"Aunty ayoo kita ke butik tante Rosita untuk fitting gaun pengantin aunty " goda Catty sambil menoel dagu ku.
Tanpa ada penolakan aku mengikuti Catty yang menarik tanganku menjauhi gazebo dekat kolam renang. Dan saat kami sudah sampai di halaman depan sebuah mobil sedan hitam memasuki pekarangan dan berhenti di sana. Seorang lelaki keluar dari mobil itu dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa sedikit pun melihat ke arah aku dan Catty.
"Joy maafkan aku "