Hujan turun begitu deras sore ini. Memaksaku berdiri sendiri menantinya reda di halte dekat sekolah. Yang perlu kalian ketahui, aku suka hujan. tanganku menegadah melangit, membiarkan tetes demi tetes air memenuhi telapak tanganku yang mulai mendingin.
aku tidak tahu pasti mengapa aku menyukai segala hal yang datang bersamaan hujan. Mungkin karena sama dengan arti namaku.
tiap kali ia datang, ia pasti membawa ketenangan dan kedamaian.
Aku masih menunggunya reda, Sebenarnya aku bisa saja menerobos hujan seperti kebiasaanku dihari hari yang sudah lalu, Membiarkan tubuhku basah kuyup dibawah guyurannya adalah kebahagiaan tersendiri untukku. Tapi tidak lagi untuk hari ini, jika aku masih mau selamat dari omelan bundaku.
Yah, bunda sudah terlampau sering memergokiku pulang dalam keadaan basah kuyup dan ber-endingkan demam atau pilek.
oh iya,,Kenalkan,Raina putri adalah namaku. Kata bunda, ayah yang memberikan nama itu karena di hari kelahiranku bersamaan dengan hujan yang pertama kali turun setelah kemarau berkepanjangan ketika itu. Aku akrab dipanggil rain dikelas XII ipa SMA Bakti Praja. Orang-orang menilaiku sebagai cewek genius karena sebelum lulus, aku sudah mendapatkan beasiswa S1 di negara sakura Jepang.
Padahal jujur saja, aku bukan tipe orang yang gila belajar. Seingatku aku tipe orang yang cuma suka cari hiburan dan main kesana sini sama teman-teman.
Yah, ini kan masa masa SMA, jadi sangat disayangkan jika berakhir tanpa pernah dinikmati sebelumnya.
Oh iya... dan satu lagi. Dari dulu aku terkenal murid cerewet tapi juga cengeng tidak tertolong. Maklum lah ya, mungkin hatiku diciptakan tuhan terlalu lembut.
Tiba tiba seseorang menghentikan motor CBRnya tepat didepanku. Aku mengenalinya bahkan meskipun dari jauh, aku sudah sangat menghafal suara motornya diluar kepala. karena dia memang satu satunya orang yang selama ini menemaniku menikmati guyuran hujan. Kami sama sama penikmat hujan. Dan yang jelas saat ini dia udah dalam keadaan basah kuyup.
"Niat buat nungguin hujan sampai reda nih?"
Sapanya saat tanganku masih menengadah menikmati tetes hujan ditelapak tanganku dan menciprati wajahku.
"Sebenernya sih males banget nungguin hujan reda. Tapi kalau aku ketahuan hujan-hujanan lagi bisa-bisa aku dapet omelan dari bunda, langit"
Sebut saja cowok yang sekarang sudah ikut berdiri disampingku ini langit. Langit Mahesa cowok berbody perfeck idola cewek-cewek se-SMA bakti praja. Wajar saja, cowok yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini memang menyandang status sebagai kapten basket terbaik dari sekolahan tahun kemarin. karena berkat dia, SMA bakti praja mendapatkan banyak kemenangan dan kemajuan pesat.
semua orang sering menatap kami dengan iri.
Bayangkan saja, ketua basket sama gadis genius sering jalan berduaan?
Ya jelas, semua orang memandang iri kedekatan kami. banyak yang menggosipkan kami pacaran. Dan eveknya fans dari si ketua basket itu sering banget mengganggu ketenanganku selama disekolah.
"Gampang itu mah. Ntar mampir aja kerumah aku dulu. Kalau hujannya udah reda baru aku anterin kamu pulang."
"Bentar lagi deh,, aku masih pengen nikmatin hujan nih" ucapku masih malas beranjak dari halte.
"Nggak biasanya kamu kayak gini" langit mencium gelagat aneh dari tingkahku.
"Nggak papa kok. Aku cuma baru aja mutusin guntur." Ucapanku yang santai justru membuat langit kaget.
"Trus sekarang??" Langit menggantungkan ucapannya. Aku tau dia pasti meminta penjelasan dariku secara detail.
"Ya udah, PUTUS" Aku menekankan kata itu pada langit.
"Gampang banget kamu mutusin tuh orang rain. Padahal dia berjuang ngedapetin kamu mati matian selama 3 tahun. Dan sekarang baru 3 bulan pacaran kamu udah mutusin dia"
"Mau gimana lagi langit. Aku nggak pernah beneran cinta sama dia. Aku sadar hubunganku sama dia itu udah dimulai dari kesalahan. Dari pada aku bohongin diri aku sendiri lebih baik aku putusin dia."
