"Diantara kita semua otaknya Alex yang paling nggak nyampe. Herannya gue kenapa lo bisa masuk sekolah ini." Jo menatapnya malas.
Alex melototot, "lo pikir gue nggak pinter gitu? Walau bacot gue ngasal, kalo lagi belajar jangan di ragukan. Di kelas, nilai gue paling tinggi ya, gilak aja lo remehin gue. Ni otak di asup omega tinggi dari caviar." Sewotnya. Dia masih mengelus-ngelus tulang keringnya.
Jo memutar matanya jengah, "otak lo cocoknya di asup sama omege dari hiu. Baru mempan."
"Wah, ngeremehin gue lo? boleh di adu siapa yang lebih pintar dari kita." Sewotnya.
"Nggak usah nantang, nanti malu sendiri. Jo atlit catur, lo tau asahan otaknya kayak apa." Timpal Rendra.
Alex mendumal, iya juga. Jo bukan orang yang bisa di tantang, otaknya encer bener.
Cia tersenyum, "big thank's ya? Lo semua udah nenangin perasaan gue. Sebagai anak gue ingin ngebanggain mereka, tapi lain sisi gue belum sanggup jauh. Dari kecil di bawah ketek emak."
