Chereads / Gadis Hujan / Chapter 4 - graduation (1)

Chapter 4 - graduation (1)

Happy graduation..

Hari ini aku udah siap dengan setelah kebaya untuk acara wisudaku. Hari bahagia sekaligus hari buat ngucapin see you ketemen2. Sekaligus hari kebebasan bagi siswa berseragam putih abu2 buat melanjutkan langkahnya diluar zona amannya.

Hari ini adalah pesta perayaan untuk menyambut hari2 penuh rindu. Karna setelah ini nggak bakalan ada lagi tawa dari temen2 yang suka gangguin cewek genius yang selalu nempel sama ketua basket. Kayaknya si ketua basket udah siap buat ngambil beasiswa di UGM jogja.

Wisuda ini cuma ada aku sama langit. Beda sama wisuda kami 3 tahun lalu yang lengkap 4 personil.

Aku inget. 3 tahun lalu setelah wisuda petir nyulik aku dari 2 sahabatku yang lain. Katanya dia cuma mau berduaan sama aku. Sebenarnya juga ada yang harus aku omongin ke dia.

Kami duduk ditaman belakang sekolah.

" ciyee... yang jadi best ten paralel. Selamat ya sayang" wajahnya kelihatan bahagia banget.

"Nih.. aku punya sesuatu buat kamu"

Cincin couple. Ada namaku dan nama dia dicincin itu. Petir romantis banget sih. Jadi nggak tega ngomongnya. Gimana aku memulai pembicaraan ini.

Aku harus ngomong ke petir kalau kita nggak bakalan satu sekolah lagi. Meskipun rencana awal kita berempat bakalan di SMA Pancasila, tapi ambisiku dapet beasiswa di Jepang maksa aku buat masuk SMA Bakti Praja yang memang kerja samanya dengan universitas jepang. Dan itu bakal mempermudah peluangku buat bisa kesana. Sebenarnya antara SMA pancasila sama Bakti praja sama2 favorit. Tapi kalau di SMA pancasila akses beasiswa ke Jepangnya kecil banget.

Makanya waktu itu aku bingung harus ngomong ke petir. Takut dia marah ataupun kecewa.

"Tir. Aku boleh ngomong serius?"

"Dari tadi kita juga udah ngomong rain" tawanya terdengar renyah ditelingaku

"Petirrr.. aku serius"

"Aku duarius. Emangnya mau ngomong apa rain?"

"Tapi kamu janji dulu nggak bakalan marah"

"Okok. Aku janji nggak marah"

"Aku... aku nggak bisa satu sekolahan lagi sama kamu tir"

"Maksut kamu?"

"Aku pengen ngejar ambisiku ke jepang tir. Jadi aku mau nglanjutis di Bakti praja. Langit juga bakalan sekolah disana. Bokapnya yang maksa"

"Kenapa nggak bilang dari awal rain. Kamu tau kan kalau ayahku berperan penting di SMA Pancasila. Kalau emang kamu mau kuliah di jepang ayahku bisa ngusahain"

"Maaf tir. Tapi aku nggak bisa. Aku pengen dapetin beasiswa hasil usahaku sendiri. Bukan bantuan orang lain"

"Aku bukan orang lain raaa" suara petir meninggi.

"Petir.. tolong dengerin aku. Hargai keputusanku"

"Aku nggak bisa LDR sama kamu ra"

"Kita nggak bakalan jauh tir. Kita cuma beda sekolah. Dan kita belum nyoba"

"Aku nggak mau nyoba"

"Kamu harus nyoba kalau kamu beneran sayang sama aku petir"

"Emangnya kamu bisa jamin hubungan kita bakalan baik2 aja ra?"

"Aku yakin semua bakalan baik2 aja tir. Dan aku butuh keyakinan hatimu juga"

"Aku nggak siap ra"

"Ayolah sayang .. please... kamu nggak pengen liat aku sukses?" Aku terus membujuknya.

"Aku cuma nggak mau jauh dari kamu. Kalau aku kangen kamu gimana?"

"Ya kita tinggal ketemu donk tir"

"Ok. Tapi kamu harus janji dulu"

"Janji apa lagi petir?"

"Nggak bakalan ada orang ketiga diantara kita, bahkan kalau orang itu langit sekalipun" cowok itu kelihatan serius sama ucapannya.

Aku tersenyum mendengarnya.

"Iya petirku sayang. Kamu tenang aja. Nggak mungkin aku lirik2 lagi. Kan aku udah punya kamu".

Sekarang semua orang sibuk dengan dunianya sendiri. Lebih tepatnya sama pacar masing2. Jadi sekarang ketahuan kan siapa yang nge-jomblo.

Wisuda SMA-ku emang terbuka jadi siapapun bisa datang ke acara ini termasuk SMA lain. Tapi peraturan itu nggak berpengaruh buat aku. Karna tetap aja aku sendirian.

