JASON point Of View
Aku menutup laptop ku, menyudahi pekerjaan ku hari ini. Sebenarnya ada banyak hal mengenai pekerjaan yang harus aku teliti lebih mendalam mengenai beberapa proyek besar yang sedang Xander Group rencana kan . Biasanya aku tidak suka menunda pekerjaan ku mengingat dari nilai nya yang cukup besar. Tapi untuk hari ini , hari yang sudah ku nanti kan dari dahulu, aku rela kehilangan sejumlah keuntungan itu.
Ada apa dengan hari ini ? Apakah kalian ingin tahu?
Aku telah lama mempersiapkan diri ku untuk itu.
"Sovia... Temui aku... " ucap ku ketika menekan intercom dari atas meja kerja ku.
Tak perlu waktu lama untuk ku menunggu kehadiran nya.
" Ada yang bisa saya bantu Pak? " ucap Sovia dengan masih berkata formal di hadapan ku.
Aku masih memandangi sosok nya yang berdiri di depan meja di hadapan ku. Aku tersenyum simpul ke arah nya tanpa mengeluarkan kata.
"Maaf pak. Kenapa anda memandangi saya seperti itu. Apa ada yang salah dengan pekerjaan saya?"
Aku bangkit dari posisi duduk ku dan melangkah dengan cepat untuk bisa mensejajarkan diri di hadapan Sovia yang masih memperhatikan ku.
"Pak saya... "
"Sttttt.... " Aku sengaja memotong perkataan nya dengan mengarahkan jari telunjuk ku ke arah bibir merah muda milik Sovia dan sedikit membungkuk kan tubuh ku untuk menepis sedikit jarak antara kami.
" Kau tidak perlu berbicara dengan formal seperti itu di hadapan ku jika kita sedang berdua saja. Berapa kali kau terus ku ingat kan untuk itu nona Sovia... "
Sejenak tatapan kami saling bertemu. Manik mata hitam bulat milik Sovia memiliki daya tarik tersendiri bagi ku, membuat aku ingin terus menelisik jauh ke dalam hati nya.
"Maaf Pak Jason. Ini masih jam kerja. Dan ini masih di lingkungan kantor, saya mohon jaga sikap anda " .
Seperti biasa Sovia akan bersikap kaku dan masih mempertahan kan gaya bicara nya yang formal di hadapan ku. Hal itu membuat aku makin gemas dan semakin ingin menggoda nya.
"Sovia... Ayo lah. Di sini, di ruangan ini hanya ada kau dan aku.."
Tangan kanan ku sudah meraih jemari tangan Sovia sebelah kanan dan mengecup nya .
Cup
"Aku mencintai mu Sovia..."
" Pak Jason.... Tolong Hentikan. Tidak bisa kah kau ...."
Aku kembali memotong perkataan Sovia dengan berkata, " Stttt.... Untuk hari saja. Kau dan aku akan meninggalkan kantor lebih cepat dari biasanya . Aku tidak menerima menolakan dari mu Sovia. Aku adalah pemimpin dari perusahaan ini. Dan kau sebagai karyawan yang baik harus mengikuti perkataan atasan mu "
Setelah mendengar perkataan ku, dapat ku lihat jika Sovia nampak mengkerutkan kening nya. Ekspresi kaku yang sedari tadi di pertahankan nya nya mendadak jadi berubah.
"Pak Jason. Jangan bilang kau akan mengajak ku bolos kerja? " mata hitam nya yang bulat itu nampak melotot dan itu membuat semakin gemas ingin rasanya ku rengkuh dirinya ke pelukan ku saat ini juga.
"Ya kita akan bolos kerja..." dapat ku rasa jika dia menarik tangan nya dari genggaman ku.
"Maaf pak. Ini tidak baik untuk reputasi bapak jika kita berdua bolos di jam kerja. Apa kata para pekerja yang lain. Saya tidak ingin mendengar kabar simpang siur yang tidak baik mengenai kita.."
