Chereads / SHEILA : Skate Love / Chapter 3 - Brama Gay?

Chapter 3 - Brama Gay?

Brama Adhitama Bahtera. Lelaki tampan yang dipuja banyak wanita. Kekasih dari Sheila ini memang banyak dikagumi banyak wanita. Bahkan sebelum ia menjalin hubungan dengan gadis berdarah biru dari keluarga Aksadana itu.

Brama tinggal di kota yang sama dengan Sheila, yaitu Palembang. Laki-laki berdarah Melayu itu sedikit memiliki sikap angkuh. Itu semua karena faktor wajahnya yang tidak jelek barang sedikitpun, tanpa cacat dan nyaris sempurna.

Hidung mancung, bibir tipis, dan tahi lalat di sudut bibir bagian kirinya. Menambah kesan manis wajah Brama.

Namun siapa sangka, jika laki-laki pujaan hati banyak wanita itu adalah seorang gay? Ya. Brama memang kekasih Sheila, tapi hatinya tetap menyukai dari makhluk sejenisnya.

Brama mencintai Sheila hanya keterpaksaan, ia ingin menghilangkan kelainan di dalam dirinya. Namun sudah hampir satu tahun bersama Sheila, belum juga membuat Brama normal layaknya seorang lelaki.

"Brama, gimana Sheila? Apa dia udah tahu soal .... "

"Nggak, Ji. Dia belum tahu"

Brama menyandarkan tubuhnya di atas bahu Aji. Kekasih sesama jenisnya yang juga memiliki paras yang tampan serta tubuh yang tegap dan berotot.

"Jadi, hubungan kita?"

"Fyuh.. Aku akan mencari cara. Kamu tenang saja, ya"

Aji mengangguk patuh ketika kedua tangan Brama menyentuh pipi dan mengusapnya.

"Kamu nggak berniat ngasih kabar Sheila, gitu? Atau pergi ke tempat latihan skate seperti biasanya?"

Brama menaikan sebelah alisnya, "Kenapa? Bukannya kamu marah kalau aku bertemu Sheila?."

"Ya, sih. Tapi aku kasihan pada Sheila," terang Aji.

"Kasihan kenapa?"

"Dia pasti kangen sama kamu. Sama kayak aku, kalau kamu bertemu Sheila pasti aku juga kangen sama kamu"

Brama bungkam. Ia kembali menyandarkan tubuh, tapi bukan di bahu Aji. Melainkan di tembok yang berada di belakang tubuhnya.

"Aku bingung. Kenapa sekarang, aku jadi kayak orang yang lagi selingkuh, ya?"

Aji terkekeh sambil memeluk tubuh Brama dari samping, "Kamu kan emang lagi selingkuh. Selingkuh dengan aku."

"Lho, bukannya kebalik ya? Sheila adalah selingkuhanku. Hubunganku dengan kamu itu jauh lebih lama dibanding hubunganku dengan Sheila,"

"Iya, Brama. Tapi orang-orang tahu nya kalau kamu dan Sheila adalah pasangan bahagia. Sedangkan dengan aku, orang hanya mengira bahwa kita ini adalah teman"

"Aku bingung, Ji"

"Aku yakin, kita pasti akan bahagia pada akhirnya"

Brama mengulas sebuah senyum kecil dan mengecup puncak kepala Aji. Di sini ia berperan sebagai seorang laki-laki, dan Aji adalah wanitanya. Hanya saja rupa Aji tidak seperti wanita. Ia seolah menjelma dibalik tubuh kelelakiannya yang sempurna.

Siapa sangka, kedua manusia sesama jenis itu menjalin hubungan terlarang yang tidak bisa menyatu di Negara ini. Negara Indonesia sangat melarang keras dengan hubungan sesama jenis, untuk itulah Brama dan Aji merahasiakan hubungan mereka dari ranah publik.

Brama seringkali menginap di kamar kos milik Aji. Tentu saja tidak membuat para tetangga atau teman kos mereka merasa curiga. Mereka berperan sangat baik di depan muka umum, bersikap layaknya seperti teman biasa yang tak memiliki perasaan apapun.

"Brama, kamu mau nginep lagi malam ini?" tanya Aji sebari merapikan beberapa bajunya ke dalam lemari.

"Ya. Aku masih kangen sama kamu" jawab Brama yang tengah fokus memperhatikan sang kekasih dari atas tempat tidur.

