Alis menurun terlihat kesedihan yang teramat sangat dalam. Kesedihan dan rasa bersalah yang menyatu.
"Coba saja kau berani dekati anakmu. Pasti dia tidak akan menerima. Jadi lebih baik kamu setuju saja menikah denganku. Ayolah ... demi anakmu, sayang jangan buang waktu ayo lah ...," kata Frisa meraih tangan Fanan dan memasukkan ke dalam bajunya. Fanan menatap penuh kesal dan segera menarik tangannya.
'Ya Allah lindungi hamba dari wanita ini. Huft ....' batin Fanan.
"Kamu menolak ku? Bukankah cukup lumayan. Katakan Fanan, wanita seperti apa yang kamu inginkan. Bukankah aku lebih dari almarhum istri kamu, Ha? Hiks hiks, hiks," ujar Frisa lalu berlari ke anak yang di panggilnya Fadil.
"Tolong jangan libatkan saya? Bebaskan saya dari ikatan ini. Pak, nikah dengan dia. Pernah keluargaku juga diancam. Tolong ...." pinta penghulu itu.
