Dua jam berlalu namun sialnya kelima maid itu baru selesai melakukan ritual di kamar mandi pada Lyora. Hampir saja Lyora bosan jika ia tak mengingat raut wajah Sean yang pasti akan sangat marah jika ia membantah.
"Kami permisi, Nona.." semua Maid tampak membungkuk hormat pada Lyora setelah itu pergi meninggalkan ruangan.
Lyora melangkahkan kakinya menuju walk in closet, namun langkahnya terhenti saat tatapannya terpaku pada lima orang maid yang berbeda dengan seorang wanita paruh baya yang pernah Lyora temui pada saat dirinya melangsungkan pertunangan besar-besaran bersama Sean. Laurent-- seorang wanita paruh baya yang merias wajahnya pada saat itu. Pada saat itu pula Laurent mengatakan jika dirinya seorang MUA yang hanya melayani para artis papan atas dan keluarga kongramerat saja. Namun setelah keluarga besar O'Pry mengutus Laurent sebagai MU pribadi mereka, Laurent diberhentikan menjadi MUA atas perintah keluarga terpandang ini tentunya. Apa yang bisa Laurent lakukan, toh mereka membayar lebih dari sepuluh kali lipat dari bayarannya sebagai MUA.
"Oh my God!! Apa kabar? Kau bahkan berkali-kali lipat lebih cantik setelah pertunangan itu, apa Tuan muda benar-benar menjagamu sebagai putri raja?" Mereka saling bercengkrama. Lama tak bertemu meski kini mereka dipertemukan entah dalam rangka apa.
"Aku baik dan aku bahagia, bagaimana dengan kau?" tanya Lyora sembari melepaskan pelukannya dari Laurent.
Laurent tersenyum bangga, "Seperti yang kau lihat. Uangku berkali-kali lipat lebih banyak saat aku bekerja untuk keluarga besar suamimu itu. Tentu saja aku sangat baik-baik saja."
Mendengar jawaban dari Laurent, Lyora hanya terkekeh atas apa yang wanita paruh baya itu katakan.
"Ayo, aku harus merias wajahmu," ucapnya sembari menarik tangan Lyora menuju meja rias.
Lyora mendudukan dirinya, "Dalam rangka apa?"
"Entahlah, aku hanya diberi perintah saja, kau tau bukan jika tuan muda tak suka jika ada yang bertanya pada dirinya," kekeh Laurent.
Lyora mengagguk, saat Laurent mulai merias wajahnya. Laurent terus saja mengoceh prihal ini dan itu. Sesekali pula Lyora terkekeh atas apa yang Laurent bicarakan.
"Selesai!!" ucapnya setelah sekian lama memoles wajah cantik Lyora.
Lauren menatap lekat wajah Lyora, "Tuan muda memang mahir dalam memilih."
Belum sempat Lyora bertanya, Laurent sudah lebih dulu buka suara, "Baiklah! Aku akan pergi, tunggu saja. Akan ada designer terkenal yang masuk ke ruangan ini, kau juga pasti tau siapa dia."
Lyora mengagguk, memperhatikan Laurent yang tengah melangkah meninggalkan ruangan. Namun kelima maid yang ikut bersama Laurent tak ikut meninggalkan ruangan pula membuat Lyora menghela nafas berat.
Tak perlu menunggu lama, seorang wanita paruh baya dengan seorang maid yang tengah mendorong gaun-gaun yang tergantung sempurna memasuki ruangan. Lyora membelakan matanya tak percaya.
"Emelyn Jassmine," gumam Lyora masih tak percaya.
Seorang designer terkenal yang mendunia. Entahlah, baru kali ini Lyora melihatnya secara langsung. Awalnya wanita paruh baya itu hanya bisa ia lihat di layar televisi saja saking terkenalnya seorang designer itu.
"Selamat malam, Nona. Tuan muda mempercayakan saya untuk menyiapkan design khusus untuk Nona kenakan pada malam ini, senang bertemu dengan anda." Emelyn membungkuk hormat.
Lyora masih mengolo tak percaya dengan kedatangan seorang designer terkenal yang sudah ada dihadapannya itu.
