Chereads / Pernikahan Sementara / Chapter 15 - Membeli Perlengkapan Yang Di Butuhkan Anak Kos

Chapter 15 - Membeli Perlengkapan Yang Di Butuhkan Anak Kos

Arsyilla tertawa terbahak-bahak saat menonton komedi kesukaannya.

Gadis itu menyulap kamar mandi menjadi ruang santainya, meskipun sedikit dingin dan lembab dia tidak peduli, bathub yang besarpun di jadikannya alas tempatnya bermalas-malasan dengan bedcover tebal yang menyelimutinya.

Sesekali dirinya mengelus pipinya yang masih terasa nyeri, nasib baik di skors jadi gadis itu punya waktu untuk menghilangkan bekas tamparan.

"Guru nggak ada akhlak," gerutunya di sela tawa.

Gadis ini terlihat aneh, sebentar kesal, sebentar tertawa, sebentar diam dan sebentar menggerutu.

Jika ada yang melihat tingkahnya, sudah jamin dirinya di sangka gila.

Arsyilla sangat menikmati harinya, kapan lagi bisa berleha-leha seperti ini, semua kejadian pasti ada hikmahnya, begitulah pikiran positif Arsyilla.

Gadis cantik itu tertidur pulas setelah puas menonton, perutnya pasti sangat kenyang, itu terbukti dari banyaknya bungkusan snack dan minuman kaleng yang berserakan di lantai kamar mandi.

Dengkuran halus terdengar itu artinya dia telah tertidur pulas, getaran ponsel di sakunya pun tidak mampu mengusik nyenyaknya.

Hybernasi yang sempurna.

***

"Nggak ada Cia, sekolah ini hampa ya woy," ucap Alex kepada delapan temannya yang lain.

Akibat di tolak Arsyilla mereka jadi bersahabat, nggak ada lagi yang namanya persaingan memenangkan hati Arsyilla.

"Iya, kayak sayur tanpa garam, hambar," jawab Andi.

Jam istirahat mereka habiskan di kantin sambil cuci mata liat cewek-cewek calon kandidat gebetan baru.

"Eh, itu sohibnya Cia," ucap Revan saat melihat kedua sahabat Arsyilla masuk kekantin.

"Woy, gabung sini," teriak Alex ntah pada siapa.

"Mereka ada nama kali Lex," ucap Gabriel.

"Iya, tapi gue lupa." Alex menggaruk tengkunya yang tidak gatal.

"Neth, Cil, gabung sini," ucap Gabriel pada dua sahabat Arsyilla.

Zanetha dan Cecilia mengangguk, mereka bergabung dengan sembilan cowok most wanted sekolah, kebetulan tidak ada bangku yang tersisa.

"Bangga nggak lo berdua duduk semeja dengan kita?" Alex menaik turunkan alisnya dengan wajah songongnya.

"B aja," jawab Zanetha acuh.

"Wah, lo nggak mungkin nggak tau kan sefamous apa kita di sekolah ini? Masak iya sih nggak bangga." Alex tidak puas dengan jawaban Zanetha.

"Kok lo maksa sih?" Tanya Zanetha dengan wajah kesal.

"Lo cantik juga ya ternyata." Alex memuji  Zanetha, membuat gadis itu memutar jengah bola matanya.

"Lo patah hati dari Cia, terus beralih ngegombal gue? Nggak guna tau nggak lo," ucap Zanetha di sertai senyum remehnya.

"Suudzon aja ya lo, ntar kalau udah klepek-klepek ama gue baru tau rasa lo." Sungut Alex.

"Gue?" Tunjuk Zanetha pada dirinya sendiri yang di angguki polos oleh Alex.

"Lo itu di tolak Cia, berarti lo nggak worth it. Ogah gue, ini khusus buat lo ya." Semua yang mendengar itu tertawa kecuali Alex yang sudah mengumpati Zanetha di dalam hati.

"Mulut lo pedas ngalahin rawit kering tau nggak lo," ucap Alex.

"Bodo," jawab Zanetha, setelah itu dirinya bangkit untuk memesan makanan.

"Gimana Cia? Berapa lama dia di skors?" Tanya Randi, si ketua basket sekolah.

Parasnya seperti orang Korea.

"Nggak tau berapa hari, Cia nggak kasi tau kita." Cecilia tau jika Randi bertanya padanya.

"Gue salut banget sama Cia, tu anak punya tingkat keberanian yang tinggi, semua orang di babatnya, nggak pandang bulu euy." Suara Marcel, si ketua sepak bola.

