Terdengar hiruk pikuk kantin, siswa-siswi sibuk mengantri dan menyerobot untuk mendapatkan jajanan favorite merka, beda kalau Arsyilla santai kayak di pantai nunggu sohibnya yang hobby ngantri, siapa lagi kalau bukan Aneth.
"Gue perhatiin lo sering banget bolos."
"Bukan bolos Cil, tapi absen." Koreksi gadis itu sambil liat sekeliling kantin yang rame banget kayak orang mau demo.
"Apapun itu, emang lo kemana dan ada apa, gue ngerasa lo sembunyiin sesuatu dari gue dan Aneth." Arsyilla berusaha bersikap tenang dengan tebakkan sahabatnya yang kelewat peka ini.
"Semenjak gue nggak ada gebetan, serasa hampa hidup gue, mau sekolahpun nggak ada daya, kayak hp kurang batre, kelap-kelip hampir jim." Alasan yang masuk akal, untung pintar, pikir gadis itu bangga sendiri.
"Ya salah lo sendiri mutusin begitu, kenapa sekarang merana? Nggak sayang sama sekolah dan pelajaran yang ketinggalan?"
"Nggak, gue lebih sayang kalau bulanan gue di potong." Kikiknya yang buat Cecillia kesal. Alasan Arsyilla yang masuk akal membuatnya tidak bertanya lebih lanjut.
"Lo beneran nggak ikut olim?" Arsyilla menggeleng.
"Otak gue lagi gabut, males mikir." Cecillia memutar malas bola matanya. Aneth datang dengan nampan penuh seperti biasa. Mereka langsung menyantap dengan lahap terutama Arsyilla yang kalap seperti orang kesetanan. Dari semua kelebihan gadis itu hanya cara makannya yang buat ilfeel.
***
Tok... Tok... Tok....
Dhika yang sibuk dengan berkas-berkasnya menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu ruangannya. Sampai orang yang bersangkutan berdiri di depannya pria itu tidak sekalipun mendongak.
"Jika tidak ada yang ingin di katakan tolong keluar, biasakan datang dalam keadaan siap jika menghadap saya," ucapnya tanpa melihat lawan bicara. Dia tidak perduli jika yang datang guru lebih tua darinya.
Dhika mengernyitkan alis saat sebuah tangan menyodorkan kotak kecil kehadapannya, ia perlahan menaikkan pandangan. Pemilik tangan itu adalah viona guru bahasa inggris yang menggilainya, bukan pria itu tidak tau jika wanita ini menyukainya, bahkan sangat suka.
"Jelaskan?" Alisnya naik sebelah, ia menyandarkan tubuh di kursi kerjanya, melipat kedua tangannya di dada, memberi aura intimidasi yang kuat.
Sejenak Viona terpana dengan ketampanan pria yang di cintainya, ia tau Dhika mengerti akan maksudnya, dan dia juga paham jika pria itu menolaknya tapi dia tidak akan menyerah.
"Maaf jika saya lancang, say--"
"Anda sangat lancang." Potongnya.
"Saya suka sama anda, tolong pertimbangkan perasaan saya." Dhika tersenyum remeh mendengar pengakuan cinta seperti itu, bukan kali pertama ia mendapat perlakuan seperti ini. Jika ingin di hitung semua hadiah yang di berikan wanita, dia bisa membuka toko souvenir tanpa keluar modal.
Dia menunjukkan jari manisnya pada Viona yang membuat wanita itu panas dingin, sebuah cincin pernikahan melingkar disana, sudah di pastikan status pria itu tidak single lagi. Ia menatap pria itu tidak percaya.
"Dan satu hal yang harus anda tau, jika pun saya belum menikah, anda bukan selera saya, sekarang keluar." Selain menegaskan statusnya, ia juga mengingatkan posisi Viona yang tidak layak untuknya.
Airmata Viona mengalir, tanpa berkata apapun gadis itu langsung berbalik dan pergi. Dhika mengela napas jengah, menyambar ponsel yang ada di atas meja, yang ia lihat justru membuat darahnya siap meletup.
Status whatssup gadis itulah yang memicu darahnay naik keatas permukaan dan mengumpul di otaknya. Arsyilla membuat video dengan mantan gebetannya yang bernama Alex dan satu sahabatnya yang ia tau namanya Zanetha.
Anak remaja saat ini lagi menggandrungi salah satu aplikasi yang bisa membuat mereka berekpresi, entah untuk berkarya atau membuat sensasi, dan aplikasi itu juga meracuni istrinya yang masih bayi.
Ya Tuhan, gadis itu berjoget ria sambil memanyunkan bibirnya di kamera, bibir yang tempo hari di kecupnya, eh-- ralat, di lumat tepatnya.
*****
Uncle Mutu is calling....
Ponsel Arsyilla berdering saat dia sibuk membuat video di rooftop bersama Alex dan mantan gebetannya yang lain, status mereka sekarang bestie.
"Siapa uncle Mutu?" tanya Alex karena tidak ada foto profil yang terlihat.