"Sovia ... Aku tidak menerima penolakan..." ucap ku lembut namun penuh penekanan.
"Bukan kah kau yang paling mengerti akan hal itu..."
"Tapi pak ...."
Dengan cepat aku mengangkat tubuh mungil Sovia dan memanggul nya ala karung beras di pundak ku.
"Astagaaaaaaaaaa..... Jason turun kan aku... Dasar sialan.... " maki Sovia yang mendadak kehilangan sikap kaku dan perkataan formal nya seperti beberapa menit lalu.
"Hahahahahaha.... Kenapa kau membuat aku harus melakukan hal ini nona Sovia"
Dia terus berontak sambil memukuli punggung ku.
"Jason. Turun kan aku. Cepat turunkan aku. Nanti kalau ada yang lihat bagaimana? Aku tidak mau ada gosip baru lagi tentang kita "
Benar ada nya jika berita mengenai kedekatan aku dan Sovia sudah menjadi rahasia umum di kantor pusat Xander Group ini.
Cerita cinta yang manis antara Chief Executive Officer atau CEO dengan sekretaris adalah bahan gosip yang lumayan sering di pakai dalam cerita roman picisan sebuah novel bukan ? Dan cerita cinta antara aku dan Sovia adalah salah satu nya .
"Jika kau mau aku turunkan, kau harus setuju untuk pergi dengan ku saat ini juga.. "
" Tidak Jason..." Tolak Sovia lagi. Dia masih saja berontak.
" Turun kan aku Jason. Lepas kan aku !!" Teriak nya .
" Hahahah...Ya sudah . Aku turun kan kau . Berhenti berteriak seperti itu .."
"Kau ini benar-benar menyebalkan.." keluh Sovia.
"Tapi kau cinta aku . Iya kan sayang.." ucap ku penuh percaya diri.
"Huh... " Wajah manis nya masih cemberut . Kedua tangan nya nampak merapihkan kemeja nya yang kusut karena ulah ku tadi .
"Ayo ikut aku secara baik-baik " kembali ku raih jemari tangan nya untuk mengikuti ku keluar dari ruangan ku.
Kami perlu berjalan beberapa langkah hingga menemukan pintu lift yang akan mengantarkan kami ke arah lobby di lantai dasar bangunan ini.
Sambil berjalan dengan santai dan bergandengan tangan , dapat ku lihat jika wanita di samping ku ini tiada henti menengok ke kiri dan kanan ke arah kubikel-kubikel yang nampak kosong .
" Jason sebentar..." Sovia menahan tangan ku dan berhenti melangkah.
Mau tak mau aku terpaksa juga menghentikan pergerakan kaki ku ini.
" Ada apa ?" Tanya ku nona Sovia.
"Jason. Ku perhatikan semua kubikel para pekerja di lantai ini kosong semua. Padahal ini bukan jam makan siang . Ini masih jam 10 pagi dan...."
Dengan cepat ku potong lagi perkataan Sovia, aku sengaja melakukan nya untuk memancing reaksi nya.
" Mereka ku perintahkan untuk pulang lebih awal hari ini . Bukan hanya pekerja di lantai ini tapi di seluruh lantai pada gedung ini . Mereka datang hari ini hanya untuk setor kehadiran saja. Dengan kata lain aku memberikan para pekerja di kantor pusat Xander Group untuk menikmati hari ini tanpa harus bekerja dan tetap di gajih".
"Itu tidak adil Jason. Kau tidak boleh bertindak semau mu seperti itu. Bagaimana dengan kantor cabang yang lain di sejumlah negara dan ...."
" Tentu saja mereka juga akan mendapatkan perlakuan yang sama persis. Mana mungkin aku bertindak pilih kasih " lagi-lagi aku memotong perkataan Sovia.
Aku harus seperti itu , jika tidak maka dia yang akan berbicara panjang lebar lebih dari perkataan ku . Dia agak cerewet memang.
