Chereads / CEO Jutek Dan Perisainya / Chapter 8 - Khafi Koma

Chapter 8 - Khafi Koma

Arjun merasa tubuhnya akan terbang. "Kenapa rasanya aku seperti akan tertarik oleh angin yang sedang?" tanya Arjun berusaha bertahan dengan memeluk pohon.

Sementara di Tahun 2021.

Wajah yang mirip dengan Arjun namun tidak cacat, yaitu Khafi. Sedang tidak sadarkan diri, dan dokter terus berusaha membangunkan Khafi dengan Defibrilator. Dokter yang berusaha merasa Khafi akan segera bangun. Namun, setelah dokter itu menggunakan Defibrilator lagi tubuh Khafi tak merespon.

'Jangan ganggu ... Aku ingin tahu masa laluku biarkan aku ...' batin Khafi saat tindakan dokter akan berhasil sampai dokter itu hanya dapat menghela napas berat dan mengakatakan kalau Khafi dalam koma.

Kambali ke tahun 1321.

Arjun merasa sudah aman, dia pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Resik berada, Arjun melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai. 

'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Arjun dalam hati. 

'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.' 

Kemudian Arjun pun segera duduk berjongkok di samping Jaka yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya. 

"Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Arjun sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jaka si pendekar malang. 

"Eeeh ..." suara Jaka. Dia terlihat memanjangkan tubuhnya untuk sekedar meregangkan otot-otot. 

Dan begitu mendengar suara yang memanggilnya, dia pun segera bangkit dan duduk. Lalu antara percaya dan tidak begitu dia membuka matanya, Jaka melihat ada seseorang pemuda dengan muka menyeramkan. 

"Oh, siapakah engkau? Setan? Demit ataukah jin?" tanya Jaka sambil meloncat mundur. 

Dia memang nampak ketakutan melihat Arjun yang wajahnya rusak karena luka bakar itu. 

"Bukan Pak, saya bukan setan atau demit, saya manusia biasa seperti Pak tua, jangan takut Pak tua ..." ujar Arjun mencoba menenangkan Jaka. 

Sesaat Jaka memandangi Arjun sambil melangkah mundur dan merapatkan tubuhnya ke dinding Goa. 

"Tenang Pak tua... jangan takut, saya akan menolong mu," ujar Arjun nampak meyakinkan Jaka. 

"Perkenalkan namaku Arjun, nama Pak tua siapa?" ujar Arjun sambil mengulurkan tangan. 

"Namaku Jaka," jawab Jaka yang masih terlihat agak ketakutan dengan Arjun. 

'Ini orang pasti bukan orang sembarangan, karena dia bisa masuk melewati pintu gaib Goa,' ucap hati Jaka sambil menatap Arjun.

"Siapa sebenarnya Tuan ini? Pasti Tuan bukanlah orang sembarangan? Tuan pasti pendekar yang sangat sakti."

"Bukan Tuan Jaka, saya bukanlah pendekar sakti seperti yang Tuan kira, saya adalah orang biasa yang tinggal di desa Janggir yang ada di kaki gunung Pati Pura ini," terang Arjun. 

"Saya tidak percaya kalau Tuan ini bukan pendekar, karena kalau bukan pendekar mana mungkin Tuan bisa membuka pintu gaib Goa ini." 

"Hmmm..." Arjun nampak tersenyum mendengar penuturan Jaka. 

"Ya terserah Tuan sajalah mau menganggap aku seperti apa, tapi yang jelas saat ini Tuan mau keluar dari Goa ini apa enggak?" terang Arjun bertanya. 

"Iya Tuan Arjun saya mau keluar dari sini, dan saya berterimakasih karena akhirnya Tuan lah yang bisa menyelamatkan saya dari penderitaan terkurung di dalam Goa ini, andai saja gak ada Tuan saya sudah pasti akan terkubur selama-lamanya disini." 

"Kalau begitu sekarang Tuan Jaka silakan keluar dari dalam Goa ini."

"Baiklah saya akan keluar dari dalam Goa ini sekarang."

Lalu Jaka pun segera melangkah pergi meninggalkan ruangan Goa, sementara itu Arjun terlihat berjalan mendekati mayat Eyang Resik dan lalu mencium kening mayat pertapa sakti itu. 

Dan ternyata Jaka belum meninggalkan ruangan itu, dia malah berhenti dan memperhatikan Arjun yang sedang memeluk dan mencium mayat sakti itu. 

"Oh, benar dugaan ku, orang ini memang bukan orang sembarangan, dia bisa menyentuh dan bahkan memeluk mayat sakti itu, padahal aku saja selama bertahun-tahun berada disini belum pernah bisa menyentuhnya apalagi sampai mencium. Aku harus cari tau siapa sebenarnya dia ini?" ujar Jaka bertanya pada dirinya sendiri. 

