"Aku mau minta maaf sama kamu tir"
Aku mencoba memberanikan diri meskipun dia tetap aja nggak bersahabat. Dia menghentikan langkahnya dan menunjukkan senyum sinisnya yang aku yakini sebagai seringai.
"Nggak punya malu lo?? Dateng kesini cuma buat ngomong kata2 sampah gitu?"
Hatiku mencelos. Mataku udah memanas. Bahkan langit ikut mendung ngeliat aku yang ngerasain sesak didada.
Petir kembali ngelanjutin langkahnya seolah2 aku nggak pernah ada dibelakangnya. Dan aku nggak bisa tinggal diam aja ngeliat dia mulai menjauh dari posisiku berdiri. Aku berusaha mengejar dan meraih tangannya.
Tapi apa yang aku dapetin membuat hatiku serasa tersambar oleh petir. Dengan kasarnya petir ngibasin tanganku didepan temen2nya yang masih berlalu lalang.
"Stop ngejar2 gue. Kita udah putus lo tau kan. Dasar murahan"
Meskipun sekolah mulai sepi tapi masih banyak orang2 yang melihat kejadian barusan. Banyak mata yang mulai memandangi keberadaanku. Bahkan udah ada yang mulai bisik2 ngegosipin gadis yang jelas2 makai seragam SMA Bakti Praja.
Antara malu dan sesak aku pengen banget mengumpat ke petir. Tapi tubuhku terlanjur kaku tanpa ngelakuin apa2. Bahkan aku cuma bisa ngeliat punggung dia yang udah menghilang dari pandanganku bersamaan dengan turunnya hujan.
Untungnya hujan turun dengan derasnya. Jadi semua orang yang memandangku nggak perlu tau seberapa banyak air mata yang aku keluarin saat ini. Aku terus menangis tanpa berani terisak.
Kenapa dia sejahat ini sama aku sih? Kemana petir yang slama ini aku kenal. Kata2nya bisa sekasar itu. Dan jelas banget itu udah nyakitin hati aku.
Dan bodohnya aku masih terus membeku disini sampai seseorang memelukku.
"Nangis aja rain. Jangan kamu tahan kayak gini"
Aku hafal suara milik siapa. Dan aku benar2 butuh pelukannya untuk menumpahkan isakanku yang tertahan sejak tadi. Untung aja langit datang tepat waktu. Entah gimana caranya dia bisa tau kalau aku ada disini.
Langit membiarkan aku menangis sepuasnya dipelukannya. Tersedu2 dibawah guyuran hujan yang masih tak kunjung reda.
(flashback off)
Nggak terasa hari kelulusan udah makin deket aja. Dan aku udah siap buat menyambut hari baruku di negara sakura. Semuanya sudah aku persiapkan untuk kepergianku ke Tokyo 2 bulan lagi. Aku bakalan ninggalin negara kelahiranku buat jemput cita citaku. Ambisiku dari dulu memang bisa kuliah disana. Dan dengan segala usahaku akhirnya aku bisa dapetin beasiswa disana.
Hari ini lagi2 aku terjebak hujan dihalte sekolah. Dan parahnya lagi langit nggak bisa nganterin aku pulang karna ada janji sama pacarnya. Dengan pasrah aku nungguin hujan reda.
Aku menikmati kesendirianku bersama rinaian hujan. Satu hal yang sangat menenangkan perasaanku. Tanganku masih menengadah menanti hujan turun menyapu tanganku. Wajahku ikut menengadah, mataku ikut terpejam. Ahh.. damainya hatiku. Aku betah berlama lama disini.
"Aku merindukanmu"
Ah...suara itu, suara yang aku rindukan. Bodoh banget aku. Masih saja otakku menciptakan suaranya dalam fikiranku. Lagi2 otakku dipenuhi nama petir. Tapi mana mungkin dia disini.
"Aku lebih rindu sama kamu petir"
Aku menertawai diriku sendiri. Udah tau itu suara yang aku ciptain sendiri dari otakku tapi tetep aja aku jawab. Mana mungkin dia rindu sama aku.
Bodo amat lah. Toh kalau aku ngomong sendiri nggak bakalan ada yang denger.
