Chereads / Apakah aku bisa? / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

"Hallo rahmat." rahmat berbicara kepada seseorang lewat telepon, intan hanya duduk dan mengupas kulit jeruk, dan munggu rahmat selesai dari pembicaraan telepon itu.

"Siapa?" tanya intan dan menyuapi jeruk ke mulut rahmat, sebelum menjawab rahmat terlebih dahulu mengunyah, wajahnya tampak tak bahagia, seakan ada yang begitu berat dari percakapan tadinya ditelepon itu.

"Ronald." jawabnya singkat, menyandarkan dirinya disopa, lalu terdiam seribu bahasa, "Apakah ia ingin menjemput ku?" mendengar itu rahmat, tak bisa lagi mengunyah jeruk yang ada dimulutnya, ia keluarkan isi jeruk itu dan dia taruh di tempat sampah yang ada dipojok tempat ia duduk.

ia sentuh wajah intan, dengan sedikit berat hati, ia menahan kesedihan didalam dirinya.

"apakah besok?" tanya intan dan kali ini rahmat mengangguk, lemah.

mereka pun sepakat bahwa besok mereka akan menghabiskan waktu sampai larut malam.

dimulai dari membersikan rumah, mandi bersama, dan menonton acara kesukaan mereka berdua.

saat pagi datang, rahmat mulai menjadi sedikit khawatir.

"Ayo...! kita ketaman hiburan, kita akan mencoba semua wahana disana!" teriak intan dengan penuh semangat.

dari menaiki komedi putar, rollercoaster, rumah hantu, dan masih banyak lagi, karena kecapean intan dan rahmat pun duduk sebentar.

mengatur nafas karena keletihan, ia pandangi wajah intan, hari mulai larut perlahan pengunjung mulai sepi.

"Baiklah mari kita mencoba yang utama dari taman hiburan ini, yakni."

"BIANGLALA." Ucap mereka serempak.

mereka membeli tiket dan menunggu antrean, dan tibalah saat bagi mereka untu menaiki biang lala itu, perlahan biang lala itu berputar.

"Aku ingin..., Disinilah mimpi indah kita akan berakhir, aku ingin mengakhirinya disini. Dimana kota yang indah ini menjadi saksi betapa aku sangat mencintai mu, Baiklah mungkin sekarang dia sudah menunggu ku, apa kamu sudah menghubungi dirinya?

Maaf karena keterbatasan ku membuat sebuah perpisahan yang begitu pahit. namun, pertemuan yang begitu tidak terduga adalah hal yang indah, aku yang tidak tau apa-apa tentang manusia, mulai belajar banyak hal, dari memasak, mencuci, mengemasi rumah, berbelanja, dan banyak lagi.

aku juga belajar tentang romantisme, dan...

Apakah aku bisa bernaung dihati mu, apakah aku bisa hidup selamanya didalam ingatan mu, tolong jangan hapus semua tentang diriku tentang kenangan kita berdua.

nyatanya kebersamaan akan membuat luka dalam hati, ketika waktu perpisahan akan datang.

maaf...

pemandangan dari atas sini sungguh indah, apa lagi dimalam hari, ingat tidak bahwa kita beberapa kali menunda untuk kesini, waktu itu aku sungguh kecewa kepada mu.

tapi aku tau kamu begitu sibuk dengan pekerjaan, walaupun begitu aku sangat suka disaat kamu pulang dari tempat kerja, dan tentu aku sangat suka disaat kamu memanggilku dan memeluk ku dengan kelembutan, Bahkan pelukan disaat kita tertidur masih terbawa dalam mimpiku, Aku sangat-sangat bahagia.

mungkin kehidupan ku akan usai, namun aku tidak menyesalinya. malahan aku sangat bahagia."

rahmat tak bisa berbicara sepatah kata pun, ia tertunduk lesuh, menahan kesedihan didalam dirinya.

"baiklah, mari kita berbicara beberapa hal yang menyenangkan, seperti yang kamu senangi dari diri ku."

Rahmat tetap diam, dan menundukkan kepalanya.

"Apakah tidak ada hal yang kamu senangi dari ku?" tanya intan dengan agak cemberut, dan lagi-lagi rahmat masih terdiam.

"Huuu..." bunyi intan menghembuskan nafasnya.

"baiklah bagai mana kalau aku mulai dari apa yang aku suka dari mu, Hem... seperti betapa pandainya kamu memasak, sekarang giliran mu."

awalnya rahmat engan berkata-kata namun ia paksakan itu.

"Bagaimana kamu yang terjatuh disaat menyambut kepulangan ku."

"heh..., A... kamu yang suka bekerja dengan tekun."

lalu giliran rahmat pula.

"Bagaimana kamu yang pada waktu itu memarahi minyak yang ada dipengorengan, saat minyak itu menyiprat ke tubuhku."

"Kamu yang pandai membuat suasan menjadi nyaman."

"bagaimana kamu begitu gigih menawar harga."

"Rasanya yang kudapatkan hanyalah bagian buruk dari diriku."

rahmat diam, ia sebenarnya tidak ingin benar-benar berkata-kata sedikit pun namun... lalu ia terpaksa berkata kepada intan, "Tapi itu sungguh hal yang kusukai dari mu, intan."

"Baiklah sekarang yang terakhir, Bagai mana kamu yang menahan tangisan, itu sungguh membuat aku takut dan khawatir."

tiba-tiba rahmat yang awalnya menunduk kini kepalanya tegap, wajahnya menatap wajah intan.

ia memeluk intan, dan menangis sambil memeluk intan.

"Apakah semuanya sudah kamu keluarkan, entah bagaimana kehidupan yang kamu jalani selepas kepergian ku ini, mungkin dua tahun kemudian kamu bertemu dengan seorang yang kamu cintai."

"Saatnya telah tiba, mimpi yang indah akan berakhir, tolong katakanlah kalimat penutup itu, agar aku bisa tidur."

rahmat mengarahkan wajahnya ke telinga intan, dan mengatakan sesuatu ditelinga intan.

"Tidurlah, semoga mimpi indah akan terus kamu rasakan." telapak tangan intan begitu lembut saat bersentuhan dengan telapak tangan rahmat, rahmat cengkram jari-jari mungil nan lembut itu, dan ciuman perpisahan begitu bermakna bagi keduanya

intan mengakhiri hidupnya sebagai robot di pelukan rahmat, rahmat menangis sejadi-jadinya, memeluk tubuh intan dengan sekuat tenaga.

"Bisakah saya meminta tolong pada anda, Tolong kembalikan intan, walaupun ingatannya tidak kembali lagi."

pinta rahmat kepada ronald. ronald pun mengiyakan itu, "baiklah, mudah-mudahan data yang tersimpan di memori nya dapat membuat kemajuan tentang sistem internalnya, siapa tau umurnya bisa kami perpanjang."

selesai...