Chereads / Mencintaimu Dalam Diam / Chapter 29 - Chapter 28

Chapter 29 - Chapter 28

"Jadi sekarang kamu bagaimana? Sudah sehat?"

Pertanyaan Naura membuat Aiza kembali menatap Kakak kandungnya itu setelah Alex menghubungi Naura beberapa hari yang lalu dan mengatakan bahwa Aiza dirawat dirumah sakit saat Devika mencelakai dirinya.

"Alhamdulillah sehat."

"Akhir-akhir ini kamu jarang hubungin Kakak. Kakak ngerti kamu sibuk. Tapi kalau ada apa-apa lain kali hubungin Kakak. Kalau bukan Alex yang melakukannya Kakak tidak tahu kamu sakit "

"Alex?" Aiza terkejut dan tidak menyangka kalau nama pria itu terlontar begitu saja melalui bibir Naura. Dan, bukankah Alex seorang pimpinan pemerintahan yang menjadi tempat magangnya sebulan yang lalu sebelum berakhir?

"Kamu lupa sama Alex? Dulu dia itu tetangga kita. Temen kecil kamu walaupun kalian berbeda usia." jelas Naura lagi.

"Aku tidak mengingatnya."

Naura beranjak dari duduknya di pinggiran kasur. Kemudian menggendong tubuh putrinya yang baru saja tertidur di sofa empuk kamar hotel. 

Semenjak mengetahui Aiza dirawat dirumah sakit, saat itulah Naura berangkat menuju Samarinda bersama suaminya untuk melihat keadaan Aiza dan memilih menginap di sebuah hotel.

"Sebelum kamu mengalami kecelakaan, Alex itu sering bermain sama kamu. Dia juga yang ngajarin kamu belajar kalau ada mata pelajaran yang tidak kamu ngerti."

Aiza terdiam dan termenung mendengar semua penjelasan kakaknya itu. Tapi Aiza tidak bisa mengelak saat melihat wajah Alex ia sendiri seperti ada merasakan sesuatu. Sebuah kenangan masalalu yang indah.

"Berbulan-bulan kamu lupa ingatan. Dia sering jenguk kamu, liat keadaan kamu." lontar Naura lagi. "Bahkan dia berharap banget sebelum berangkat kuliah di Malaysia kamu sudah sembuh dan ingat semuanya."

Naura merebahkan tubuh Hafizah diatas kasur empuk berukuran king size. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.10 malam ketika saat ini Aiza masih mengunjungi kakaknya sementara Daniel, Pria itu yang merupakan suami Naura itu pun memilih menikmati secangkir kopi hitam di cafe lantai atas.

"Semenjak kepergian Alex menempuh pendidikan kuliah di Malaysia, almarhum Ayah dan Ibu sudah tidak dengar kabar Alex. Apalagi waktu itu Kakak juga sibuk di luar kota." jelas Naura.

Aiza masih tidak berkomentar seperti sebelumnya. Kenyataan mendapati bahwa Alex adalah tetangganya waktu kecil membuatnya sedikit terkejut. 

Aiza terlalu banyak berpikir sehingga ia pun memegang kepalannya sendiri. Aiza merasa kepalanya pusing.

"Kamu, baik-baik saja?" tanya Naura dengan nada khawatir, ia pun segera mengirimkan pesan singkat pada Daniel untuk minta tolong agar mengantarkan Aiza pulang.

"Aku baik-baik saja."

"Kamu itu pernah amnesia, jangan terlalu banyak berpikir. Kepala kamu bisa pusing."

Dan pintu terbuka. Masuklah sosok Daniel sambil dengan tatapan serius.

"Barusan aku bertemu Alex. Aapakah Kalian mengenalnya?"

"Itu tetanggaku dulu Mas. Kenapa?" sahut Naura.

Daniel tersenyum. "Mas cuma nanya doang. Mungkin saja apa yang dia omongkan tadi beneran kalian, bukan orang lain. Ah lebih tepatnya untuk Aiza."

Aiza terkejut, namun karena sikapnya yang pendiam lagi-lagi Aiza berusaha bersikap biasa. "Maaf, dia bicara apa Kak?" tanya Aiza penasaran.

"Tidak banyak. Hanya obrolan para pria mengenai politik, sisanya dia cuma bilang katanya suka sama kamu dan secepatnya ingin ta'aruf sama kamu."

"Apa? Suka?" Naura menatap Daneil dengan serius. "Beneran Mas? Ma tidak salah dengar kan?"

"Tidak." Daniel menggeleng."Sepertinya dia sengaja melakukannya sekaligus meminta izin sama kita Naura. Usia kita lebih tua dari dia. Mungkin agar terdengar lebih sopan saja apalagi Ayah sama ibu sudah tiada."

Aiza berdeham. "Em, maaf Kak. Sepertinya saya harus pulang sekarang."

Aiza mengecek jam di pergelangan tangannya. Tiba-tiba hatinya merasa campur aduk ketika mendapati dua orang pria menyukainya secara bersamaan.

