Arsyilla tak main-main dengan ucapanyya, ia menghamburkan uang yang ada dalam kartu yang di berikan Dhika, lebih gilanya lagi ia membelanjakan kedua sahabatnya tanpa pikir panjang.
"Cia, ini udah cukup buat kita." Cecillia dan Zanetha sudah memegang tas belanjaan sangat banyak, meski Arsyilla ingin membuang uang ya tidak begini juga, pikirnya.
"Tenang Cil, ketiban rezky itu di nikmati, bukan di keluhkan." Arsyilla masih sibuk memilih parfum dari brand ternama untuk kedua sahabatnya.
"Bukan gitu Ci, ini udah berlebihan. Mall ini tu harganya mahal tau," ucap Cecillia mengingatkan.
"Terus? Yang punya duit aja santai, ngapain lo yang panas dingin," ucap Arsyilla acuh, Zanetha semangat memilih parfum, kapan lagi di traktir belanja sultan kayak begini, pikinya.
"Mbak, saya ambil semua ini ya?" Zanetha dan Cecillia saling pandang melihat keenam merk yang di pilih Arsyilla, mereka menelan ludah kasar.
Satu parfum seharga uang jajan mereka tiga bulan, fix Arsyilla jual diri, pikir mereka.
"Cia, habis ini gue mau ngomong." Kalau wajah Cecillia udah serius begini mana bisa Arsyilla menolak.
"Ok, sambil makan, cacing gue udah ngedance." Putus Arsyilla.
Setelah keluar dari toko parfum mereka pergi kesalah satu restaurant Korea di Mall tersebut, sudah pasti harganya juga tidak murah.
"Kita makan shabu-shabu di tempat lain aj Ci, harga di sini nggak masuk akal, padahal rasanya sama aja dengan all you can eat biasa." Bujuk Zanetha.
Ia mulai risih dengan tatapan pengunjung, bagaimana tidak mereka masuk masih pakai seragam sekolah, menenteng banyak belanjaan dari toko ternama, sudah pasti mereka di sangka sugar baby oleh semua orang yang menatap curiga kearah mereka sekarang.
"Lo berdua kenapa? Perut gue udah nggak tahan ni, cacing gue makin demo kalau kita cari tempat lain, lagipula apa bedanya coba? Lo berdua repot banget sih?" Kesal gadis itu.
"Lo nggak liat orang pada liatin kita? Ini Mall sosialita, kita pakai seragam dengan belanjaan begini, menurut lo apa yang mereka pikir tentang kita?" Zanetha juga mulai kesal.
Mana bisa makan dengan santai kalau di liatan begitu, pikirnya.
"Ya ampun selama kita nggak mencuri, bodo amat aja lah." Arsyilla langsung masuk kedalam restaurant Korea tersebut dengan memesan ruang VIP, ia membayar dengan kartu pemberian Dhika.
Biarkan saja gurunya itu demam tinggi sambil kejang setelah melihat tagihannya.
Berani menantang? Ayok gue jabanin, pikirnya licik.
"Ayok!" Seru Arsyilla menoleh melihat kedua sahabatnya yang masih diam membatu, ragu untuk masuk.
"Tolong lo kasi penjelasan yang masuk akal, kita buang uang ratusan juta Ci, dalam sehari. Bukan sehari, tapi beberapa jam doang." Arsyilla mengehela nafas pelan.
"Lo berdua masih mikir gue jual diri?" Mereka diam tak menjawab.
"Gue nggak bisa bilang sekarang, tapi yang jelas itu uang halal dan nggak akan membahayakan kalian berdua, sumpah gue." Arsyilla membentuk tanda sumpah dengan jarinya.
"Ok, kami percaya. Tapi apa nggak masalah ngabisin uangnya begitu banyak dalam beberapa jam, lo nggak takut?" Arsyilla menggeleng enteng sambil menghembus daging yang nikmat, lalu mengunyahnya sambil memejamkan mata.
Rasanya buat Arsyilla ingin makan lebih banyak.
"Tenang, tu orang nantangin gue. Tujuan gue emang mau buat dia miskin, sampek beli mi ayam aja nggak mampu." Arsyilla tersenyum licik.
"Buset gile bener tujuan lo, by the way dia itu siapa?" Zanetha penasaran
"Udah gue bilang untuk sekarang belum bisa cerita," ucap Arsyilla acuh.
Tidak ada obrolan lagi, ketiganya menikmati hidangan lezat yang ada di depan mereka, perut mereka sangat di manjakan.
Meskipun ketiganya anak orang kaya, tetap saja ini terlalu mewah bagi mereka.
Tapi sesuai ucapan Arsyilla, uangnya halal jadi mereka berdua tidak ragu menikmati semua pelayanan yang di berikan sahabat terbaik mereka, siapa lagi kalau bukan Arsyilla Ayunda.
"OMG, cacing gue makan mewah hari ini," ucap Zanetha sambil mengelus sayang perut ratanya.
"Iya, cacing gue bisa tidur cantik." Timpal Cecillia.
"Tapi kenapa lo nggak belanja Ci?" Cecillia baru ingat jika Arsyilla tidak belanja seperti mereka.
"Gue ogah pakai duit dia beli barang gue, bukan apa-apa, hanya nggak mau buat dia ngerasa uang dia itu wow banget di gue." Arsyilla menjelaskan agar sahabatnya tidak salah paham.