Please deh. Lama2 ngeselin ya. Moment kayak gini seharusnya mereka gunakan buat say good bye sama temen2 malah dibuat modus ketemu sama pacar. Emangnya ini acara reuni pacar. Semuanya sibuk nyari tempat ternyaman buat mojok termasuk langit. Bisa bayangin gimana kacangnya aku yang wisuda cuma didampingi ayah bunda. Dan sekarangpun mereka sudah pulang duluan.

Huft. Rasanya pengen cepet2 ninggalin tempat ini dan sampai rumah buat menghapus make up yang terasa panas diwajahku. Tapi jujur aja ya. Aku iri ngeliat mereka sama pacar. Tapi salah siapa jomblo??

Tiba2 seseorang memanggil namaku. Dia bukan temen sekelasku yang nasibnya sama2 jomblo.

"Ada apa put?" Tanyaku meneyelidik dan menatap dia aneh. Seingatku cowok berkaca mata minus berambut necis ini jarang menyapaku sebelumnya.

"I.. ini a.. ada ti...tipan"

"Dari siapa?"

"A..aku ju..juga nggak ta..tau si...siapa. ta..tapi te...terima aja rain"

Setelah menyodorkan titipan itu putra langsung pergi. Titipan? Rangkaian mawar biru? Sama kotak kado? Romantis banget. Tapi? Dari siapa? Kayaknya aku nggak inget kalau aku punya fans. Aku memutar otak menerka2 siapa orang yang ada dibalik kejutan ini. Siapa sih dia. Sok misterius banget. Baru mau buka kado ...

"Ehem" suara deheman itu memaksaku menoleh dan menyudahi aktifitasku yang mau buka kado. Dan sekarang aku udah dikejutkan dengan kehadiran seseorang.

"Ra.. lo kok sekarang punya kebiasaan baru. Tiap lo ngliat gue. Lo pasti kaget kayak liat setan"

"Sorry. Abisnya kamu ngagetin"

"Happy graduation ra. Buat lo" dia nyodorin bunga sama buket bertoga padahal tadi aku sempet berharap kalau orang misterius itu petir.

"Thanks. Padahal aku nggak dateng diacara wisuda kamu"

"Nggak papa lagi. Sendirian nih? Mana pacar lo?"

"Nggak usah ngeledekin deh. Udah tau aku jomblo"

"Dasar jones. Dari pada lo sendiri mending gue temenin"

"Nggak ngajakin cloudy sekalian?"

"Lo mau gue buat mewek lagi gara2 cemburu lagi?"

Ternyata dia ingat kalau dia pernah ngerjain aku.

"Jahat"

"Hhhh... nggak usah manyun gitu donk. Sorry kalau waktu itu gue ngerjain lo. Gue cuma pengen lo ngrasain yang gue rasain pas gue ngeliat lo jalan sama guntur. Tepatnya lo selingkuhin gue."

"Tir. Aku udah pernah jelasin sama kamu. Tapi kamu masih aja ngungkit2 itu"

"Hhh.. gue cuma nggak percaya lo bisa jalan sama temen gue"

"Kamu dateng kesini cuma bjat ngungkit2 semua yang kamu anggep kesalahanku tir?"

"Hhh.. sorry2. Gue dateng kesini murni buat ngucapin slamat tapi lo malah mancing2 masalalu kita"

"Kamu slalu datang dengan mengungkit2nya tir. Aku nggak suka"

"Lo tau kenapa gue slalu ngingetin itu. Karna yang gue mau itu nggak terulang lagi dan gue mau jalanin sesuatu yang harusnya kita jalani kalau aja lo nggak selingkuh sama dia"

Aku benci ada disituasi ini. Petir terus2an nyalahin aku. Aku capek disalahin sama dia.

"Aku bingung sama kamu tir. Sebenarnya apa yang kamu mau dari aku. Aku tuh capek kamu salah2in terus"

"Gue mau lo sama gue lagi"

"Trus cloudy kamu kemanain?"

"Ngapain lo sibuk mikirin dia? Seharusnya denger omongan gue lo seneng donk"

"Aku mau jaga perasaan sahabat aku tir"

"Emangnya dia peduli sama perasaan lo?"

"Sebenernya kamu sayang sama cloudy apa nggak sih?"

"Gue nggak tau dan nggak mau tau sama perasaan gue ke cloudy. Karna dimata gue cuma ada lo. Bayangan lo selalu hadir memenuhi otak gue. Lo udah bikin gue gila rain"

Petir mengumpat frustasi. Aku sakit melihat dia yang seperti ini. Aku udah nggak tau lagi gimana menjelaskan semua salah paham ini. Dia salah kalau berfikir aku selingkuh sama guntur. Waktu itu kita cuma temenan.