"Tuan Jason yanh terhormat . Kau masih saja suka memotong perkataan sekretaris mu ini heh...." Kali ini dia tak main-main mencubit perut ku dengan sangat sakit. Di terlihat sangat gregetan dengan sikap ku dan aku semakin suka karena nya .
" Aduh. Duh duh. Sakit Sovia. Kau bisa membunuh big boss ini jika mencubit demikian sakit" kata ku seolah tak berdaya .
" Biarkan saja . Kau bandel sih ..." Kini dia sudah melepaskan cubitan cinta itu.
" Bagaimana mungkin tangan semungil ini bisa mencubit perut ku dengan sangat sakit huh" keluh ku yang memegangi jemari tangan Sovia.
" Sialan. Kau mengejek ku hah ? " Ucap Sovia nampak kesal.
" Mana mungkin aku mengejek wanita terkasih ku ini...hahahah" Aku meletakkan tangan ku pinggang nya dan membimbing nya memasuki lift. Kali ini dia tidak melakukan pemberontakan.
"Nice Sovia..." Bisik ku di telinga.
Kini kami sudah berada di dalam lift yang hanya di peruntukkan bagi para petinggi perusahaan Xander Group.
Hening sejenak. Sovia berdiri mematung di sebelah ku . Hanya bola mata nya saja bergerak-gerak ke kiri kanan atas dan bawah seolah tak menghiraukan ku .
"Aku tahu kau sedang berusaha untuk menguasai diri mu yang sedang di liputi luapan perasaan meletup-letup karena perlakuan ku" ucap ku dengan penuh keyakinan.
Bagaimana pun aku sangat tahu tentang Sovia. Kami tumbuh besar bersama dari kecil hingga saat ini. Tak ada satu hari pun ku lewatkan tanpa berinteraksi dengan nya . Kami seperti di takdirkan untuk selalu bersama.
"Jason... Kau terlalu percaya diri. Kau tidak cukup keren hingga mampu membuat perasaan ku bergetar" kilah nya berbohong.
"Kau tidak pandai ber-acting nona Sovia. Kau selalu salah tingkah jika ku tatap secara intens seperti ini .." aku sengaja memepetkan diri ku ke arah Sovia yang terpaksa semakin menyudutkan diri nya ke sisi Lift.
"Jason apa yang kau lakukan..."
Aku mencondongkan tubuh ku ke arah nya semakin menepis jarak di antara kami. Sejenak bola mata hitam bulat sempat beradu pandang dengan bola mata ku .
"Mata mu sangat indah . Aku ingin mata ini selalu tertuju hanya pada ku ..." Tangan ku sudah meraih dagu Sovia mencoba menahan nya agar tidak menunduk tiba-tiba.
"Aku mencintai mu Sovia.." tanpa malu-malu lagi ku kecup bibir merah muda itu . Hanya sebentar. Aku memberi jeda sesaat. Dapat ku rasakan deru nafas dari wanita yang ku puja ini saling bersahutan dengan nafas ku .
"Jason. Kenapa kau mencium ku . Ingat ada cctv di sudut atas lift ini "
" Kau tau aku semakin gemas karena sikap mu itu terlalu berhati-hati . Tidak akan ada orang memperhatikan nya . Kau tentu ingat jika saat ini semua karyawan sedang free.."
"Tapi Jason..."
Aku tak membiarkan mulut itu kembali berucap mendebat perkataan ku . Kembali ku kecup bibir itu. Melumat dengan lembut dan menunggu ada balasan dari Sovia.
Seperti biasa nya Sovia selalu kaku untuk mengekspresikan keinginan nya . Aku harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan respon cepat dari Sovia.
" Kenapa kau tidak membalas kecupan ku huh...? Apakah kau sedang sariawan ? .. hahaha "
Ting
Pintu lift terbuka . Aku menarik tangan Sovia untuk segera berjalan cepat menuju pintu keluar dari lobby .