"Emang bulu siapa yang harus di pandang Cia?" Tanya Alex polos.

"Lex lo bisa diem nggak? Bacot lo nggak guna banget." Suara Tian si ketua karate.

"Emang salah pertanyaan gue?" Alex memandang kesembilan orang yang menatapnya jengah saat ini, terutama Tian.

"Lo cocok banget sama Aneth," ucap Cecilia sedikit tersenyum manis.

"Dih, ogah gue sama si mulut rawit," ketus Alex.

"Cia nggak ada cerita apa-apa sama lo Cil?" tanya Gabriel, hati remaja itu seketika bahagia karena pemuda yang ia sukai bicara lebih padanya.

"Misalnya tentang apa?" jawab Cecilia bali dengan pertanyaan.

"Semuanya, terutama tentang dia yang nggak mau pacaran lagi." Hati Cecilia kembali mencelos.

"Sejauh ini nggak ada, dia bilang alasan yang sama kayak dia bilang ke kalian semua." Cecilia tersenyum canggung.

"Udahlah Gab, nggak usah maksa. Kita hargai aja keputusannya Cia, mungkin dia lagi lelah untuk menjalin hubungan," ucap Randi sok bijak. Padahal jika ada kesempatan lagi dia pasti kembali mengejar Arsyilla.

"Betul tu, lagian kita patah hatinya kan bareng, sakitnya nggak terlalu berasa euy," sela Alex dengan senyum sok tampannya.

Gabriel bukannya memaksa, hanya saja sedikit aneh menurutnya jika mengingat karakter Arsyilla yang tidak bisa tanpa seorang kekasih.

Awalnya dia berpikir Arsyilka akan menjalin hubungan dengan Fandi, sebab dia tau gadis yang di sukainya itu memiliki perasaan lebih pada Fandi, tapi nyatanya tidak.

Hatinya tenang setelah melihat Fandi yang tidak tulus pada Arsyilla, paling tidak Arsyilla tau tu cowok nggak layak dapatin perasaannya dia.

Zanetha datang dengan nampan berisi makanan, setelah itu dua gadis cantik itu menikmati makanannya sambil mengobrol ringang dengan para mantan gebetan Arsyilla.

Status yang abu-abu.

*****

Arsyilla terbangun setelah lima jam tertidur pulas, ia bangkit dan meregangkan tubuhnya, penampilan gadis itu sungguh kacau, dengan jepit rambut yang menempel tanpa rambut yang terjepit.

Melihat hari sudah sore, dengan segera Arsyilla membersihkan kamar mandinya, dia memuji dirinya sendiri yang bisa belanja dengan lenkap keperluan anak kos.

Arsyilla nonton youtube tutorial menjadi anak kos, dan membeli semua keperluan agar dia tidak perlu keluar kamar namun perutnya tetap kenyang.

"Cia, good job," ucapnya pada diri sendiri melalui cermin kamar mandi.

Setelah selesai dengan segala pekerjaan kamar kosnya, gadis itu langsung mandi tanpa berendam dalam bathub, dia tidak sabar ingin membuat kopi, lagipula hampir seharian di kamar mandi engap juga, pikirnya.

"Mungkin hari ini hari esok sampai nanti, berjuta memori kan terpatri dalam hati ini...." Arsyilla bernyanyi sambil membuat kopi, ia membeli csret elektrik untuk merebus air panas, mau pakai air panas dari shower, Arsyilla tidak tega atau tidak tegel meminumnya.

"Sempurna banget gue, cantik, pinter, kaya + suara merdu abis, apa nggak banyak yang ngiri sama gue," ucapnya memuji diri sendiri dengan bangga, dan sudah pasti hanya dirinya yang mendengar itu.

"Kopi minuman paling best pokoknya," ucapnya lagi setelah membuat secangkir kopi, cangkirpun dia beli sendiri sebagai perlengkapan anak kos.

Arsyilla menuju balkon dan duduk di sana, kota yang sebesar korek api menjadi pamandangan Arsyilla dari gedung penthouse yang ia tinggali.

"Berasa jadi raksasa kalau begini gue," gumamnya sambil memandang jauh kedepan.

Menggunakan pyama santai, rambutnya di gulung dengan handuk, gadis itu menikmati sorenya dengan segelas kopi ternikmat dari brand kesayangan Arsyilla.

"Huh, nikmatnya." Gadis itu merentangkan kedua tangannya dengan mata tertutup, ia merasakan angin yang berhembus menerpa wajah cantiknya.