Perpustakaan Jing Shen.
Suasana tenang dan aroma dupa, begitu terasa ketika seseorang duduk di hadapan sebuah meja lantai. Beberapa murid terpilih lainnya juga ikut terlihat sedang berada di sekitarnya. Masing-masing dari mereka membaca lebih dari sepuluh buku yang menumpuk di sebelah meja mereka. Wajah suram dan perasaan bosan, sama sekali tidak tampak pada ekspresi murid-murid ini.
Apakah orang zaman kuno selalu melakukan tradisi seperti ini? Membaca puluhan buku seperti itu, tidakkah membuat semua orang di sini lelah dan bosan?
Mu Chen Xiao digeret oleh Zhao Bingyan menuju perpustakaan Jing Shen atas ketidaksopanan-nya pada Zhao Yuan dengan memanggilnya tua Bangka.
Pada saat itu juga, dia merasa adanya perasaan buruk yang akan di datangkan padanya. Melihat para murid-murid lain yang sudah membaca lebih dari sepuluh buku, itupun karena mereka adalah murid-murid yang ada di tingkat Master. Bagaimana dengan murid yang masih di bawah mereka dan berada di tingkat Young Master?
'Zhao Bingyan sialan! Kau pikir aku akan mau membaca buku sebanyak itu?! Aku lebih memilih untuk lari ketika kau lengah!'
BRAKKK!!!
Seperti dugaan sebelumnya, Zhao Bingyan dan satu orang lainnya datang kembali padanya dengan membawa setumpuk buku yang entah berapa jumlahnya. Buku yang memiliki ketebalan hampir lima ratus halaman dan beberapa juga ada yang sampai ribuan halaman!
'Zhao Bingyan! Kau benar-benar menambah nafsu membunuhku padamu!'
Setelah dia menaruh setumpuk buku, dia menyuruh orang lain itu untuk pergi dan kembali memperhatikan Mu Chen Xiao yang masih memelihara wajah bingungnya.
"Hei! Jangan bengong! Ada beberapa buku yang harus kau baca!"
Mu Chen Xiao tersentak dan berkata, "A-ha-ha-ha,... Iya Guru. Aku akan segera membacanya." Ucapnya sambil menunjukkan senyum palsunya pada Zhao Bingyan yang masih tidak berhenti menatapnya.
"Kalau begitu bacalah. Aku akan mengawasimu di sini." Ucap Zhao Bingyan kembali dengan tegas dan dingin.
Zhao Bingyan kemudian duduk di depan meja lantai yang ada di hadapan Mu Chen Xiao sambil terus memperhatikannya dengan tatapan dingin.
'Tatapan dingin dan kulit seputih salju itu, membuat nafsu makan ku semakin menurun! Zhao Bingyan! Berhentilah menatapku seperti itu!' batin Mu Chen Xiao sambil meraih salah satu buku yang menumpuk di sebelahnya.
"Hei! Bocah tujuh tahun! Rupanya kau dihukum juga?"
Seorang anak muda yang saat ini duduk di sebelahnya, memberikan senyum sinis dan tatapan mengejek. Rambut yang dikuncir kuda dengan bola mata yang bulat memancar seperti ombak biru. Anak ini adalah Zhao Wei Lu.
'Setelah aku bertemu dengan si tua bangka, aku malah dipertemukan kembali dengan bocah sialan ini?' batin Mu Chen Xiao yang menatap jijik ke arah Zhao Wei Lu.
Mu Chen Xiao tidak menjawab dan hanya cuek bebek padanya, mengabaikan keberadaan Zhao Wei Lu yang saat ini berada di sebelahnya. Mu Chen Xiao tetap pada kesibukannya sementara Zhao Bingyan terus saja memperhatikannya sambil membaca buku yang berbeda dengannya.
Di saat dia mencoba untuk mengabaikan keberadaan Zhao Wei Lu, segulung kertas yang dilempar, tiba-tiba mengenai kepalanya dan itu telah terjadi berulang kali di saat Mu Chen Xiao berusaha untuk tetap mengabaikannya.
'Bocah sialan! Jika ini yang kau inginkan maka, aku pasti akan memberikannya!'
Kesabaran Mu Chen Xiao akhirnya berujung. Dia meremukkan buku tebal yang saat ini dipegang olehnya. Pesona dan tatapan dingin itu hanya diberikan pada Zhao Wei Lu yang telah berhasil menghabiskan kesabarannya.
"Aku lihat kau sedang dihukum untuk menyalin semua buku tebal itu. Mau aku hibur?" Ucap Mu Chen Xiao dengan dingin pada Zhao Wei Lu yang saat ini masih memasang ekspresi yang sama.
Zhao Wei Lu mencibir, "Hump! Semua orang tahu kalau perpustakaan Jing Shen bukan tempat untuk seorang penghibur. Apakah kau sungguh bisa menghiburku dengan baik?"
Mu Chen Xiao mengeraskan tinjunya dan tersenyum sinis ke arah Zhao Wei Lu sebelum dia berkata, "Tentu saja, aku akan melakukannya tanpa mengganggu orang-orang di sekitarmu."
BUKKK!!!
Sebuah buku yang memiliki ketebalan ribuan halaman, tiba-tiba mendarat di wajah Zhao Wei Lu setelah dilempar cukup kuat oleh orang yang saat ini telah berdiri di hadapannya.