" Tunggu saja di sini . Aku akan ke parkiran dulu .."
"Sebentar Jason.." Sovia menahan tangan ku dengan kedua tangan nya membuat aku tak jadi melangkah.
"Ada apa ...? "
" Aku ikut kau ke parkiran mobil.." ucap nya pelan terlihat malu-malu.
Aku sempat tersenyum miring melihat ekspresi kaku Sovia mulai tersingkir perlahan namun pasti.
"Baik lah. Ayo kita mulai jalan.."
Kali ini Sovia yang memulai menggandeng lengan ku dengan mesra.
"Silakan masuk nona Sovia . Aku akan mengajak kau pergi ke tempat yang indah .." kata ku yang sudah membuka kan pintu mobil untuk nya .
"Terima kasih pak Jason.."
Setelah memastikan jika Sovia telah duduk dengan nyaman, aku menutup pintu mobil ku dan segera mengitari nya untuk membuka pintu di sebelah kursi pengemudi.
"Baik lah kita berangkat" setelah memasukkan kunci mobil , aku mulai menghidupkan mesin nya agar segera meluncur .
" Kau akan membawa aku ke mana Jason ? " Tanya Sovia terdengar sangat penasaran.
" Hanya makan siang.." jawab ku singkat.
" Hanya untuk makan siang? Hei ini belum waktu nya untuk itu. Lagi pula aku masih belum lapar "
"Kali ini bukan makan siang biasa. Aku akan pastikan kau akan terkesan" kata ku yakin.
"Terkesan ? Apa kau sudah menyiapkan suatu kejutan untuk ku ? Seharusnya kau tidak perlu memberitahukan aku lebih dulu seperti ini ..."
Aku kembali tersenyum sebelum berkata," Jika aku tidak meyakinkan mu untuk mengikuti ku saat ini bagaimana bisa kejutan itu bisa ku persembahkan untuk mu . Aku sangat tahu kau yang tak akan bersedia jika menurut mu itu tidak perlu "
"Ini tentang waktu Jason. Kau telah membuat kegemparan dengan meliburkan semua aktivitas di Xander Group. Kau tentu tahu berapa nominal dollar yang akan hilang karena tindakan mu . Bagaimana nanti jika Om Jake tahu tentang hal ini . Kau bisa bayang kan itu ? "
Yah . Bukan tanpa pertimbangan aku melakukan hal ini . Daddy Jake pasti akan menanyai ku dengan tegas . Dan seperti biasa mommy Flora akan selalu membela dan mengerti aku .
"Lantas mengenai para pemegang saham gabungan , mereka pasti akan langsung merespon jika tahu tentang hal ini karena akan selalu berpengaruh terhadap naik turun nya harga saham yang mereka miliki di Xander Group dan...."
" Sudah cukup nona Sovia. Aku sudah memikirkan nya jauh sebelum kau memperhitung kan beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi karena keputusan besar ku itu.."
Hening sejenak. Sovia tidak lagi membahas perkataan yang lontarkan tadi. Beberapa menit kami saling diam. Dan lama-lama aku merasa semakin mati gaya .
Akhir nya aku kembali memulai membuka percakapan lagi,
"Sovia menurut bagaimana kalau...." aku tak melanjutkan kata-kata ku saat ku lihat Sovia Sudah menutup mata nya . Dia tertidur huh.
Dia terlihat tenang saat tidur. Sangat damai dan tentu saja cantik.
Aku menghentikan mobil ini karena kami sudah sampai di tujuan. Tapi aku tidak langsung turun menuju tempat yang sudah ku siap kan itu. Aku masih ingin menunggu Sovia terbangun dari tidur nya dan kami akan turun dari mobil ini bersama-sama.
Aku terus memandangi wajah sendu Sovia tanpa henti . Tiada kata bosan untuk hal itu . Aku terlalu memuja sosok nya yang menurut ku sangat pantas untuk mendampingi ku menjalani hari-hari indah ke depan nya .