"Baiklah kalau begitu. Kakak tunggu di bawah." ucap Daniel dan ia pun mendekati Naura untuk segera berpamitan dengan istrinya.

Daniel sudah melenggang pergi menuju lantai bawah. Naura menatap Aiza yang terlihat gelisah. "Apakah terjadi sesuatu denganmu Za?"

Aiza menatap Kakaknya dilihatnya Naura menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Maksudnya?"

Naura menghela napas. "Kakak tahu sikap kamu itu pendiam. Tidak banyak bicara, bahkan suka menyendiri."

"Aku tidak mengerti maksud pembicaraan Kakak itu apa."

"Kalau ada sesuatu, kamu bisa cerita semuanya sama Kakak. Terutama urusan cintamu. Kakak bisa menjadi pendengar yang baik setelah kepergian Ibu."

Aiza mencoba menampilkan senyuman palsunya. Seolah-olah semuanya baik-baik saja. Meskipun tidak dengan hatinya.

"Tidak ada yang perlu dibahas Kak. Semuanya baik-baik saja. Kakak tidak perlu khawatir. Aku pergi."

"Ini bukan soal khawatir atau tidaknya." Naura merasa gemas dengan sikap adiknya yang terlalu tertutup, bahkan selalu menganggap semuanya baik-baik saja. Naura tahu itu adalah sikap Aiza yang sudah ada padanya sejak lahir. Tapi, ayolah bukankah dia seorang saudara kandung satu-satunya? Setidaknya ia perduli dengan situasi yang dihadapi Aiza. Aiza sudah benar-benar hendak keluar didepan pintu hingga suara Naura kembali membuatnya terkejut sekaligus syok.

"Ini soal pria lain. Dosen kamu. Orang tua Dosen kamu mendatangi Kakak dirumah. Arvino meminta izin sama Kakak untuk melamar kamu."

🖤🖤🖤🖤

Setelah merasa gusar mendengar penjelasan kakak ipar dan kakak kandungnya sendiri jika Alex dan Arvino melamarnya secara bersamaan, Aiza terlalu fokus dengan isi pikirannya yang tidak menentu bahkan melupakan Daniel yang kini tengah menunggunya di depan lobby hotel.

"Kemana Kak Daniel?"

Aiza menunggu kakak iparnya yang tidak terlihat di lobby hotel. Sampai akhirnya waktu terus berjalan hingga 30 menit kemudian. Aiza berusaha menghubungi kakak iparnya tapi tidak ada jawaban sehingga membuat Aiza memilih pulang duluan.

Aiza berjalan dengan berbagai macam pikiran yang kalut sambil memegang ponselnya karena berniat memesan sebuah taksi online namun terlupakan begitu saja saat melihat dua orang pria tidak dikenal sedang berjalan kearahnya sambil sempoyongan oleh sebotol minuman keras ditangannya. Pikiran was-was dan rasa takut menyergap di diri Aiza. Ia segera merogoh ponsel dan kembali menghubungi Daniel yang ternyata sama. Tidak aktip

Disisilain, Daniel yang baru saja keluar dari toilet pun mengerutkan dahinya.

"Kenapa ponsel ku tiba-tiba mati? Oh astaga, gara-gara minum secangkir kopi hitam membuat perutku sakit. Apakah Aiza sudah menunggu didepan loby?" gumam Daniel yang kini melangkahkan kakinya menuju basement untuk mengambil mobilnya.

🖤🖤🖤🖤

Rasa bosan setelah menghabiskan waktu bertemu dengan Devian di sebuah cafe milik pria itu membuat Arvino memilih pergi dari sana meskipun waktu menunjukan hampir sepuluh malam.

Kebiasaannya dimasalalu yang suka menghabiskan one night stand dengan wanita membuat Arvino menganggap jika waktu sekarang bukanlah waktu larut.

Tapi itu dulu, dulu sebelum ia berhijrah menjadi yang lebih baik lagi. Meninggalkan segala hal-hal buruk dan kemaksiatan mengingat beberapa hari yang lalu, ia baru saja bertemu dengan kakak kandung Aiza bersama Ayah Bundanya untuk mempersunting Aiza.

Arvino menarik kedua sudut bibirnya. Ia yakin jika Aiza memang menaruh hati padanya sejak dulu namun sebuah ketakutan yang dialami gadis itu membuatnya harus berulang kali meyakini Aiza bahwa semuanya baik-baik saja.

Dalam perjalanan menuju rumah yang mulai lenggang, seorang gadis yang sejak tadi memenuhi isi pikirannya itu tanpa sengaja terlihat didepan matanya.

Arvino membulatkan kedua matanya terkejut bahkan rahangnya mengetat keras ketika melihat calon istrinya itu sedang di hadang oleh dua orang pria berbadan besar.

"Ini gawat!!! Aiza. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu!" khawatir Arvino dengan hatinya yang sesak ketika saat ini ia melihat Aiza ketakutan.

🖤🖤🖤🖤

Arvino harus gercep selamatin Aiza 😥😥

Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya.

With Love

LiaRezaVahlefi

Instagram: lia_rezaa_vahlefii 🖤