Emelyn terkekeh melihat Lyora yang bahkan menatap dirinya tanpa berkedip, "Mari kita mulai, Nona."
Emelyn meraih sebuah dress mini berwarna hitam tanpa lengan, "Little black dress, aku tak tau apa kau akan suka atau tidak. Akan tetapi warnanya yang hitam membuatmu akan tampil elegan."
"I'm sorry, Emilyn! But I don't like it, the chest is too exposed," cicit Lyora hati-hati. Jujur saja dirinya tak ingin mencari masalah dengan Sean karena memakai dress yang terlalu terbuka.
Emelyn terkekeh sembari menyimpan kembali dress mini berwarna hitam itu, "It's okay. Aku tau Tuan Muda pun akan memarahiku karena memberimu dress semini ini."
Kemudian Emelyn kembali meraih sebuah dress berwarna merah tanpa lengan, namun kali ini bagian dadanya tidak sama sekali terbuka. Hanya ada sedikit belahan di bagian paha kirinya, "Tubuhmu mungil, kau akan cocok sekali mengenakan dress ini. Kau tau, kakimu akan terlihat lebih panjang memakai dress ini."
Lagi-lagi Lyora menggeleng. Emelyn tersenyum memaklumi, ia kembali meraih sebuah midi dress berwarna merah muda, "Ini midi dress lengan panjang. Bagian dada yang tertutup dan memiliki panjang yang tanggung. Tidak mini dan tidak pula mencapai sampai kaki. Hanya mencapai pertengahan betis saja."
"Semua gaun pesta yang kubawa, dirancang khusus hanya untukmu, Nona. Aku pastikan hanya ada satu di dunia, aku jamin itu!" sambung Emelyn namun Lyora masih saja diam. Ia belum menemukan gaun yang ia suka.
Melihat raut wajah yang Lyora pancarkan, Emelyn menjentikkan jarinya dan saat itu pula seorang wanita mendorong patung dengan gaun merah yang begitu indah. Seketika itu Lyora berbinar melihatnya.
"Ini Evening Dress, potongan gaun yang panjang namun tanpa lengan. Bagian dadanya tertutup serta--
"Aku pilih ini," tukas Lyora tanpa berpikir panjang.
Emelyn mengagguk sebagai jawaban, ia memerintahkan kelima maid itu untuk memasangkan Evening Dress berwarna merah yang menjadi pilihan Lyora.
Lyora hanya diam saat kedua maid itu melepas kimono yang ia kenakan hingga tersisa bra dan CD yang melekat di tubuh putihnya.
"Aku masih tak percaya, kau— designer yang mendunia ada di depan mataku," gumam Lyora saat Emelyn tengah membantu memasangkan gaun padanya.
Emelyn terkekeh, "Aku tak ada apa-apanya dibandingkan dengan calon suamimu, Nona."
"Justru aku merasa tengah bermimpi kala menginjakan kakiku ke mansion yang terlihat seperti istana ini," sambungnya.
"Kau beruntung," ucapnya lagi.
Mendengar itu, Lyora hanya mampu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Ia tak tau apa dirinya harus senang atau sedih. Pasalnya Emelyn tak tau jika Sean seorang pembunuh.
"Apa kau tau, dalam rangka apa kau membawakan ku banyak gaun--
"Apa kau sangat penasaran, hm?" Sean tiba-tiba saja datang dengan setelan jas yang sialnya membuat pria itu berkali-kali lipat lebih tampan.
Sean menghampiri Lyora, tak lupa melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Lyora. Tak ada perlawanan karena memang dirinya sudah terbiasa dengan semua ini.
Melihat kehadiran Sean Emelyn membungkuk hormat, "Saya permisi tuan muda."
Seluruh maid ikut membungkuk hormat, ikut meninggalkan ruangan hingga tersisa Sean dan Lyora saja.
Cup...
Satu kecupan mendarat di bibir Lyora.
"Aku harus menahan keinginanku untuk menghabisi bibirmu, sayang..."
Lyora mengernyitkan dahinya bingung, "Kenapa?"
"Karena aku bisa merusak make-up mu," jawabnya dan berjalan beriringan menuju pintu keluar. Sangat terlihat dengan jelas Sean yang sangat posesif terhadap miliknya.