***************
Tuk tuk tuk
Pendengaran ku menangkap bunyi sesuatu di ketuk dari dekat. Aku ingin memastikan hal itu, tapi entah mengapa mata ku terasa berat untuk bisa melihat hal itu.
Tunggu dulu . Mata ku terpejam ? Aku tertidur ? Astaga !! . Bukan kah tadi aku sedang asyik menikmati menatap wajah bidadari ku .
Tuk tuk tuk
Bunyi itu terus menggema di telinga. Sayup-sayup aku mendengar suara yang memanggil nama ku .
"Jason !!! "
Itu bukan suara Sovia. Suara sovia selalu lembut terdengar meski dia tengah memaki sekali pun.
"Jason !!! ..."
Aku mengenali suara itu terdengar nyaring seperti suara Queen. Iya itu Queen Russel xander . Dia itu saudara sepupu ku . Dia anak dari Reinhard Russel Black yang merupakan kakak dari daddy Jake .
"Jason... Bisa-bisa nya kau tertidur di siang bolong ini bersama Sovia di dalam mobil ..."
Apa ? Aku benar tertidur ? Sontak mata ku yang sedari tadi begitu berat untuk terbuka , kini sudah bisa melihat dengan perlahan.
Ku lihat Sovia masih dalam mode tidur cantik nya .
Tuk tuk tuk
"Jason... Sialan.. berani nya kau tak menghirau kan aku .."
Astaga . Itu benar Queen sang super model terkenal hollywood. Sejak kapan dia berada di balik pintu mobil ku ?
Dengan cepat aku menurunkan kaca mobil ku dan langsung melihat wajah Queen yang cemberut . Dia nampak sangat kesal dengan ku .
"Sialan. Lain kali aku tak akan lagi mau membantu mu huh ..." Ucap nya sambil membenarkan letak kaca mata hitam yang bertengger di hidung nya yang mancung .
"Sttttt.... Pelan kan suara mu . Sovia masih tidur . Kau akan membangun kan nya dengan berbicara sekeras itu ". Ujar ku yang segera melepas sabuk pengaman yang ku kena kan dan dengan cepat menurunkan kaki ku ke tanah aspal . Dengan pelan ku tutup pintu mobil. Aku masih tak ingin mengganggu Soviq yang sedang menikmati mimpi indah nya.
Ku tarik Queen agar sedikit menjauh dari mobil yang ku parkir.
"Kau tahu berapa lama aku mengetuk-ngetuk kaca pintu mobil mu itu dan memanggil nama mu ? "
Queen mengucap kan perkataan nya itu sambil menampil kan ekspresi kesal nya .
"Tidak ..." Jawab ku seolah tak perduli. Mendengar jawaban ku membuat wajah Queen menjadi semakin memerah.
" Lima menit aku menunggu mu hingga kau terbangun dari tidur mu. Dan itu cukup untuk membuat kucuran keringat di wajah ku dan membuat luntur make up ku.."
Queen itu sangat cerewet jika sudah berkata-kata.
"Ya ya .. Queen Russel Xander aku minta maaf selaku sepupu laki-laki mu yang paling tampan" ucap ku dengan masih mempertahan kan rasa percaya diri.
"Kau sudah se-tua ini dan masih belum sembuh dari ganguan narsistik mu itu . Kau harus sering konsultasi dengan tante Devina. Kau harus memeriksa kan diri mu sesering mungkin .."
Yang di maksud Queen itu
dr.Devina Jackson, dia dokter spesialis kejiwaan yang merupakan saudara kembar ibu nya Devani Jackson.
"Sialan kau... Tingkat kepercayaan diri ku tidak perlu sampai di tangani dokter kejiwaan atau sejenis psikiater "
Terkadang ucapan Queen ini terdengar menyebalkan seperti tadi.
