Chereads / Apakah aku bisa? / Chapter 9 - Bab 9

Chapter 9 - Bab 9

"Aku ingin selalu bersama mu." rahmat kini mulai antusias, ia tak sabar ingin cepat-cepat pulang pekerjaan yang menumpuk tak jadi halangan untuk dirinya, baginya ini semua hanya untuk menyemangatinya.

teman kantor yang sudah tau bahwa ia memiliki kekasih, mengodanya terus-menerus bercanda tentang apa yang rahmat lakukan kepada kekasihnya, namun rahmat menutup rapat mulutnya, ia tak terpancing dengan godaan dari rekan-rekannya.

sesampainya ia dirumah, ia mencari intan, memanggil nama intan berulang kali.

"Iya aku disini." jawab intan, dengan cepat rahmat menghampir'i intan, mendekap intan dan meletakan dagunya di bahu intan, seketika letih ditubuhnya menghilang.

"Kamu sedang masak apa?" tanya rahmat. "Ada deh." jawab intan sambil mengerlingkan sebelah matanya, melihat keimutan yang dibuat oleh intan, rahmat seketika itu mencubit wajah intan dengan gemas, memainkan hidung intan.

"Udah...!" pinta intan, rahmat menghentikan tindakannya itu, intan pun kembali memasak, kini rahmat duduk dengan tenang dikursi, menunggu, sembari melihat intan. ia tak sedikit pun berpaling dari intan, ia terus saja melihat kearah intan, intan yang sadar bahwa rahmat terus-menerus melihat kearahnya menjadi salah tingkah.

"Tolong jangan menatap ku dengan tatapan mesum." pinta intan sedikit ada candaan didalam kalimat itu.

"Aku yang berpikir mesum, apa kamu yang berpikir mesum?" rahmat berbalik bertanya kepada intan, lalu tertawa lemah.

malam datang, mereka hanya menonton saja, rahmat yang memangku intan dan memeluk tubuh intan, sedangkan intan memakan cemilan yang ada ditangannya, sembari fokus ke acara tv.

tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kebahagian diantara mereka semakin tak terbendung, walau kadang ada saja tingkah yang menjengkelkan dari rahmat yang membuat intan kesal, namun ia juga ingin sifat itu melekat didiri rahmat.

"Kita hari ini kemana?"

"Mungkin kepasar."

akhirnya mereka pun kepasar, membeli kebutuhan pokok, seperti beras dan lauk pauk, mereka seperti sepasang pasutri saja, dengan keserasian yang pas, orang-orang melihat kearah mereka, walau pun ini bukan pertama kalinya mereka berbelanja kepasar, namun orang-orang masih memperhatikan mereka berdua, yang bak cuple sempurna, yang satu tampan dan yang satu cantik sempurna tanpa cela.

"Bu, ini harganya gak turun?" intan mulai melakukan taktiknya untuk nemawar barang, rahmat hanya diam melihat intan yang tengah serius itu, ada rasa mengemaskan dari intan, namun rahmat tahankan itu.

"Gak nak, harga-nya masih sama, emang dari sana-nya harga segitu." intan mulai menghintung didalam otaknya, ia menghitung pengeluaran bulanan dalam dirinya, lalu...

"Turunin dikit aja lah bu." pinta intan, ibu pedagang itu walau agak berat ia pun menurunkan harganya.

"Ye... kita berhasil menekan pengeluaran bulanan kita."

"Aku malu intan."

"Hah malu kenapa?"

rahmat mejelaskan semuanya, tentang apa yang ia lihat barusan.

"oh... kamu mengejek ku ya, sini aku pukul kamu." ucap intan degan sedikit kesal kepada rahmat yang mengejek dirinya, rahmat berlari menghindari pukulan intan itu.

para penjual dan pembeli yang melihat adegan mesrah antara keduanya, bertepuk tangan, dan bersorak sorai kepada keduanya dan bahkan ada yang bersiul keras.

menyadari akan hal itu, seketika mereka malu, dan cepat-cepat pergi dari sana, namun tepuk tangan masih terdengar dari kejauhan.

"Ini benar-benar memalukan." ucap intan, saat sudah sampai dirumah.

"Ah. capek sekali, sungguh berbelanja itu melelahkan."

"emang bisanya sebelum ada aku kamu belanja kebutuhan pokok dimana?"

"Hemzzz... dipasar swalayan."