Dua jam sudah Mu Chen Xiao terus menunggu Zhao Bingyan di tempat yang sama dan dia sama sekali tidak kunjung datang juga. Padahal, dia sendiri yang mengatakan untuk datang lebih pagi akan tetapi, mengapa hingga saat ini dia tidak juga pergi menemuinya?
Aku masih tidak diizinkan untuk menghancurkan sesuatu di sini. Lagipula Zhao Bingyan terlalu baik dan percaya pada orang yang baru saja ditemui olehnya. Dia sama sekali tidak curiga apakah aku akan menghancurkannya atau tidak. Lagipula, tujuanku tetap sama. Menghancurkan sekte yang telah mengkhianati ku termasuk Zhao Bingyan.
"Anak muda! Sejak tadi kamu terus saja di sini. Apa yang kamu lakukan? Menunggu seseorang?" Ucap seorang kakek tua yang saat ini sedang berjalan di belakangnya.
Kakek tua dengan tongkat kayunya dan janggut putih panjangnya yang menjuntai hingga dada. Matanya rabun karena tertutupi oleh alisnya yang kian memanjang. Dia sudah memiliki banyak keriput di seluruh tubuhnya sehingga, tidak memungkinkan dia bisa bergerak cepat seperti saat dia masih muda.
[[ Zhao Yuan ]]
[[ Kepala keluarga Zhao yang terbunuh secara misterius ]]
[[ Tingkat Alam Langit level delapan ]]
'Hoh,... Jadi dia adalah orang yang terbunuh secara misterius. Dan akibat kematiannya, Mu Chen Xiao yang menjadi korbannya.'
"Kakek tua! Mengapa kau bisa ada di sini?" Ucap Mu Chen Xiao dengan kasar sehingga, Zhao Yuan menganggapnya sebagai anak yang kurang sopan terhadap orang tua.
[[ Pelanggaran Karakter Mu Chen Xiao ]]
[[ Poin dikurangi -50 ]]
[[ Sisa poin akhir +4450 ]]
'Menjengkelkan! Kau sama sekali tidak mengatakan kalau poin akan dikurangi jika aku berbicara kasar dengannya?!'
[[ Pelanggaran keras adalah melawan orang tua.]]
'Sepertinya sistem ini sudah mulai kacau.'
"Nak! Kamu ini tidak sopan sekali pada orang tua!" Ucap Zhao Yuan dengan nada kesal sambil menarik telinga Mu Chen Xiao dengan kerasnya hingga membuatnya tidak bisa merasakan kembali daun telinganya sendiri.
"Aish...!!! Tua bangka! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Mu Chen Xiao sambil mencoba untuk melepaskan tangan Zhao Yuan yang mencoba untuk menghilangkan daun telinganya.
"Kau sebut aku ini apa? 'Tua bangka'? Kau ini sangat tidak sopan pada orang tua!" Bentak Zhao Yuan pada Mu Chen Xiao sambil mengeraskan tarikannya.
"Orang tua zaman kuno selalu durhaka terhadap anaknya sendiri! Kakek macam apa kau ini?!" Teriak Mu Chen Xiao kembali.
Tiba-tiba saja, Zhao Yuan berhenti sesaat karena mendengar apa yang dikatakan oleh Mu Chen Xiao padanya. Dia berpikir dan perlahan melepaskan tangannya setelah dia terus menarik telinga Mu Chen Xiao karena perbuatan nakalnya.
Setelah berlama-lama dia menahan sakit setelah telinganya ditarik oleh si Tua Bangka ini, Mu Chen Xiao akhirnya berhasil melepaskan dirinya dari tangan kejam Zhao Yuan yang tidak berhenti menceramahinya melewati kekerasan yang dia lakukan.
"Kenapa tidak melakukannya sejak tadi?! Aku hampir saja kehilangan pendengaran ku!" Ucap Mu Chen Xiao dengan keras sambil mengelus-elus daun telinganya yang mulai memerah.