"Lo tetep aja cantik dimata gue meskipun kita udah nggak pernah ketemu"
Bentar2.. suara itu nyata. Nggak hayalan dari otakku aja. Telingaku nggak mungkin salah . Suara itu nyata banget disampingku. Aku membuka mataku menoleh kearah asal suara. Aku sedikit melonjak kaget.
Cowok itu, udah berdiri disampingku. Orang yang menjauh dari hidupku hampir 3 tahun ini. Sejak kapan dia ada disini. Perasaan tadi nggak ada siapa2. Aku yakin tadi aku sendirian. Bodohnya aku nggak bisa ngalihin tatapan mataku dari dia.
"Liat gue kayak liat setan aja lo rain"
Gimana aku nggak kaget coba. Dia keliatan beda banget dari yang dulu. Potongan rambutnya berantakan. Telinganya kayak ada bekas tindik. Tampilannya nyentrik.
Cowok geniusku yang dulu udah berubah 180°. Sebenarnya aku beberapa kali denger kabar tentamg dia. Kabar tentang hobby barunya yang jadi rajin bolos sekolah. Dan setiap kali sekolah dia bakalan cari gara2. Nggak peduli sama murid ataupun guru. Siapapun yang buat dia nggak nyaman bakalan dia hajar.
Dan setauku sekarang dia ikutan gank motor. Info terakhir yang aku dapat, dia terancam nggak lulus kalau masih sering nglakuin pelanggaran.
Jujur, denger kabar dia yang kayak gitu bikin aku kecewa. Mau dikemanain semua ambisinya buat jadi pelukis kalau dia terus2an kayak gini. Dan semua info itu aku dapetin dari cloudy. Pacar petir yang sekarang.
"Hallooo.. biasa nggak ekspresinya biasa aja. Mau gue colok mata lo biar nggak trus2an ngeliatin gue kayak gitu" tangannya dikibas2in didepan wajahku membuyarkan semua lamunanku.
"K..kok..k..ka..mu disini tir" aduh kenapa aku jadi gini sih. Aku meremas rokku menahan gugup.
"Kenapa? Nggak boleh ya kalau gue mau ketemu sama lo"
"Ya bukannya gitu. Bukannya kamu sendiri yang ...." aku menggantungkan ucapanku.
"Yang apa? Yang nggak mau ketemu lo lagi.trus kenapa emang kalau sekarang gue sengaja nemuin elo. Sadar donk rain. Kalau gue tuh kangen sama elo. Dan bodohnya elo nggak pernah berusaha buat nyariin gue"
"B..bukannya kalau aku nyariin kamu, kamu bakalan lebih marah ke aku. Aku nglakuin itu karna aku kenal kamu yang nggak bakal toleran kalau lagi marah tir".
"Ok ok.. semua omongan lo bener. Dan sekarang gue kangen sama lo"
"Kenapa kangen aku. Bukannya udah ada cloudy yang seharusnya kamu kangenin"
"Itu udah beda rain. Kali ini gue kangennya ke elo. Bukan cloudy"
"Tapi tir. Cloudy pacar kamu"
"Lo nggak perlu ngingetin itu. Gue udah tau kalau Cloudy pacar gue tapi gue kangen elo"
Aku ragu dengan ucapan petir. Tapi sayangnya mata itu nggak nyimpen kebohongan. Kalau boleh, sekarang aku pengen banget meluk petir. Meluk cowok yang aku kangenin selama hampir 3 tahun ini. Tapi aku lebih memilih buat menahan diri. Aku takut kalau dia dateng cuma buat mainin aku aja.
Petir melangkah mendekat memisahkan jarak antara kita berdua. Kau tau? Tiba2 aja dia meluk tanpa sempet aku mengelak. Kenapa aku nyaman ada dipelukannya. Sesaat nggak ada niatan buat aku nglepasin pelukan yang bener2 aku rindukan.
Kenapa dia selalu sukses buat aku baper. Seketika aja perasaan yang aku lalui slama 3 tahun menguap begitu aja dalam satu pelukan petir. dia berhasil merobohkan Diding hatiku.