Chereads / Jake and Flora / Chapter 16 - Confidence Heart

Chapter 16 - Confidence Heart

FLORA POV

Rasanya seperti di tarik ulur. Saat aku mulai melupakan suatu rasa yang pernah singgah di hati ini untuknya, aku kembali mendengar berita tentang batalnya pernikahan uncle Jake dan Devani. Ada perasaan lega saat mengetahui hal itu. Terdengar jahat memang. Namun itu lah yang ku rasa. Serasa harapan itu tumbuh kembali. Harapan tentang suatu impian masa kecil yang mungkin bisa di wujudkan dalam kenyataan yang indah.

"Apa harapan ? Kenapa kau berani berharap terhadap suatu hal yang tak pasti Flo ?? "Tanya sisi lain diriku.

Yaa tak semestinya aku berharap kepada uncle Jake. Pria dewasa yang mendekati kata sempurna. Seorang lelaki yang menghias fantasi ku sejak kecil. Namun kenapa harus uncle Jake ??

Kau harus tau diri flo !! Kau telah memiliki joy sebagai kekasih.

Apa kekasih ?? Bahkan aku merasa tak memiliki kekasih. Bagaimana tidak dia seperti tak nyata. Bayangkan saja aku dan Joy harus menjalani

long distance relationship tanpa ada nya pertemuan secara langsung walaupun beberapa jam saja. Bahkan saat libur semester saja dia tak mengunjungiku dengan alasan-alasan yang tak masuk akal. Perjumpaan kami terjadi via suara saja itupun jika aku yang menghubunginya.

Akhir-akhir ini dia jarang menghubungiku ataupun membalas pesan ku. Dia selalu mengatakan jika dia sibuk mengerjakan tugas atau sedang bermain dengan temannya.

" Aku punya pacar tapi seperti tak memiliki pacar. Lantas apa fungsinya semua ikatan absurd itu. Aku seolah terikat dengan komitmen yang aku bahkan tidak tau apakah dia di sana juga menjaga janji setia kami"

Drrrtttt

Smartphone ku berdering dan menampilkan nama Joy tertera pada layarnya. Aku pun menerima panggilan Joy.

" Oughhhh fuck baby "

" Aaaaaahhhhhh ... Faster ... "

Suara itu tidak jelas karena suara dentuman musik yang nyaring menyatu dengan suara aneh tersebut. Aku memilih mematikan panggilan itu dan melempar asal smartphone ku ke atas ranjang.

Sepertinya aku harus berpikir ulang lagi jika ingin terus menunggu Joy kembali dan membuktikan kesungguhannya untuk menjalin hubungan yang serius dengan ku.

Perasaan ku juga harus di tinjau ulang kembali kepada siapakah sesungguhnya hati ini berpihak. Aku tak ingin membohongi diriku sendiri jika nyatanya sekarang terasa rumit semenjak diam-diam aku telah terpengaruh kehadiran singkat seorang lelaki dewasa yang menjungkirbalikkan perasaan ku akhir-akhir ini.

********************

AUTHOR POV

Verde Valley adalah lembah hijau nan cantik yang menakjubkan terletak antara Phoenix dan Grand Canyon. Salah satu yang menarik dari Verde Valley adalah semua yang berhubungan dengan perkebunan anggur dan produksi wine dengan kualitas yang bagus.

Pagi itu seorang lelaki tua tengah duduk di teras balkon rumah sederhananya sambil menatap hijaunya perkebunan anggurnya yang sebentar lagi akan panen. Di temani segelas kopi panas dan roti tawar dia menatap ke arah perkebunan anggur nya dengan perasaan sangat puas.

"Pagi Ayah " sapa lelaki muda yang sudah berdiri di samping kursinya.

"Pagi juga Nak. Tumben kau sudah bangun sepagi ini"

"Aku rasa bangun lebih pagi bisa membuatku lebih menikmati bergulirnya waktu Ayah" kata Philip memandang lurus pada pemandangan hijau nan segar.

" Yaa kau benar. Em.. Nak. Bagaimana keadaan teman wanita mu itu" tanya Robert khawatir pada keadaan Devani yang semenjak kedatangannya di tempat ini tidak pernah keluar kamar.