Zhao Yuan tiba-tiba tersentak dan langsung berkata kembali, "Kau ini bocah nakal! Aku masih belum selesai denganmu! Kemarilah! Aku akan menghukum mu mengumpulkan kayu bakar!" Ucapnya sambil mengejar Mu Chen Xiao yang mencoba untuk berlari menjauhinya ketika Zhao Yuan menyebutnya bocah nakal.
Padahal dia cuma seorang kakek-kakek, untuk apa dia terus mengejarku kalau pada akhirnya dia akan melakukan kekerasan padaku?! Berbeda sekali dengan zaman modern. Jika ini terjadi di zaman modern, mungkin kakek itu sudah ku bunuh dengan sadis!
"Hei! Bocah nakal! Beraninya kau dengan orang tua! Kembali!" Ucap Zhao Yuan kembali dengan nada yang mulai kelelahan karena terus mengejar Mu Chen Xiao yang larinya lebih cepat darinya.
"Tua bangka! Kau tidak akan bisa mengejarku! Sadar diri!" Teriak Mu Chen Xiao dari kejauhan sambil menoleh ke arah Zhao Yuan yang mulai berhenti mengejarnya karena kelelahan.
Mu Chen Xiao terus saja berlari menjauhi Zhao Yuan yang telah berhenti mengejarnya. Sesekali dia menoleh ke arah Zhao Yuan yang masih tampak kelelahan di belakangnya dan tanpa dia sadari, Mu Chen Xiao menabrak sebuah fondasi yang sangat kokoh dan tidak jatuh ketika ditabrak olehnya.
Seketika dia jatuh terduduk dan mengelus-elus dahinya yang mengenai bagian keras dari fondasi yang telah berdiri di hadapannya.
Dalam benaknya dia berkata, "Siapa yang menaruh dinding di lapangan seperti ini?!" dan tanpa dia ketahui, benda yang ada di depannya ini bukanlah tembok ataupun bebatuan besar. Dia adalah seorang laki-laki bernama Zhao Bingyan yang sedang berjalan menuju tempat pertemuannya dengan Mu Chen Xiao sebelum akhirnya, Mu Chen Xiao sendirilah yang datang menghampirinya.
Melihat Mu Chen Xiao yang saat ini sedang terduduk di hadapannya, Zhao Bingyan sedikit membungkuk untuk mengelus kepalanya dan bertanya, "Xiao'er? Mengapa kamu bisa ada di sini?"
'Ini adalah kesempatan emas!'
Melihat karakter Zhao Bingyan yang begitu menyayangi Mu Chen Xiao ketika usianya masih kecil, membuat dia akhirnya merencanakan sesuatu untuk memanfaatkannya.
Mu Chen Xiao langsung membuat tangisan palsu dan memeluk kaki Zhao Bingyan dengan erat sambil merengek, "Guru! Kakek tua itu telah menarik telinga Xiao'er! Sakit sekali Guru!" Ucapnya sambil menangis dan menunjuk ke arah Zhao Yuan yang baru saja muncul di hadapan mereka.
Zhao Bingyan tertegun dan langsung menoleh ke arah Zhao Yuan yang di tunjuk oleh Mu Chen Xiao.
Begitu dia mengetahui kalau orang yang ditunjuk oleh Mu Chen Xiao adalah Ayahnya sendiri, membuat Zhao Bingyan bingung untuk membela siapa yang salah saat ini. Zhao Yuan yang menarik telinga Mu Chen Xiao atau Mu Chen Xiao yang menyebut Zhao Yuan ini adalah tua bangka.
"Sebaiknya kalian katakan yang sebenarnya padaku, apa yang terjadi." Ucap Zhao Bingyan dengan lesu sambil menutup wajahnya karena tidak ingin mengotori matanya hanya karena seorang kakek tua bertengkar dengan anak kecil.
Dengan wajah yang memelas dan mata yang berkaca-kaca, bibir Mu Chen Xiao seketika gemetar ketika dia mengangkat kepalanya kembali dan melihat ke arah Zhao Bingyan.
