Sepertinya aku melupakan ponsel ku lagi di kelas, sambil mengingat ingat aku kemudian berlari menuju ruang kelas A-1, aku begitu terburu-buru hingga menabrak seorang anak laki-laki dan tanpa sengaja aku hilang keseimbangan dan jatuh menimpanya. Seharusnya hanya aku yang terjatuh mengingat saat menabrak anak itu aku merasa badannya sangat keras seperti menabrak sebuah tembok, tapi ia terlebih dahulu membiarkan badannya menjadi alas saat aku terjatuh agar rasa sakit yang ku rasakan berkurang. Sangat memalukan untukku, begitu melihat posisi dimana tubuhku menindihnya sambil memegang lengan anak laki-laki itu.
Aku terkejut dengan bunyi alarm yang telah berbunyi dan menunjukkan pukul 07:00 pagi, tanpa ku sadari pipiku memerah karena malu yang ku liat pada cermin di kamar. Seperti itukah reaksi berlebihan yang ku alami setiap kali aku mengingat mu.
Hari ini aku tidak akan berangkat ke kantor seperti biasanya karena aku dan ibu Rania serta beberapa staff lainnya pada divisi kami akan melakukan seleksi fisik di luar kantor dengan para trainee yang telah lulus administrasi berkas. Pada tahap ini memang di wajibkan untuk dapat melihat seberapa tahan dan kuatnya fisik mereka yang dapat menentukan apa mereka lulus tahap selanjutnya atau tidak.
Melihat ada pesan dari ibu Rania aku segera membukanya,
"pukul 10 pagi kita sudah harus berada di lokasi seleksi, kau bisa datang ke kediamanku hari ini, dan kita bisa berangkat bersama". Ucapnya dalam pesan singkat itu.
"Tentu saya bisa, saya akan tiba di rumah ibu sekitar jam 9 pagi". Balas ku kepadanya.
Setelah selesai membersihkan tempat tidur dan beberapa barang yang sedikit berantakan yang ada di kamar, aku bergegas ke kamar mandi, hari ini aku bisa sedikit berendam karena waktu yang ku miliki masih banyak, sambil melepaskan pakaian yang ku pakai aku memilih aroma lavender yang akan ku gunakan untuk berendam.
Rasanya sangat nyaman, aku sungguh menikmati moment ini. Sambil berendam aku mulai memikirkan beberapa potongan kenangan di masa lalu yang begitu indah dan juga misterius. Yang membuat kenangan itu misterius adalah sosok dari anak laki laki di mimpi ku tadi. Sosok anak laki-laki yang membuat hari-hari ku di sekolah berbeda dari biasanya. Kata cinta memang dapat membuat dirimu melihat dunia begitu hidup dan berbeda. Dulunya aku hanya menganal kata pendidikan, dan keluarga. Aku tidak memiliki sahabat saat sekolah, karena hampir seluruh siswa dalam kelas akrab dengan ku. Aku tidak terlalu menyukai kata kata berkelompok dan memiliki area pertemanan yang terbatas.
Memiliki seseorang yang dekat denganku bukan berarti aku kehilangan kata prestasi di sekolah. Dan begitu beruntungmya aku karena ia juga memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mungkin itu yang membuatku tertarik kepadanya. Setiap kali ada tugas aku dan dia hampir setiap saat menghabiskan waktu di perpustakaan.
Kata kutu buku tidak akan tetap untuk menggambarkan dirinya yang memiliki tubuh tinggi 180 cm, dengan rambut berwarna hitam pekat, mata yang menatap dengan tajam dan menusuk, rahang yang berperawakan tegas, hidung yang proporsional, bahu yang nenampakkan ketegasan serta bibir tipisnya. Dan aku tidak akan pernah lupa bagaimana tubuhku bisa merasakan dadanya yang bidang dengan adanya otot di bagian perut yang terasa samar. Menurutku yang membuatnya sangat berkharisma adalah warna matanya yang kadang terlihat kecoklatan namun sewaktu waktu bisa berburah menjadi hitam legam, sangat kontras dengan warna kulit nya yang putih pucat.
Pertemuan pertama ku dengan nya adalah adegan yang terjadi saat aku bermimpi tadi. Terkesan seperti memalukan untukku saat itu. Dengan kata maaf kepadanya aku segera bangun, berdiri lalu menjulurkan tangan kepadanya untuk membantunya berdiri, ia menyambut tangan ku dengan sebuah senyuman yang membuat pipiku kembali memerah.
"Maafkan aku, tadi aku sangat terburu buru karena kehilangan ponsel, hingga tidak dapat memperhatikan sekelilingku". Kataku kepadanya.
Dengan senyuman dia menjawabku
"Tidak apa apa, mau aku membantumu ?".
" Oh terima kasih, tapi tidak usah. Kau bisa melanjutkan perjalananmu kembali. Sampai jumpa".
Aku membalas dengan terburu buru kepadanya hingga meninggalkannya tanpa mendengar dengan jelas yang ia katakan padaku, aku hanya bisa melihat sebuah senyuman di iringi dengan tatapan mata yang tajam.
Sampai saat ini aku belum pernah lagi melihat sosok itu. Sosok seorang pria yang meninggalkan begitu banyak pertanyaan dalam benak ku.
Kim Tea Yu.