Tubuh Dhika terasa pegal, semalan tidur tidak bisa bergerak karena Cia memeluknya dengan erat. Alhasil pagi ini tubuhnya kaku kayak batang kayu.
"Pak! Cepetan, nanti kita telat!" Jerit Cia dari luar. Dhika menggeram kesal, siapa yang buat telat, siapa yang teriak.
Dhika keluar dari kamar dengan wajah menggelap, dia kesal bukan main dengan gadis ini. Dia pikir bisa tidur nyenyak dan nyaman. Tapi nyatanya luar biasa jauh dari ekspektasi.
"Karena siapa telat?" Cia memutar bola matanya malas. Ya memang karena dia yang terlalu nyenyak tidur sampek sulit di banguni. Cemanalah nyaman kali meluk si Dhika.
"Ya udah sih, nggak usah di bahas. Masa iya mau ribut gara-gara tidur? Lagian, bapak yang ngajak saya tidur satu kamar kenapa kesannya kayak saya yang ngebdt? Saya itu tidurnya telat pak, walau pun mata saya terpejam. Jadi wajar lah saya telat bangun." Bohongnya.
"Kamu mau bohongi siapa? Saya dengar dengkuranmu. Tidak lebih dari lima menit kamu meluk saya. Ngaku aja kamu nyaman."