"kenapa kamu tidur disini?" tanya rahmat dengan menyibak selimut, intan dengan bodohnya hanya menelengkan kepalanya seakan tak mengerti apa-apa.
rahmat hanya melenguh nafas panjang seakan tak percaya apa yang terjadi.
"Aku tak bisa tidur sendirian, Aku merasa khawatir didalam hati ku, seakan ada yang mengintipku dan ingin memakan ku." ucap intan dan kembali berbaring di kasur, menyelimuti dirinya dengan selimut tebal.
"Apakah robot bisa merasa ketakutan?" tanya rahmat kepada intan, intan tak menjawab karna ia kini benar-benar tertidur, tanpa berpikir rahmat pun hendak ingin tidur dilantai, yang beralaskan permadani yang ia ambil diatas lemari bajunya, namun intan yang mendengar rahmat yang mengibasakan permadani itu seketika terbangun menghampiri rahmat dan menarik lengan rahmat, menyuruh rahmat berhenti melakukan tindakannya,
"Kenapa kamu tak tidur disini saja."
ucapnya dengan menepuk kasur, rahmat menjelaskan bahwa kalau mereka tidur seranjang mungkin hal-hal yang tak ingin dilakukan akan terjadi, intan hanya menelengkan kepalanya dan tak mengerti apa yang ia bicarakan itu, rahmat yang begitu sabar, pun menjelaskan secara rincih tentang hal-hal yang akan terjadi selanjutnya jika mereka tidur seranjang,
"Apakah aku tak cukup cantik buat mu?" mendengar itu rahmat mulutnya menggangga, ia terkejut apa yang barusan intan katakan.
"kita tak memiliki hubugan romantis, artinya kita tak akan melakukan itu."
namun intan yang tak peduli akan hal itu. memegang lengan rahmat menariknya untuk tidur dikasur, entah apa yang dipikirkan rahmat ia menuruti saja kemauan intan, ia berpikir bahwa mungkin intan sekarang sedang mempelajari hal-hal mengenai kehidupan ini.
pagi datang, saat rahmat terbangun intan sudah tak lagi berada ditempat tidur, dengan agak ngantuk rahmat keluar dari kamar dan melihat intan yang sedang berada didapur, menyiapkan sarapan pagi.
"Kamu bisa?" tanya rahmat agak tak percaya kepada intan, wajar saja saat yang lalu intan begitu tak bisa melakukan banyak hal, namun entah kenapa pagi ini ia begitu cekatan memotong bahan-bahan masakan.
"Aku baru saja menginstal program kursus memasak di sisitem android ku, dan mungkin itu akan memakan seluruh kouta internet mu, aku mohon maaf akan hal itu."
jelas intan dan lalu menunduk dihadapan rahmat, meminta maaf kepada rahmat karna ia telah menghabiskan kouta internet rahmat.
"Huuu... tak apa, mungkin bulan depan aku harus memasang WIFI." sembari rahmat mengaruk kepalanya.
"nanti sore saat aku pulang dari kerjaan, bisakah kita ke tokoh baju?"
intan menjawab perkataan itu dengan anggukan, dan mulai lagi memasak, rahmat yang duduk dikursi makan, melihat intan dengan seksama, memikirkan kembali tentang beberapa hal.
"Dan mungkin kita juga akan membeli kasur baru buat mu." setalah berkata sedemikian itu ia beranjak dari kursi makan dan hendak membasuh wajahnya.
"Intan! tolong ambilkan handuk kecil dikamar ku." pintanya kepada intan, selang beberapa saat intan menghampirinya dan memberikan handuk itu kepadanya.
"Masakannya enak..." dengan lahap rahmat memakan masakan intan itu, ia memuji intan yang begitu pandai mesak, tak seperti waktu itu yang mana intan memarahi minyak goreng yang menyiprat tubuh rahmat.
"Kamu pandai memasak intan." pujinya dan mengelus lembut kepala intan, "Plak." tanpa terduga intan menepis tangan rahmat.
"emangnya aku bodoh!"
"emangnya kamu pintar?, sudahlah aku ingin berangkat kerja."
Tanpa terduga intan mulai merasakan hal-hal yang tak terduga, jantung buatan itu berdetak kencang.
"apa yang aku rasakan ini?" tanya ia