"Malam ini biar Haura yang temenin ayah, tapi sekarang Haura mau pulang dulu ambil keperluan," ucapnya dengan lesu.
"Biar abang anter, Ra."
"Kamu baru saja sampai Han, biar Haura aku yang anter," tawar Abi.
"Maaf Bi selalu merepotkanmu."
Dengan wajah pucat serta tubuh yang lemas Haura tidak menolak sedikit pun tawaran Abimayu yang ingin mengantarnya, padahal dirinya hanya berdua dengan Abi di dalam mobil.
Di dalam mobil Haura hanya diam. Pikirannya terpaut kepada kondisi ayahnya. Ia takut sekali kalau sebelum dirinya menikah ayahnya sudah tiada. Namun, ia juga tidak bisa mempercepat pernikahannya dengan Abimayu.
Jujur saja Haura sebenarnya tidak enak dengan Abimayu. Ia sudah banyak membantu keluarga Haura. Haura berjanji akan menerima perlakuan apapun dari Abimayu sebelum maupun setelah pernikahan mereka, setidaknya dengan itu Haura bisa membalas kebaikan Abi.
Rem mendadak Abimayu menyadarkan Haura dari lamunannya. "Apa ada masalah, Pak?" tanya Haura.