" Dia baik-baik saja Ayah. Dia hanya masih belum bisa menerima kenyataan jika pernikahannya batal" jawab Philip santai berbeda sekali dengan ekspresi yang di tampilkan Robert yang khawatir .

" Aku tidak habis pikir kenapa kau bisa nekat menculik pengantin sahabat mu itu Nak"

"Hal ini lah yang di inginkan Jake ayah" ucap Philip dengan senyum di wajahnya dan Robert semakin bingung.

"Bagaimana mungkin bisa begitu Nak "

"Yang ku lakukan sudah benar. Ayah tak perlu khawatir. Semua akan baik-baik saja"

Philip berlalu meninggalkan Robert yang masih nampak bingung.

Philip memasuki kamar Devani dengan membawa nampan berisi makanan dan segelas susu untuk dimakan wanita itu.

" kau sudah bangun " Philip meletakkan nampan yang di bawanya ke atas nakas.

Saat melihat philip di depan pintu Devani langsung membuang muka demi menatap ke arah lain. Dia sangat marah dengan kelancangan Philip yang menghancurkan impiannya.

" Aku membawakan mu makanan. Ayo makan lah. Dari semalam kau tidak makan. Aku tidak mau kau sakit Deva" Philip mendekati ranjang Devani dan duduk di sisi lain.

"Pergi" ucap Devani ketus.

Philip hanya tersenyum dan membelai wajah devani lembut.

"Aku akan pergi setelah memastikan kau memakan makanan mu"

"Aku tidak lapar" ucap Devani masih denga enggan menatap Philip.

Kriukkkk

Philip terkekeh mendengar bunyi perut Devani.

"jangan bohong Deva. Dari semalam kau belum makan. Aku tidak ingin Kau sakit. Sekarang makan ya"

"Aku tidak mau. Biar saja aku sakit. Aku ingin mati saja" ucapan Devani tersebut sungguh membuat Philip merasa bersalah. Dia menggelengkan kepalanya dan menggenggam jemari lentik Devani.

" Jangan berkata seperti itu sayang. Kau harus tetap hidup dengan sehat dan melahirkan anak kita yang ada di sini. Jangan kau lupakan jika di dalam sini bayi kita sedang bertumbuh" perkataan Philip seolah menyadarkan Devani jika kini dia tidak lagi sendiri, di dalam tubuhnya ada janin yang entah sejak kapan sudah membangkitkan sisi keibuan dari Devani yang mulai menyayangi kehidupan baru di dalam rahimnya.

"Maafkan mama nak" kata Devani dalam hati. Sebulir air mata mulai menetes. Kesadaran nya bercampur dengan rasa bersalah yang egois tidak memikirkan janin di perutnya yang perlu asupan makanan.

"Sekarang makan lah. Aku akan menyuapimu" kata Philip lembut kepada Devani yang mengangguk lemah menuruti Philip.

"Aku membenci mu Philip karena kau mengagalkan langkahku meraih impianku. Tapi aku menyukai semua perhatian dan sikap manis yang selalu kau berikan untukku. Rasa benci dan suka itu membaur hingga aku tak tau lagi harus bagaimana dalam menyikapinya.

Yang ku tau saat ini adalah benar-benar merasakan adanya kehidupan di perutku yang mulai membesar. Aku menyayangi bayi ini terlepas dari siapa Ayah biologisnya, aku tak perduli. Entah Reinhard atau Philip. Aku layaknya jalang yang membiarkan tubuhku di jamah oleh dua lelaki bajingan yang mengklaim bayi ini anak mereka. Tapi tetap saja tak pernah terbersit di benakku untuk memiliki hubungan serius dengan salah satu di antara mereka. Karena hanya Jake satu-satunya lelaki yang aku cintai dari dulu hingga sekarang. Mungkin aku terlalu terobsesi dengan keinginan memiliki cinta Jake seutuhnya hingga aku menghalalkan segala cara untuk menjeratnya. Namun semua seperti percuma" Devani memandang lurus ke depan seperti tak memiliki semangat, hanya raganya berada di sini namun jiwa nya entah berkelana kemana.

"Oke done. Sayang aku keluar dulu yaa " kata Philip setelah selesai menyuapkan makanan ke mulut Devani.