"Kalo gitu, aku beresin ini dulu semua. Baru kita melepas kerinduan, karena aku juga kangen banget sama kamu"

***

Bagaimana rasanya ketika mendengar kata cinta dan penuturan manis dari pasangan sesama jenis? Jika manusia normal pasti akan merasa geli dan jijik, atau bisa saja mereka akan memukul mereka dengan benda keras karena kegelian.

Berbeda dengan Brama dan Aji. Mereka justru senang serta bahagia ketika mengungkap kata cinta untuk satu sama lain. Seperti saat ini, keduanya sudah bergelut di bawah selimut tebal yang menutup tubuh mereka yang masih bertelanjang dada.

Brama memeluk tubuh Aji yang masih terlelap. Pagi telah tiba, namun sepertinya mereka masih enggan untuk beranjak dan melongok matahari pagi barang sebentar.

Sampai akhirnya ponsel Brama berdering cukup keras. Membuat keduanya mengerjapkan mata dan tersadar dari alam bawah sadar.

"Hp kamu bunyi," ucap Aji dengan suara serak yang terdengar begitu sensual di telinga Brama.

Membuat Brama mengecup wajah Aji dengan ganas karena gemas.

"Halo"

"...."

"Iya. Aku kesana sekarang"

"Siapa?" tanya Aji

"Sheila. Dia nyuruh aku ke tempat latihan"

Aji memanyunkan bibirnya. Padahal mereka baru saja bertemu, karena Brama yang terlalu sibuk dengan kekasih yang tidak ia cintainya itu.

"Kenapa, hm? Kok cemberut?" tanya Brama sambil mengusap bibir Brama.

"Kita baru aja ketemu. Sekarang kamu mau pergi lagi"

"Kamu tenang aja, ya. Nanti malem aku pasti kesini lagi, aku nginep lagi di sini buat nemenin kamu"

Aji mengangguk kuat. Ia tidak boleh egois, karena bagaimanapun juga Brama adalah milik Sheila.

"Aku pergi dulu"

Brama meninggalkan Aji yang masih duduk di atas tempat tidurnya. Hatinya sangat merasa bersalah, tapi ia juga harus bersikap adil pada kedua kekasihnya.

"Maafin aku, Ji. Aku pengen sembuh, tapi aku juga sayang sama kamu. Aku takut kalau keluarga aku tau, dan mereka malu karena punya anak nggak normal kayak aku."

***

"Halo, Sayang"

Sheila menoleh dengan senyuman lebar untuk menyambut kedatangan kekasihnya.

"Kamu dari mana aja? Kok semalem gak ngasih kabar?" tanya Sheila ketika Brama baru saja duduk di sampingnya.

"Maaf, ya. Aku ketiduran, ini aja bangun kesiangan"

"Gapapa. Aku kira, kamu selingkuh"

Wajah Brama tiba-tiba saja berubah menjadi dingin.

"Ng--nggak, lah. Ngapain aku selingkuh? Aku kan udah punya kamu"

Sheila memutar bola matanya jengah. Ia memang mencintai Brama, tapi ia tidak suka dengan lelaki yang suka membual seperti tadi.

"Mulai deh gombalnya" cibir Sheila tanpa menoleh.

"Emang kenapa? Aku kan pacar kamu. Bebas dong, mau aku gombal kek, gembel kek"

"Hahaha.. Ya nggak gembel juga, kali!"

Keduanya tertawa bersama. Sheila selalu terlihat bahagia jika bersama Brama. Untuknya, hanya Brama yang bisa mengerti perasaan dirinya.

Walaupun Sheila gadis yang cuek dan memiliki sikap acuh tak acuh, tapi ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Kalau Brama adalah laki-laki yang bisa membuat pelangi hidupnya kembali berwarna, saat kedua orang tuanya memaksa Sheila untuk menghitamkan semua pelangi itu.

"Gimana? Mau latihan sekarang?" tawar Brama sebari mengangkat papan skate dan berdiri di samping Sheila.

"Ayok! Udah dua hari kita nggak latihan bareng"

"Iya, ya. Maafin aku ya, Sayang. Aku terlalu sibuk" ujar Brama sambil mengacak rambut Sheila sampai berantakan.

Sheila terlihat kesal dan memanyunkan bibirnya, "Ish, Brama. Jangan di acak-acak gini, dong!."

"Abisnya aku gemes banget sama kamu. Ya udah, ayok latian," Brama meraih tangan Sheila dengan lembut.

"Tunggu! Ini apa? Kok leher kamu merah?"