"Iyain dulu baru saya lepas." Dia mendongak menatap suaminya penuh harap.
"Kenapa kalau mama di undang, pendukungmu tambah banyak kan?" Dhika mencoba melerai gandolan Cia dengan tangannya, namun gadis itu semakin erat memeluk kakinya.
"Masalahnya mama nggak akan dukung." Cia cemberut.
"Ayo makan malam, saya lapar." Dhika bangkit, tapi kakinya ketahan sama istrinya. Dia malaa membahas hal itu. Permintaan istrinya nggak masuk akal.
"Janji dulu ya? Nggak undang mama." Mohonnya lagi.
"Tidak, semua orangtua wajib hadir. Kalau kamu tidak mau mama datang, tidak usah ikut lomba itu." Dhika memberi pilihan yang udah pasti di tolak gadis itu.
"Oh, ya nggak bisa lah. Perjuangan saya buat ikut lomba ini berat, mulai dari hujatan teman-teman sampek latian vocal. Mana bisa saya lepasin gitu aja."
Tukan? Mustahil lah si Cia mau menurutinya.