Seketika, Zhao Wei Lu yang sama sekali tidak menyadari lemparan buku yang dilakukan oleh Mu Chen Xiao, membuatnya langsung terjatuh hingga terhempas beberapa sentimeter dari tempatnya.
"Jadi, kau ingin memulai duluan, ya?" Ucap Zhao Wei Lu sambil melepaskan buku yang masih menempel di depan wajahnya.
"Apakah kau sama sekali tidak bercermin? Siapa yang lebih dulu melemparkan gulungan kertas ini padaku?" Ucap Mu Chen Xiao sambil menunjukkan gulungan kertas yang sebelumnya telah dilempar oleh Zhao Wei Lu berulang kali padanya.
"Hah? Itu hanyalah kertas yang salah! Mungkin,... Karena aku menganggapmu sebagai tempat sampah jadi, aku melemparnya saja ke arahmu." Ucap Zhao Wei Lu yang mencoba untuk berdalih dari semua perkataan Mu Chen Xiao.
Jika saja aku sedang tidak dalam masa percobaan, mungkin saja dia sudah ku bunuh sejak awal! Bagaimanapun juga, Zhao Wei Lu sangat berbeda dengan Zhao Bingyan yang kalem dan banyak diamnya meskipun saat ini dia benar-benar sedang mengawasi ku!
Mu Chen Xiao berkata dengan dingin, "Jangan mencoba untuk berdalih. Di masa depan, aku tidak akan membiarkan seorangpun bisa berbicara ketika mereka berbuat kesalahan padaku."
Zhao Wei Lu tertawa mengejek sebelum dia berkata kembali, "Masih berharap kau memiliki masa depan? Akan aku pastikan, masa depan mu hancur berkeping-keping!"
"Kita lihat saja, siapa yang akan mati lebih dulu!"
Beberapa buku tebal, mulai dilemparkan satu persatu oleh kedua bocah ini dan ada satu orang dewasa yang mencoba untuk fokus. Seketika, suasana di perpustakaan Jing Shen menjadi tidak tenang dan penuh dengan keberisikan.
Buku-buku itu terbang kemana-mana dan beberapa ada yang mengenai murid-murid yang mencoba untuk belajar di sana. Akan tetapi, kedua anak ini sama sekali tidak menghiraukan kemana arah dia melempar dan tetap berfokus pada orang yang ada di depannya.
Melihat keadaan yang sudah tidak lagi terkendali, membuat Zhao Bingyan semakin jengkel dan tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Ekspresinya yang terlihat tenang, berubah menjadi marah dan tangan yang lembut, berubah menjadi kasar dan kuat.
Zhao Bingyan lantas berjalan ke arah mereka berdua dan langsung menarik telinga keduanya dengan keras sambil berkata, "Bisakah kalian diam?!" Dengan nada yang tegas dan marah pada keduanya.
Aku lupa kalau mereka berdua ini hanyalah anak kecil yang nakal dan tidak bisa diam. Lagipula, keduanya juga sama-sama tidak dibesarkan oleh seorang Ibu. Kalau terus seperti ini, berantakan sudah sekte Hua Jian jika memiliki murid seperti mereka berdua.
"Yan Gege! Aduh! Sakit! Lepaskan!"
"Guru besar! Xiao'er janji tidak akan mengulanginya lagi!"
Teriak keduanya sambil mencoba untuk melepaskan tangan Zhao Bingyan yang menarik telinga mereka berdua.
Namun, tidak sampai saat itu. Zhao Bingyan akhirnya melepaskan tangannya dan membuat peraturan baru di sana.
Zhao Bingyan meletakkan Zhao Wei Lu di lantai dua sedangkan, Mu Chen Xiao dia letakkan di lantai satu tempat yang sama seperti tadi. Dengan begini, kalian berdua tidak bisa memulai kekacauan baru di perpustakaan.
'Oh! Bagus! Bagus sekali! Akhirnya dia menyingkirkan bocah sialan itu dari hadapanku!'
Zhao Bingyan mengebaskan pakaiannya dan menoleh ke arah Mu Chen Xiao. Dia terlihat masih memperhatikannya secara terperinci termasuk buku apa yang saat ini sedang dibaca oleh Mu Chen Xiao.
"Kamu teruskan membacanya. Aku pergi sebentar." Ucap Zhao Bingyan pada Mu Chen Xiao.
Mu Chen Xiao tertegun dan bertanya, "Guru akan pergi kemana? Guru tidak takut jika aku akan pergi dari sini?"
Zhao Bingyan kembali menunjukkan senyum aslinya dan menjawab, "Tidak. Aku percaya Xiao'er akan melakukan apa yang aku katakan." Ucapnya sambil berjalan keluar perpustakaan.
'Hump! Untuk apa aku percaya dengannya? Zhao Bingyan mungkin bisa percaya padaku tapi, aku sama sekali tidak percaya padanya! Bisa saja dia menaruh penghalang di luar perpustakaan agar aku tidak bisa keluar dari sini! Huhu,... Kau telah berani menghukum ku Zhao Bingyan! Kau akan lihat, sepuluh tahun mendatang, aku akan menjadikan ku tongkat manusia!'