"Gue makin penasaran, kayaknya lo benci banget sama dia, lebih benci dia atau my future husband?" Arsyilla memutar bola mata malas.
"Neth, bisa nggak usah bahas tu orang? Empet gue, sesak nafas ni." Arsyilla memperagakan nafasnya yang tersendat.
"Nggak lucu Ci," ucap Zanetha malas.
"Siapapun dia, gue harap lo nggak dalam masalah Ci." Mata Cecillia menatap khawatir Arsyilla.
"Ya nggak lah, dia nggak akan bisa buat masalah atau nyakitin gue, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan itu buat gue ngumpat tiap hari, gue harus perawatan wajah biar nggak kerutan akibat emosi yang selalu meledak."
"Tiap hari?" Keduanya menatap Arsyilla curiga.
"Tiap hari kalau kami ketemu." Ralat Arsyilla dengan senyum kikuk.
"Ok, pria atau wanita." Tuntut Cecillia, tau gendernya pun jadilah, pikirnya.
"Wanita, dia masih saudara jauh gue. Dia nyebelin dan sok kaya, biar dia rasa akibatnya menantang seorang Arsyilla Ayunda."
Syukurnya kedua sahabatnya percaya.
Mereka keluar restaurant itu setelah dua jam duduk santai, hari hampir malam saat mereka akan keluar Mall sebelum berpapasan dengan Fandi dan Maya yang jalan bergandengan tangan.
"Wah Dunia kecil ternyata, nggak dapat Cia ngembat musuhnya." Zanetha menatap remeh seoramg Al-Fandi.
"Cia, gue bisa jelasin." Tanpa sadar Fandi melepas gandengannya. Maya sempat kaget tapi ia tau Fandi sedang acting saat ini.
"Emang gue minta penjelasan dari lo? Lagian kita orang asing." Bohong kalau Arsyilla tidak merasakan sakit saat melihat tangan cowok yang ia sukai tertaut dengan tangan cewek lain, musuhnya pula.
"Cabut yok." Ajak Arsyilla pada kedua sahabatnya.
"Yok lah, Mall ini juga udah nggak asik." Sindir Zanetha.
"Lepas!!" Teriak Arsyilla saat menyadari tangannya di cekal oleh Fandi, namun cowok itu tidak perduli.
Hatinya sakit melihat Arsyilla yang acuh padanya.
"Lo budek? Sahabat gue bilang lepas." Suara dingin Cecillia membuat Maya takut, ia bersembunyi di balik tubuh tinggi Fandi, sementara cowok itu masih menatap lekat Arsyilla.
"Neth, panggil security." Pinta Arsyilla.
"Ok," jawab Zanetha cepat.
Namun sebelum Zanetha melangkah seorang pria berpakaian jass serba hitam lengkap dengan earphone datang menghampiri mereka dengan sedikit berlari.
"Lepas atau saya patahkan tangan anda?" Tanyanya dengan wajah datar.
"Kau siapa? Jangan ikut campur." Suara Fandi tak kalah dingin.
Cecillia dan Zanetha terkejut mendengar itu, cowok pendiam ini menakutkan juga, pikirnya.
"Saya di bayar untuk menjaga Nona muda." Alis Arsyilla berkerut, sejak kapan dia jadi Nona muda? Ayahnya billioner namun tidak akan menghamburkan uang dengan mempekerjakan Bodyguard untuknya.
Fandi yang mendengar itu langsung melepas cekalannya dengan berat hati, wajah Arsyilla tak sehangat dulu, rasa kehilangan di hatinya menyebabkan rasa sakit.
"Nona, mari." Dengan sopan Bodyguard tersebut membawa Arsyilla pergi meninggalkan tempat tersebut.
Cecillia dan Zanetha tak lupa melirik sinis kearah Fandi dan Maya, lalu mengikuti Arsyilla dari belakang.
"Ci, kita pulang pisah aja. Gue antar Aneth." Mereka menggunakan mobil Cecillia hari ini.
"Hari udah malam, jangan pulang sendiri, rumah Aneth jauh." Arsyilla masih berpikir darimana Bodyguard ini.
"Tunggu!" Serunya sambil berhenti, ia menatap curiga Bodyguard yang juga ikut berhenti sambil menunduk hormat.
"Siapa yang nyuruh lo? Mustahil banget bokap gue." Arsyilla menuntut penjelasan.
Melihat Bodyguard itu diam, Arsyilla semakin curiga begitupun Cecillia dan Zanetha.
Bisa saja perampok yang menyamar, pikir ketiganya.
Bodyuard itu mendekat kearah Arsyilla, gadis itu reflek mundur, setelah mendengar nama yang di ucapkan Bodyguard tersebut, Arsyilla terbahak-bahak, membuat Cecillia dan Zanetha saling pandang dengan tatapan bodoh.
"Ayo masuk, orang gila itu masih mau menghamburkan uang dengan menyewa Bodyguard buat gue, selain idiot gue nggak tau sebutan yang cocok buat dia." Arsyilla masih tertawa keras.
Tanpa mengatakan apalun keduanya ikut masuk kemobil yang menjemput Arsyilla.
Arsyilla menghubungi supir pengganti untuk membawa mobil Cecillia.