Satria menatap langit sore yang sejak tadi sore terus menerus mencurahkan airnya tanpa henti.
Di dalam keheningan, ia memikirkan sebuah angan yang sangat tidak sesuai dengan kenyataan.
"Kenapa gue harus ketemu sama lo? Kalau ujungnya harus sesakit ini?"
Ia bergumam sembari menatap curah hujan dari jendela kamarnya yang dibalut oleh kaca bening tembus pandang.
Rasanya sungguh aneh. Padahal Sheila tidak pernah memberi sebuah harapan pada Satria. Tapi mengapa laki-laki itu masih berharap hingga saat ini?
Kabar kedatangan orang tua Sheila membuat Satria sedikit cemas. Bukan ia tak senang jika gadis itu bertemu dengan ayah dan ibunya.
Melainkan karena ia takut jika Ilham menemui mereka dan langsung menyatakan niat untuk menikahi Sheila.
Satria tidak ingin momen itu terjadi. Ia hanya bisa berdoa, semoga Tuhan membalikkan hati Sheila yang semula tertulis nama Ilham dan berubah menjadi namanya.
"Lo masih ngelamun?"