Mu Chen Xiao semakin memeluk erat kaki kanan Zhao Bingyan dan berkata, "Guru besar Zhao! Aku ini anak desa yang masih kecil. Bagaimana aku bisa mengetahui sopan santun dan peraturan yang ada di sini?"
Di depan mereka, Zhao Yuan tiba-tiba saja mengangkat kepalanya kembali dan menunjuk ke arah mereka berdua dengan jengkel.
Yang satu adalah bocah nakal dan yang satu lagi adalah anaknya sendiri yang tidak pernah mengajarkan kebaikan pada bocah nakal ini.
"Zhao Bingyan! Kau yang membawa bocah nakal ini dan sama sekali tidak mengajarinya etika bersopan santun!" Bentak Zhao Yuan pada mereka berdua.
Zhao Bingyan kemudian membungkuk dan memberi hormat pada Zhao Yuan sebelum dia mengakui kesalahannya, "Maaf Ayah. Yan'er sama sekali tidak mengajarkan etika pada anak kemarin sore."
Melihat Zhao Bingyan yang langsung saja merendah dan mengakui kesalahannya, membuat Mu Chen Xiao seketika merasa bersalah dan tidak mampu berkata apapun padanya.
'Aduh,... Aku benar-benar tidak menyangka akan menjadi seperti ini!'
Mu Chen Xiao menarik pelan pakaian panjang Zhao Bingyan dan berkata, "Guru besar tidak perlu meminta maaf. Ini semua adalah kesalahan Xiao'er karena menyebut dia tua bangka. Lagipula, Xiao'er sudah terbiasa hidup di desa dan Xiao'er masih butuh bimbingan untuk hidup di lingkungan sekte." Ucapnya sambil memelas pada Zhao Bingyan.
'Pufftt,...' tiba-tiba Zhao Bingyan menahan tawanya ketika Mu Chen Xiao menyebut Zhao Yuan 'tua bangka' itu sedikit lucu namun, bisa dimaklumi.
"Xiao'er masih kecil dan dia belum terbiasa dengan kehidupan barunya. Dia juga berasal dari desa terpencil. Jadi, sebaiknya Ayah maafkan saja dia." Ucap Zhao Bingyan dengan lembut dan bijak.
Zhao Yuan melipat tangannya dan melihat ke arah Mu Chen Xiao dengan jengkel dan menahan diri.
Tatapan yang diberikan oleh Zhao Yuan, entah kenapa itu membuat Mu Chen Xiao merasa kalau Zhao Yuan akan memakan hidup-hidup dirinya dan menyerahkan tulang-tulangnya untuk diberikan pada anjing-anjing liar yang ada di luar sana.
'Dasar kakek tua! Ibuku saja tidak pernah menghukum diriku karena terus bermain game dan kamu langsung saja marah hanya karena aku tidak sopan padamu?!' batin Mu Chen Xiao sambil menatap jengkel ke arah Zhao Yuan.
Zhao Yuan kemudian menghela nafas dan berkata, "Baiklah, aku memaafkannya. Kamu sebaiknya mengajarkannya cara untuk sopan santun pada orang yang lebih tua." Ucapnya sambil pergi dari tempat mereka.
Lagi-lagi Zhao Bingyan membungkuk dan memberikan hormat untuknya sambil berkata, "Baik, Ayah. Aku akan mengajarinya."
Mu Chen Xiao yang melihat Zhao Yuan begitu penurut, merasa terkejut dan berkata dalam benaknya, "Emosinya mudah sekali dia kendalikan. Aku tidak percaya Tua Bangka itu akan mudah sekali memaafkan anak kecil sepertiku. Tapi, kira-kira setelah aku besar nanti, apakah dia masih bisa memaafkanku?"
[[ Emosi Zhao Bingyan meningkat ]]
[[ Poin berkurang -50 ]]
[[ Sisa poin akhir +4400 ]]
'Hah?! Zhao Bingyan juga bisa marah padaku?!'