"Oh, itu adik bokap gue." Arsyilla males ngangkat. Baru di buat perjanjian udah di langgar, emang lakik labil, gerutunya dalam hati.
"Bokap lo anak tunggal Ci." Sahut Aneth yang lagi bercermin nambahin lipt tint di bibirnya yang udah berwarna.
"Darimana lo tau?" tanya Arsyilla, dia ngerasa nggak pernah cerita silsilah keluarganya, karena emang nggak ada yang perlu di jabarin juga.
"Bokap lo sendiri yang bilang, waktu curcol ama gue dan Cecil, ya nggak Cil?" Aneth mencari pembenaran untuk menguatkan ucapannya. Cecillia mengangguk, ingat waktu itu lagi main kerumah Cia.
"Bokap gue mang suka gitu, dia sama adeknya sering ribut nggak jelas, terus mutusin persaudaraan, terus sejamnya lagi baikkan, gitu terus sampek gue tua nanti." Alex dan yang lain terbahak mendengar itu.
Arsyilla emang sesantai itu kalau ngobrolin orang, nggak peduli jika itu bokapnya sendiri yang dia nistakan.
"Terus namanya kok Mutu? Beda banget sama nama bokap lo?" tanya Aneth yang mulai penasaran.
"Nggak tau gue, itu misteri nenek sama kakek gue, gara-gara nama biasanya mereka ribut." Mereka tergelak lagi. Asli nomor itu nelpon terus, nggak peka banget, sekali nggak di angkat harusnya tau yang punya nomor nggak mau bicara.
Uncle Mutu : Angkat, atau saya kesana sekarang!
Satu pesan masuk yang berisi ancaman, nggak lama nomor tersebut nelpon lagi, padahal baru mau di balas.
Arsyilla jalan menjauh, membuat semua mata mengikutinya, penasaran sama si uncle Mutu.
"Apa?!" Ketus Arsyilla gitu angkat telpon.
"Hapus status kamu!" Tegas Dhika yang terdengar emosi. Dia mondar-mandir diruangannya, kepanasan sendiri.
"Status istri maksudnya? Yok lah, mau kali saya." Mata Arsyilla berbinar.
Dhika hampir menjerit, dia memijat kuat pangkal hidungnya.
"Status whatssup kamu." Geram pria itu.
"Yang mana?" Bingung Arsyilla.
"Yang mana apanya? Yang kamu upload, jangan idiot, Syilla."
"Yang saya upload bukan satu atau dua pak. Tapi banyak, udah titik-titik kecil semua kayak cacung kremi, full," ucapnya tenang.
'Alamat gue blok ni orang' batinnya. Padahal baru semalam dia save no suaminya itu. Di desak terus sama tu lakik.
"Semua berisi tubuh kamu yang meliuk-liuk?" Arsyilla mengerutkan alis, tua kali bahasanya, pikir gadis itu.
"Ratu ular kali ah, meliuk-liuk." Arsyilla menjauhkan ponselnya, dia tau pria itu akan berteriak, dan benar aja, untung suaranya di telan angin bukan di telan gendang telinganya yang kecil, bisa pecah dan tungkik-an kalau dia tidak menjauhkan ponselnya.
"Hallo!" Jerit Dhika karena tidak ada jawaban dari gadis nakal itu.
"Jangan teriak-teriak, saya nggak budek." Sungutnya.
"Hapus semua, Syilla. SEKARANG!!" Tekannya di kata terakhir.
"Bapak nggak tau kalau nanti hilang sendiri?" tanyanya polos.
Dari jauh teman-temannya memperhatikan raut wajah kesal Arsyilla yang bicara di telpon.
"Kayaknya uncle Cia emang ngeselin deh," ucap Aneth.
"Ho'oh, kalau nggak mana mungkin bebeb Cia sekezyel itu mukanya." Timpal Alex.
Cecillia memperhatikan dalam diam. Dia atau pun Aneth tidak pernah mendengar nama itu sebelum ini, tapi di lihat dari cara bicara sahabatnya itu, lawan bicaranya bukan orang yang spesial, mungkin benar jika itu unclenya yang sering cari ribut.
"Pokoknya saya nggak mau, cape tau ngedance kayak gitu, enak aja main hapus, belum ada yang koment penampilan saya pak, saya niat jadi selebtok." Tanpa menunggu semburan naga gila itu, Arsyilla langsung mematikan ponselnya, dia kembali bergabung dengan teman-temannya.
"Kenapa Ci?" tanya Cecillia. Mereka lihat wajah sahabatnya yang kesal setengah kesurupan.
"Gila ni uncle, masak gue di suruh hapus video yang baru gue jadikan status. Dia nggak tau apa ngedance gitu buat ketek gue ujan." sungut gadis itu yang membuat kesembilan cowok ganteng di sekolah itu terbahak-bahak, bahkan Alex udah terpingkal-pingkal.
Aneth dan Cecillia sudah kram perut karena tertawa, Arsyilla lega mereka tidak curiga, dia ikut tertawa meskipun rasanya kecut.