Devani bangkit dari posisi duduknya di ranjang. Devani berdiri dan berjalan ke arah jendela kamar yang terbuka. Semilir angin pagi sangat menyejukkan paru-parunya. Matanya di manjakan akan indahnya perkebunan anggur yang tumbuh subur di lembah Valley itu.

Devani kembali teringat dengan Jake. Mengingat nama itu semakin membuat nya prustasi karena mengingatkannya pada pernikahan yang gagal dan segala penolakan yang didapat selama mendekati lelaki itu.

"Kau pasti senang dengan gagalnya pernikahan itu Jake" Devani tersenyum kecut seolah berusaha menguatkan perasaanya yang hancur .

"Apakah sudah waktunya aku menyerah untuk merebut hatimu Jake ?" Devani membelai lembut perutnya.

"Maafkan Mama yang tak bisa memberimu Ayah yang pantas Nak " Devani kembali meneteskan airmatanya seolah mengakhiri ambisi nya untuk memiliki Jake .

********************

Dua tahun tahun kemudian

Hari itu adalah hari pengumuman kelulusan sekolah menengah atas secara menyeluruh se-Indonesia.

Hal itu juga berlaku terhadap sekolah Flora. Saat itu semua murid telah menerimana amplop yang berisi hasil ujian nasional. Sorak sorai atas kelulusan di tahun itu sangatlah membahagiakan.

"Aku lulus" teriak Lusiana girang.

"Aku juga lulus loh " kata Sisilya tak kalah gembiranya dengan Lusiana.

"Kami juga lulus " kata Ivan dan Juan bersamaan .

Mereka berempat saling berangkulan membentuk lingkaran dengan Flora sebagai pusatnya.

"Hey Flo bagaimana dengan mu ? Tanya Lusiana penasaran.

Flora menapilkan raut wajah yang sulit untuk di artikan. Dia masih menggenggam amplop yang masih belum terbuka.

"Ayo Flo buka. Kami yakin kamu pasti lulus juga " kata Sisilya memegang bahu Flora.

Pelan-pelan Flora membuka amplop itu seolah takut merusak isi didalamnya.

"Duh lama bener sih Flo, noh sampe ileran tu monyet nungguin lo buka itu amplop" kata Ivan menunjuk ke arah Juan.

"Sialan lo cumi" balas Juan tak terima.

" Ssssstttttttt" Lusiana dan Sisilia memberi kode untuk diam kepada dua lelaki heboh itu.

" LULUS" kata Flora pelan yang langsung mendapat pelukan dari ke empat sahabatnya.

"Kita harus merayakan hari kelulusan kita "

***************

Seperti sudah menjadi tradisi di setiap tahun nya pada hari kelulusan sekolah, semua anak yang merayakan nya dengan melakukan aksi corat coret seragam sekolah dengan vilog ataupun spidol. Dan hal itupun juga di lakukan oleh Flora and Friends. Setelah selesai dengan prosesi corat coret mereka rencana nya hendak melakukan konvoi bersama teman-teman yang lainnya ke luar kota. Sehari setelahnya mereka berencana akan berkemah di kawasan puncak tepat nya di salah satu Villa milik keluarga Lusiana.

"Boleh kan aku ikut dengan mereka Mi.. Please " rayu Flora sambil menampilakan puppy eyes nya yang membuat Mita tidak tega untuk menolak keinginan nona nya yang kini beranjak dewasa.

" Iya. Tapi ingat nona harus selalu hati-hati dan waspada"

" Siap boss. Flora janji. Tapi kali ini Flora ingin tidak ada pengawal yang mengikuti kemanapun Flo pergi" Mita mengangguk setuju.

Meski sebenarnya Kondrad dan anak buahnya selalu berjaga- jaga di sekitar Flora dengan menyamar dan terus menjaga jarak agar Flora tak curiga sedang di awasi keamanannya.

************

Malam itu baru menunjukkkan pukul 7 malam. Flora berdiri di balkon kamarnya sambil memandang langit malam yang saat itu di hiasi bintang kerlap kerlip tanpa adanya bulan yang nampaknya sedang bersembunyi.

Flora melihat ke arah balkon kamar Joy yang persis bersebelahan dengan kamarnya. Biasanya hampir setiap malam Flora dan Joy berdiri bersisian di balkon ini tentu nya sebelum Joy memutuskan untuk kuliah keluar negeri.