Begitu melihat Arjun mau melangkah pergi Jaka pun segera bergegas berjalan keluar menuju mulut Goa, dan begitu sampai di mulut Goa dia mengulurkan tangannya untuk memastikan bahwa pintu gaib itu telah benar-benar terbuka. 

"Oh ... benar-benar luar biasa orang itu, aku sekarang bisa keluar. Aku bebaaasss ... huhui ..." teriak dan sorak Jaka kegirangan. 

Dan Begitu Arjun juga sudah keluar dia cuma bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jaka itu, setelah berhenti sesaat dia pun segera pergi meninggalkan Jaka.

Sementara Jaka yang masih jingkrak-jingkrak kegirangan itu mengira kalau Arjun masih berada di dalam Goa dan belum keluar, dan setelah dirasa cukup lama dia menunggu akhirnya Jaka pun berkata,

"Kok lama betul Tuan Arjun itu keluarnya? Ah coba saja aku lihat, jangan-jangan dia malah ketiduran di dalam Goa?"

Akhirnya Jaka pun kembali menuju mulut Goa dan begitu dia mau masuk tiba-tiba dia kembali terbentur dan terpental dengan pagar gaib itu. 

"Waduh ... ternyata pagar gaib ini telah terpasang lagi, terus kemana perginya Tuan Arjun itu tadi?"

Lalu Arjun pun segera bergegas pergi menyusuri jalan setapak turun dari lereng gunung, dengan menggunakan kesaktian yang dimiliki akhirnya dia pun bisa menyusul Arjun yang nampak masih berjalan santai seperti pada umumnya. 

"Hei Tuan Arjun ... tolong berhenti!" tegur Jaka. 

Lalu Arjun pun berhenti dan langsung menoleh ke arah Jaka. Dan betapa kagetnya Jaka begitu dia melihat kalau Biswara yang dipanggilnya Tuan itu ternyata masih sangat muda. 

"Ada apa Tuan Jaka?"

"Lho Tuan ini masih muda to? saya kira sudah seumuran saya, hehehe maafkan saya Nak Arjun ..." ucap Jaka sambil cengengesan. 

"Iya gak papa Tuan Jaka ... memang tadi di dalam Goa itu suram, jadi wajar kalau Tuan gak bisa jelas penglihatannya, mari ikut mampir ke rumah saya?" ajak Arjun. 

"Iya terimakasih kebetulan saya sendiri saat ini masih bingung mau kemana dan tinggal di mana ..."

Lalu mereka berdua pun melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Arjun. 

Sesampainya di sana Arjun pun segera menyuruh Jaka untuk mandi, lalu dia juga memberi pakaian untuk dipakai ganti. 

Selagi Jaka masih mandi, Arjun nampak sedang sibuk di dapur untuk mempersiapkan suguhan makanan buat tamunya itu, dan begitu dia selesai nampak Jaka pun juga sudah selesai dari mandinya. 

"Ayo silakan makan Tuan Jaka ..."

Jaka yang sudah dua tahun tidak pernah makan itu nampak masih belum percaya kalau akhirnya dia bisa merasakan mengunyah makanan lagi. 

Lalu dengan agak grogi dia pun mengambil nasi dan lauknya, kebetulan hari itu Arjun sedang memasak ayam bakar dengan sambal.

"Sebelum makan silakan minum air putih hangat yang sudah saya kasih sedikit garam, biar perut Tuan tidak kaget pas dimasukin nasi, ini silakan diminum," ujar Arjun sambil menyodorkan gelas yang berisi air garam hangat. 

"Iya Nak Arjun terimakasih, saat ini saya sendiri merasa masih belum percaya dan rasanya seperti mimpi bisa makan lagi," lanjut Jaka dengan raut muka yang terlihat sangat bahagia. 

Lalu setelah selesai makan Arjun yang memang sengaja libur untuk ke ladang mengajak Jaka untuk sekedar ngobrol-ngobrol di teras rumahnya itu. 

"Tuan Jaka berada di Goa itu sudah berapa lama?" tanya Arjun. 

"Saya sudah tidak ingat Nak Arjun, tapi yang jelas sejak kematian Eyang Resik," jawab Jaka terlihat mengingat peristiwa penyerangan yang dilakukannya dengan kedua temannya itu. 

Kemudian dia pun bercerita mulai awal penyerangan itu yang di mana sebenarnya dia cuma diajak oleh Kakak seperguruannya yaitu Winoto, dan kini dia pun merasa sangat menyesal karena telah ikut membunuh pertapa sakti Eyang Resik.

Dan di saat dia bercerita tentang terbunuhnya Eyang Resik, Arjun pun langsung meluruskan peristiwa yang terjadi sebenarnya. 

Bersambung ...