" Kau lebih sialan. Kau telah menyita waktu berharga ku untuk mengurusi tempat ini. Kau pikir mengawasi orang-orang yang bekerja menghias di sana sini seperti keinginan mu yang sempurna itu hal yang mudah ? Aku telah bekerja dari pagi buta untuk mempersiap kan semua ini dan ..."
"Iya kakak. Terima kasih . Kau memang kakak ku yang berharga ..." Aku sengaja memotong perkataan Queen dan menyebut nya 'kakak' .
Dia nampak melotot. Dia tak suka jika aku memanggil nya 'kakak' karena menurut nya dia tidak lah lebih tua untuk di panggil kakak. Padahal sudah jelas dia lebih tua sekitar 3 tahun di atas aku .
"Jason sialan... Panggil aku Queen saja bukan kakak. Sini kau ikut aku ..." Ujar nya kesal sambil menarik telinga ku . Hal itu sudah sering dia lakukan dari dulu jika dia marah karena ku sebut kakak. Dia tidak akan kesulitan untuk meraih telinga ku karena tinggi kami hamir sama . Tapi sekarang dia nampak lebih inggi dari ku karena sepatu hak tinggi 10 centi meter yang sedang di kienakan nya .
Dia tidak melepas kan tangan nya dari telinga ku, " Aduh sakit... Maaf kan aku kakak" goda ku sambil tetap mengikuti langkah nya memasuki suatu tempat mewah dengan nama Xander Pallace. Suatu hunian elite berkonsep Penthouse , di mana tempat ini adalah salah satu tempat yang berada dalam naungan Xander Group.
"Jika saja tidak ada orang yang memperhatikan kita , sudah pasti kau ku jewer sambil ku seret ke lantai teratas..." ucap Queen sambil setengah berbisik di telinga ku saat kami telah berada di pintu lobby lantai dasar bangunan megah ini.
"Selamat Datang Tuan muda ...'' sapa seorang pekerja laki-laki yang membuka kan pintu untuk aku dan juga Queen . Aku melihat name tag nya bertulis kan nama Zoe dia nampak sedikit membungkuk kan tubuh nya sebagai rasa hormat nya pada ku yang merupakan bagian dari keluarga Xander Group tempat dia bekerja saat ini. Mungkin hal itu terlihat wajar , tapi bagi ku itu sangat berlebihan . Karena aku sering merasa tidak nyaman jika memperoleh penghormatan seperti itu .
"Aku dan Jason akan naik ke lantai paling atas. Jika wanita di dalam mobil sana keluar dan nampak kebingungan , langsung kau temui dia dan arahkan dia untuk naik saja ke tempat yang sudah di persiapkan. kau mengerti ?''. ujar Queen berkata dengan sangat jelas .
"Baik Miss...'' jawab Zoe mengangguk tanda dia mngerti.
''Sekarang ayo kita masuk ke lift itu'' kata Queen yang sudah lebih dahulu melangkah dan ku ikuti dari belakang.
"Aku sudah tidak sabar untuk moment ini ...'' ucap ku tanpa sadar.
''Kau harus memberi kan aku hadiah besar karena jasa ku yang sangat besar untuk keberhasilan hari ini '' ujar Queen seperti menagih janji.
"Sesuai keinginan mu nona . Satu minggu di Maldive . Satu helicopter beserta pilot . Dan jatah makan mu tiga kali sehari selama satu minggu penuh sudah di jamin "
"Well. Kau memang adik ku yang berharga. Kau cukup royal untuk bisa membuat aku bahagia . Terima kasih Jason ..."
Cup
Satu kecupan tanda sayang berhasil mendarat di pipi Jason. Menerima perlakuan amat manis seperti itu sontak membuat Jason kesal .
"Sialan. Jijik tau gak ..." Ucap Jason yang sudah mengelap pipi nya yang sudah tercetak bekas bibir berwarna pink.
"Selain mommy Flo. Hanya Sovia yang boleh mencium ku . Kau tentu sudah tahu kan ..!! " Ucap Jason lagi penuh penekanan.
***************************************