"Kamu nggak nyesel udah mutusin dia?"
"Nggak lah. Emang dasarnya aku nggak ada perasaan sama dia"
"Trus kamu punya persaannya sama siapa rain??" Tanyanya sambol mengacak-acak rambutku.
Aku tidak berniat menjawab pertanyaan yang dilontarkan langit. Beberapa saat aku hanya bisa terdiam. Karena aku yakin dia sudah tahu jawaban atas pertanyaannya sendiri.
Tapi tatapan matanya masih mendesakku untuk menjawab pertanyaan itu.
"Nggak usah nanyain itu deh, kamu tuh ngeselin banget sih"
"Aku tuh cuma heran sama kamu rain. Kenapa kamu masih aja sayang sama cowok yang udah nyakitin kamu. Bahkan setelah bertahun tahun kamu tetep aja nggak bisa move on dari dia"
"Aku emang nggak punya niatan move on dari dia langit. Aku yakin dia juga masih sayang sama aku"
Kedua tangan Langit memegang pundakku. Matanya terfokus padaku saat ini. "Bangun rain,,, cowok yang cuma bisa nyakitin kamu itu nggak pantes buat ngedapetin ketulusan dari kamu"
"Tapi langit.. gara gara aku dia jadi kayak gini"
"Dengerin aku rain. Berhenti nyalahin diri kami sendiri. Ini semua nggak salah kamu kok. Dia kayak gini gara gara dia sendiri. Dia cuma sengaja ngelimpahin semua kesalahan dalam hubungan kalian ke kamu biar kamu terus terusan dihantui sama kesalahan yang kamu sendiri nggak pernah perbuat"
aku melihatnya, ada kilatan marah dimata langit. Yah. Benar saja langit tahu semua hal tentang aku dan petir.
Dan aku lebih memilih diam. Kalau sudah seperti ini langit hanya akan terus-menerus melontarkan omelannya padaku sampai dia puas. meskipun sudah tidak terhitung berapa kali dia memarahiku tapi entah mengapa, tetep saja aku tidak bisa melupakan cowok yang sudah terlanjur menempati sekaligus menyakiti hatiku.
(Flash back)
3 tahun yang lalu aku berdiri didepan gerbang SMA Pancasila sendirian untuk menunggu cowok yang beberapa hari yang lalu bertengkar hebat denganku. Mungkin memang saat itu aku yang salah karna terlalu posesif padanya. Tapi seharusnya itu kan hal yang wajar, sebagai pacar yang berbeda sekolah otomatis quality time kita tidak banyak. Dan itu semua sering menimbulkan kecemburuan tanpa alasan diantara kami. Ditambah lagi cowok aku yang satu itu suka banget membuat hati cewek menjadi baper. Bisa dibayangkan ?? Gimana rasanya menjadi aku melihat dia menjadi idola di SMA barunya itu. famous dan terlihat sangat fackboy.
Dan dihari itu aku sengaja menunggunya disana tanpa mengabari dia sebelumnya. Soalnya kalau dia sampai tahu aku datang kesekolahannya, tidak akan ada harapan untukku, dia tidak akan mau menemui aku. Kemarin dia marah besar padaku karena aku minta putus.
Tapi waktu itu aku cuma sedang kalap dan tidak benar-benar serius minta putus kok. Maka dari itu, sekarang aku mau bicara baik baik sama dia dan menjelaskan semua. Aku tidak tahan harus terus terusan perang dingin dengan dia.
Mataku mengawasi satu persatu murid SMA Pancasila yang mulai meninggalkan sekolahan. tidak perlu menunggu lama cowok tinggi manis itu muncul juga. Kebiasaan banget deh, rambutnya pasti berantakan tapi kok dia tetap saja terlihat keren meskipun masih dengan seragam putih abu-abunya yang juga berantakan.
Kakiku melangkah mendekatinya. tidak lupa memasang senyum termanisku dan sedikit merapikan rambut panjangku yang aku biarkan terurai.
"Petir..."
Cowok yang merasa aku sapa itu menoleh kearahku sekilas lalu melanjutkan langkahnya.
"Ngapain lo kesini?" Jawabannya ketus.
Aku tau dia pasti terkejut melihat aku yang nekat menemuinya di sekolahan. tatapannya membuat ku sesak, ada kilatan marah disana. ucapannya tadi terdengar kasar berbeda dengan nada bicaranya yang selama ini aku kenal.
"Aku minta maaf tir "