"Joy kamu sedang apa ? "Flora hanya menerka-nerka saja kegiatan apa yang sedang di kerjakan Joy. Mungkin saja Joy sedang sibuk dengan tugas akhirnya. Pikir Flora lagi.

Flora tak menyadari jika ada seseorang yang mendekatinya dan menyentuh bahu mungilnya.

"Non Flo sedang apa di sini ? "Tanya Mita yang sudah ada di samping Flora sedikit mengagetkan gadis itu.

"Ehh. Kamu Mii.. Flora sampai kaget"

"Anak gadis enggak boleh ngelamun. Apalagi ngelamunnya di tempat terbuka yang berangin seperti disini. Ayoo masuk. Kita makan malam dulu. Nona sudah di tunggu Tuan Joseph dan Nyonya Rosita serta Angga" kata Mita sambil membimbing Flora meninggalkan balkon itu.

***************

Setelah selesai makan malam Joseph meminta Flora ke ruang kerja Hendra almarhum Ayahnya Flora. Flora memasuki ruangan tersebut sambil di ikuti Mita dari belakang. Ternyata di ruangan tersebut sudah ada Sarah dan Daniel yang duduk bersisian.

Sarah memandang tajam kepada Flora yang baru datang. Sungguh dia sama sekali tidak menginginkan saat seperti ini terjadi. Bagaimana tidak Flora yang sudah cukup umur akan segera mengambil alih tampuk kekuasaan Kesuma Group dan itu artinya ruang gerak Sarah dalam berkuasa akan semakin terbatas. Dia tidak akan bisa lagi memakai uang perusaan dengan leluasa seperti sepuluh tahun terakhir.

" Sialan" desis Sarah pelan. Dia pun merasa tangan kanan nya di remas Daniel yang mengisyaratkan Sarah menjaga sikapnya agar tetap tenang.

" Ahh. Flora kau sudah di sini. Baiklah kita akan langsung mulai saja" kata Joseph sambil membuka lembaran file dalam map yang di pegangnya.

" Sebenarnya ada apa ini Om ? " tanya Flora tak mengerti kenapa mereka semua berkumpul di Ruang kerja Ayahnya yang lama sekali tak pernah ingin di kunjungi Flora karena hal itu akan kembali mengingat kan Flora akan suatu kenangan terpahit dalam hidupnya yaitu kehilangan.

"Begini Flora, sebenarnya Almarhum Tuan Hendra ayah kamu telah menuliskan surat wasiat satu minggu sebelum keberangkatannya bersama almarhumah Nyonya Suci ke Dubai. Harus nya surat wasiat ini saya bacakan dulu sekali tapi mengingat kamu masih terlalu kecil dan juga mengenai isinya yang mungkin akan mempengaruhi perkembangan mentalmu jadi yaa baru sekarang saya akan membacakan semua nya"

"Langsung saja bacakan Joseph. Dan ingat jika bagian ku jangan sampai terlewatkan" kata Sarah sangat yakin jika dia juga memiliki hak bagian atas kekayaan Kesuma Group mengingat dia juga adalah adik dari Hendra. Meski hanya adik angkat.

"Baiklah. Saya akan bacakan isi dari surat wasiat Almarhun Tuan Hendra. Tolong simak baik-baik" Joseph pun membuka suatu map berisi tulisan tangan Hendra yang masih utuh dan rapih.

"SAYA HENDRA KESUMA WIJAYA SELAKU PEMIMPIN KESUMA GROUP YANG BERPUSAT DI JAKARTA DAN MEMILIKI 19 ANAK PERUSAHAAN YANG TERSEBAR DI KOTA-KOTA BESAR SELURUH INDONESIA, DENGAN INI MENYATAKAN JIKA SELURUH ASET KEKAYAAN YANG SAYA MILIKI SAYA HIBAHKAN SEMUANYA KEPADA ANAK SAYA SATU-SATUNYA BERNAMA FLORA INDRIANA KESUMA.

SEMUA ASET KESUMA GROUP AKAN BERPINDAH TANGAN MENJADI MILIKNYA JIKA DIA BERSEDIA MENIKAH DENGAN JAKE OREON XANDER. JIKA DIA MENOLAK PERNIKAHAN TERSEBUT MAKA SELURUH ASET KESUMA GROUP AKAN DI DONASIKAN UNTUK PANTI ASUHAN DAN PANTI SOSIAL.

