Chereads / Apakah aku bisa? / Chapter 8 - Bab 8

Chapter 8 - Bab 8

saat pagi datang, mereka berdua masih terlelap mungkin karena kecapean, rahmat memeluk tubuh intan, mendengkur dengan suara keras.

Tiba-tiba saja rahmat teperanjak, "Apa yang sudah aku lakukan...?" tanya ia dalam hati mengusap wajahnya seperti menyesal akan sesuatu hal, namun tak beberapa lama, setelah ia melihat wajah intan ia kembali tenang, mengelus wajah intan dengan jari telunjuknya, memainkan hidung dan pipi intan, beberapa kali intan menepis tangan rahmat, dan beberapa kali juga rahmat mengoda nya dengan terus memainkan jari-jarinya ke pipi intan.

"Aku capek sayang..." ucap intan, yang membuat rahmat terdiam, "Sayang...?" pikirnya, dengan malu ia berlari kekamar mandi, dan membayangkan beberapa hal tentang ia dan intan... "Sayang..." pikirnya lagi dengan begitu bodoh.

"Hem... bau nya harum..." ia mencium bau masakan yang sangat harum, rupanya intan tengah memasak, tanpa banyak bicara ia langsung memeluk tubuh intan, "Tolong lakukan ini saat aku tak lagi sedang memasak."

perlahan rahmat pun melpaskan pelukannya ketubuh intan, ia lalu duduk dikursi makan, sambil menunggu masakan jadi.

"kenapa kamu tak berganti pakaian dulu?"

"Aku emang terbiasa begini, malahan aku tak pernah mandi dipagi hari dan langsung berangkat kerja."

"Ooo..."

intan menyeringai kepada rahmat dan mulai menutup hidungnya, "tapi kan kali ini aku udah mandi." rahmat mendekat ke arah intan dan mulai mengarahkan wajahnya ke wajah intan mencium bibir intan.

tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat, kebahagian diantara mereka menjadi-jadi. setiap hari mereka merasakan kebahagian yang tak tertahankan, waktu berlalu dan mereka pun mulai tak cangung satu sama lainya

rahmat pun mengambil cuti, hanya karena ingin terus bersama intan, yang selalu ingin memeluk tubuh intan, mencium bau intan. intan yang ingin selalu dimanjakan rahmat, intan yang ingin selalu dipeluk rahmat saat mereka tidur, intan yang ingin dibelai oleh rahmat.

perlahan namun pasti kebahagian mereka mulai menumpuk, walau kadang ada persitegangan diantara mereka.

bukan waktu yang sebentar untuk keduanya saling mengenal satu sama lainnya.

berkunjung ketempat hiburan, ia rahmat mengajak Intan berlibur diwaktu itu, bergandengan tangan ia dan intan seperti kekasih yang sedang mencurahkan perasaan mereka. intan yang begitu senang diajak rahmat berlibur tak bisa membendung kebahagian dalam dirinya, Menonton dibioskop betapa senangnya intan, terlihat dari raut wajahnya, namun seketika ia menyembunyikan wajahnya di tubuh rahmat, ia ketakutan saat adegan pembunuhan difilm itu, karena itu juga rahmat senyum-senyum lucu sendiri, mengetahui rahmat yang tengah tersenyum itu, intan mencubit lengan rahmat, meminta rahmat agar tak mengolok-olok dirinya. Dia dan intan sesudah itu memiliki waktu panjang dan akhirnya ia dan intan menyempatkan diri kerestoran, menikmati makanan yang ada disana.

"Kamu ini... makannya jangan belepotan begitu." kata rahmat dan menyapu sisa makanan yang menempel di bibir intan, intan wajahnya semuh merah ia dalam dirinya seakan ingin meledak, tak sampai disitu saja rahmat mulai mengelus wajahnya.

"Cu-cukup, kamu membuatku merasakan berbagai hal yang aneh." mendengar ucapan intan itu rahmat tertawa kecil sambil ia tutupi wajahnya menahan malu.

waktu terlewati begitu saja, tanpa mereka sadari, perlahan namun pasti musim berganti dan kini mereka mulai bermesrahaan dengan berbagai cara, mereka curahkan semua apa yang ada dalam diri mereka.

"Kita akan memasak bersama, tapi ingat kamu jangan mengacaukan lagi seperti waktu pertama kali kita bertemu." kata rahmat tertawa cekikikan.