DEMIKIAN SURAT WASIAT INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA TANPA ADA UNSUR KETERPAKSAAN ATAU TEKANAN DARI MANAPUN.

HENDRA KESUMA WIJAYA

Flora termenung mendengar isi dari surat wasiat Ayah nya yang baru saja di bacakan oleh Joseph.

" Menikah dengan uncle Jake ? Sungguh kah itu ? " pikir Flora yang seakan tak percaya jika orang tuanya menginginkan dia menikah dengan Jake. Dia sangat senang karena sepertinya pangeran dalam fantasinya akan menjadi nyata.

"Apakah sudah anda baca dengan benar seluruh isinya ? "Tanya Sarah yang sedari tadi menantikan namanya di sebut dalam surat wasiat tersebut.

"Apakah anda meragukan kemampuanku ? "Joseph membalikkan pertanyaan Sarah.

Joseph tau jika Sarah mengharapkan bagiannya ada sebagai salah satu pewaris Kesuma Group namun Sayang namanya tidak di sebutkan.

"Aku curiga anda memanipulasi surat wasiat itu. Tidak mungkin Hendra melupakan bagian ku. Aku ini "adiknya" "kata Sarah menekankan kata adik pada kalimatnya.

"Apa untungnya bagiku melakukan semua itu Nyonya Sarah ? Aku hanya menyampaikan sesuatu yang sempat tertunda saja. Dan harusnya kau bersyukur karena penundaan itu kau masih bisa bersenang-senang menghamburkan uang perusahaan dan perlu kau tau jika jumlah dana yang telah kau habiskan sangatlah banyak dan melebihi angka nominal dari bagian yang kamu harapkan " kata Joseph tajam menatap Sarah yang sudah memerah karena amarahnya.

"Sialan kau tua bangka. Kau....

"Sudah Sarah" kata Daniel meremas tangan Sarah dan membawa Sarah meninggalkan ruangan tersebut.

Daniel membawa Sarah masuk ke dalam kamar mereka meski harus setengah menyeret karena Sarah terus berontak seolah tak terima dengan kenyataan dan ingin melampiaskan kekesalannya dengan memaki Joseph habis-habisan.

"Brengsek semua" teriak Sarah menggema di kamar itu.

"Sudah lah. Ikhlaskan semuanya. Kamu memang tidak pantas menerima apapun. Kau tidak memiliki ikatan darah dengan Hendra dan kamu tidak ada hak untuk mengharapa lebih" kata Daniel mencoba menenangkan Sarah. Namun kemarahan Sarah semakin memuncak.

"Diam kau. Suami macam sih kamu. Harusnya kamu bantu aku untuk menguasai semuanya. Nyatanya apa ? Sepuluh tahun ini kamu tidak melakukan apapun untuk membantu ku"

"Aku harus apa ? Memang nya apa yang bisa ku lakukan di bawah pengawasan Joseph itu ? Sudah lah Sarah masih untung kita bisa menikmati hidup tanpa keterbatasan bukankah semua sudah di jamin oleh Joseph selama kita mau mengurus Flora".

"Kau suami bodoh" maki sarah sambil mengacungkan telunjuknya ke wajah Daniel.

"Kau suami enggak punya fungsi. Kamu cuma bisa menebar benih sembarangan tapi enggak bisa di harapkan" kata Sarah pelan dengan lirih.

Daniel membulatkan matanya mendengar penuturan Sarah. Apakah Sarah sudah mengetahui jika Daniel memiliki istri simpanan di luar sana.

"Apa maksudmu ?" tanya Daniel seolah tak mengerti arah pembicaraan Sarah.

"Dasar bodoh. Kau pikir aku tidak tau jika kau bermain-main di belakang ku hah" bentak Sarah menaikkan nada suaranya.

Daniel membuang muka ke arah lain seolah takut Sarah melihat rasa bersalahnya.

"Kau selingkuh. Dan kau memiliki anak haram dari pelacur itu kan"

"Dia bukan pelacur" kata Daniel tegas namun tanpa sadar dia keceplosan seakan mengakui perselingkuhannya.

"Haha. Akhirnya kau mengakuinya" Sarah merasa sangat sakit menghadapi kenyataan jika dia harus kehilangan. Kehilangan kekuasaan yang di sombongkannya dan kehilangan suami yang sekarang bahkan tak pernah lagi menyentuhnya .

"Aku sudah menikahinya secara agama. Maaf karena menyembunyikan semua ini dari mu"

Ya Daniel telah menikahi seorang wanita bernama Corie .

" Jadi itu sebab nya kamu mau menceraikan aku ?"

Gugatan perceraian Daniel kepada Sarah pernah bergulir sebelumnya tapi kemudian mereka sepakat untuk berdamai demi menjaga perasaan Joy yang tengah fokus menuntut ilmu di Harvard.

***************

" Flora.. Bagaimana tanggapan mu mengenai isi wasiat itu" tanya Joseph.

"Entahlah Om. Rasanya Flora belum siap jika harus menikah dengan uncle Jake "

Joseph tersenyum mendengar penuturan Flora .

"Tidak apa. Kalian bisa melakukan pendekatan terlebih dahulu. Bukanlah hal yang sulit untuk kamu bisa menyukai Mr.Xander Junior, dia lelaki tampan dan penuh pesona"

Flora kembali merona jika mengingat perkataan Joseph yang memang benar. Bahkan Flora sendiri telah jatuh dalam pesona lelaki dewasa itu.

"Tapi ada hal yang perlu kau tau Flo mengenai perusahaan"

"Apa itu Om ?

"Begini Flo. Saat ini perusahaan sedang dalam masa kritis.

Sejumlah dana lenyap secara misterius. Dan sialnya hal itu luput dari pantauanku.

Ini semua karena bagian keuangan dan marketing yang di suap oleh Sarah untuk mengalihkan sejumlah dana yanng harusnya masuk kas perusahaan malah masuk kantong pribadi. Aku sempat tertipu oleh manipulasi data yang ku terima. Karena semua pelanggaran itu perusahaan terus merugi dan sudah dua bulan ini kita tidak lagi bisa menggajih karyawan kita yang berjumlah 2694 "

penjelasan panjang lebar Joseph sungguh membuat Flora kaget dan bingung. Bagaimana tidak dia harus di hadapkan pada kenyataan-kenyataan yang mencengangkan.

"Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya Om ?"

"Kesuma Group akan bangkrut" kata Joseph sedih merasa bersalah karena kelalaiannya.

"Maafkan Om yang lalai Flo"

"Lalu apakah tidak ada tindakan lain untuk menyelamatkan perusahaan ?"

"Kita bisa saja mengajukan pinjaman ke Bank. Tapi jika di acc pun nilai pinjaman hanya bisa di gunakan untuk membayar gajih separuh karyawan. Belum lagi biaya produksi dan pembangunan proyek akan terbengkalai"

" Lalu kita harus apa Om. Flo enggak mau Kesuma Group bangkrut "

"Ada satu cara. Menikahlah dengan Mr.Xander Junior, dia akan menstabilakan keadaan "

Kata Joseph bersungguh-sungguh berharap Flora menyetujui pernikahan tersebut.

Flora memejamkan mata nya. Sungguh dilema di rasakannya saat dia harus menentukan pilihan di dalam keadaan genting seperti sekarang. Tak mungkin dia egois mempertahankan Joy dan membiarkan perusahaan yang susah payah di kembangkan Daddy and Mommy nya hancur.

"Baiklah Om. Flo setuju menikah dengan uncle Jake" Joseph pun tersenyum mendengar jawaban Flora.

"Okay. Sebulan lagi kalian akan bertunangan dan sebulan kemudian pernikahan kalian akan di gelar" ucap Joseph tertawa lebar. Dia tak menyangka jika Flora akan dengan mudah di bohongi.

Sebenarnya perusahaan dalam keadaan baik-baik saja walaupun sempat mengalami pergolakan karena manipulasi data. Tapi Joseph dengan cepat mampu mengatasinya tentu nya dengan bantuan dana dari Jake pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut.

"Maafkan aku Joy. Kita harus putus" itulah kata-kata yang hanya mampu Flora ucapkan dalam hati